Manual

Budaya

Bambu dan Budaya Minahasa

Bambu dan Budaya Minahasa

  1. Tari Katliri
    Pada abad ke-16, Portugis dan Spanyol yang sedang menjajah Indonesia mewariskan sebuah tarian berirama country yang dinamakan Tari Katliri. Tarian ini mengisahkan tentang kehidupan para remaja suku Minahasa, yang digambarkan dengan gerakan yang dinamis dan lincah serta wajah yang terlihat bahagia. Tarian ini tetap dilestarikan suku Minahasa walaupun kostum dari penari Katliri ini memperlihatkan ciri khas budaya Eropa.
  2. Tari Maengket
    Selain tari Katliri, suku Minahasa masih mempunyai tari Maengket. Tarian yang juga mengisahkan kehidupan remaja suku Minahasa ini dahulu dilakukan ketika panen hasil pertanian. Tarian ini terdiri dari 3 babak yaitu Maowey Kamberu, Marambak, dan Lalayan.
  3. Alat Musik Bambu
    Alat musik bambu ini terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Setelah berkembang menjadi suling bambu, alat musik bambu sekarang sudah berkembang menjadi Musik Bambu Seng Klarinet (MBSK). Dahulu, alat musik ini terbuat dari Bulu Tui (bambu kecil) dan sekarang telah menggunakan bahan steinless (vernekel).
  4. Alat Musik Kolintang
    Alat musik pengiring tari Katliri ini terbuat dari kayu yang cara dimainkannya dengan dipukul. Alat musik ini dapat mengeluarkan nada rendah maupun tinggi dan bunyinya cukup panjang. Dan karena itu, suara Tong (nada rendah), Ting (nada tinggi), dan Tang (nada tengah) menginspirasi suku Minahasa memberi nama Kolintang untuk alat musik tersebut.
  5. Upacara Perkawinan Adat Suku Minahasa
    Sebagian besar suku Minahasa menganut agama Kristen Protestan. Mereka cenderung mengganti pesta malam perkawinan dengan acara kebaktian dan makan malam. Adat perkawinan suku Minahasa yaitu upacara Toki Pintu, Buka/Putus Suara, Antar harta, Prosesi Upacara Adat di Pelaminan. Keempat upacara tersebut dilaksanakan dalam satu hari.

Sumber : http://infosulut.blogdetik.com/sosial-budaya/kebudayaan-di-minahasa/