Manual

Budaya

Bambu dan Budaya Jawa

Bambu dan Budaya Jawa

Sejak masa lampau Banyu¬wangi memiliki ikatan tradisi dengan Bali. Tradisi itu bahkan diikat secara politis, zaman kerajaan Blambangan dan Macanputih, Banyuwangi merupakan protektorat Bali, sehingga bagaimana pun Bali memberikan nuansa pada tata budaya Banyuwangi.

Namun kesatuan etnis dengan Jawa menyebabkan tidak sepenuhnya milik bali, sehingga terjadilah akulturasi budaya.

Akulturasi budaya bersumber pada kekayaan sumber daya alam, dimana Bambu menjadi salah satu sumber daya potensial di Banyuwangi yang belum optimal dalam pemanfaatanya.

Selain itu secara geografis, territorial antara Banyuwangi dan Bali sebagai ikon wisata internasional memberi peluang eksplorasi bambu yang lebih jauh bagi ekowisata Banyuwangi.

Bambu tidak hanya bernilai cultural, perkecambahannya meliputi berbagai aspek ekologi, ekonomi dan seni, dan historis.

Diskusi budaya bambu merupakan embrio bagi festival bambu Nusantara yang digagas sejak tahun 2011. Banyuwangi yang memiliki kekayaan seni budya yang tak terkira serta letaknya di ujung timur Pulau Jawa yang dekat dengan Bali memiliki potensi yang besar di bidang pariwisata bahkan memiliki peran strategis dalam menumbuhkan dan menggairahkan kepariwisataan Jawa Timur.

Selain potensi di bidang seni budaya juga harus disadari bahwa Banyuwangi juga memiliki potensi sumber daya alam yang subur terhampar sangat indah dan sungguh kekayaan yang tak terkira.

Produk-produk kebudayaan di Banyuwangi yang dinamis sedinamis tari gandrung, kegairahan kerja dan pekerja seni adalah kemilau warna budaya yang lekat di tanah kanvas kreatifitas yang telah memberikan kebahagiaan lahiriah dan makna hidup masyarakat Banyuwangi. Produk  budaya yang selama ini terhampar, dari persfektif estetika dan ekonomi perlu diaktualisasikan menjadi sebuah tontonan sekaligus mampu mengais dan mengumpulkan potensi itu menjadi prasasti titik awal peningkatan kegairahan kreatifitas dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pelaku seni.

Dari sekian banyak produk budaya tersebut, ada satu yang terlupakan dan layak menjadi fokus, yaitu bagaimana bambu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Bambu merupakan sumber bahan bangunan yang dapat diperbarui dan banyak tersedia. Bambu sudah lama dimanfaatkan untuk bangunan rumah, perabotan, alat pertanian, kerajinan, alat musik sampai makanan.

Bambu bagi masyarakat Banyuwangi telah berperan dalam dinamika seni budaya. Musik angklung, patrol, kerajinan, killing, tulup, suling dan lain-lain adalah produk budaya yang telah mengantarkan Banyuwangi pada jajaran daerah yang berkategori memiliki local genius yang tinggi.

Namun bambu belum menjadi prioritas pengembangan dan masih dilihat sebagai bahan milik kaum miskin yang cepat rusak. Maka perlu dilakukan upaya mengangkat dan mengaktualisasikan kearifan budaya bambu dalam rangka merevitalisasi potensi bambu dan produk budaya berbasis bambu yang mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat. Aktualisasi itu bernama  Kemilau Budaya Gerbang Timur Festival Bambu Nusantara 2011.

Angklung adalah seni khas Banyuwangi. Para pemainnya terdiri dari 12 sampai 14 orang. Instrumen musik terbuat dari bamboo dan memiliki empat jenis pertunjukan yaitu, angklung caruk, angklung tetak, angklung paglak, dan angklung Blambangan.

Sumber : http://www.infobudaya.com/diskusi-bambu/38-pengaruh-bambu-di-banyuwangi.html