Manual

Budaya

Alat Musik Bambu Gamolan Pekhing

Banyak alat musik atau kesenian yang sudah hampir jarang ditemukan, karena telah diganti dengan yang lebih modern dan sederhana. Salah satunya adalah Gamolan Pekhing yang sering juga disebut dengan gamelan cetik yang terbuat dari susunan bilah bambu yang diikat dengan senar yang dirancang khusus sehingga menjadi alat musik oleh seniman Lampung Barat. Susunan bambu yang merupakan alat musik pentatonis itu dimainkan dengan cara dipukul. Saat ini tidak banyak generasi muda yang mengenal alat musik tradisional, tak terkecuali Cetik ini, yaitu alat musik yang terbuat dari bambu.

Di Lampung (Lampung Barat), cetik atau gamolan pekhing ini dimainkan pada momen-momen tertentu saja, misalnya saat pelaksanaan upacara adat, hal inilah yang menyebabkan cetik ini jarang kita temui. Bahkan pengaruh musik-musik modern menjadikan alat musik asli Lampung Barat ini semakin hilang. Untuk menjaga dan melestarikan agar alat musik ini tetap bertahan, saat ini alat tersebut menjadi alat musik tradisional yang dipergunakan oleh sekolah-sekolah di Propinsi Lampung, bahkan alat musik tradisional yang berasal dari Lampung Barat ini juga pernah diadakan workshop di Yogyakarta, Propinsi Jawa Tengah sebagai bahan materi kuliah para mahasiswa di Propinsi tersebut.

Alat musik tradisional ini memang pernah kita diperkenalkan dan kita pentaskan di Yogyakarta yang dihadiri oleh para dosen dan mahasiswa seni musik di Propinsi tersebut. Dan pengenalan kita tersebut dengan harapan akan bisa diterima oleh para dosen serta mahasiswa sebagai salah satu materi kuliah di Yogyakarta tersebut. Hal ini patut disyukuri karena gamelan pekhing yang berasal dari Lampung Barat ini mendapatkan sambutan yang baik dari para dosen dan mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa kalau alat musik tradisional Lampung Barat ini tidak ketinggalan dengan alat-alat musik yang lainnya, karena alat musik tersebut memiliki ciri khas dan penampilan yang tidak kalah menariknya, kata salah seorang Warga Lampung Barat Syafril Yamin, laki-laki 41 tahun yang akrab di sapa Bang Li ini adalah seorang pengrajin dan seniman musik tradisional yang juga menjadi narasumber pada kegiatan Workshop di Yogyakarta tersebut. Upaya melestarikan cetik inilah yang akhirnya membuat Syafril Yamin terus membuat alat musik ini.

Menurut Sapril Yamin, Gamolan Pekhing yang masuk dalam kategori alat musik tradisional sebenarnya di Propinsi Lampung telah masuk ke sekolah-sekolah untuk materi pelajaran musik. Dengan demikian alat musik tradisional Lampung Barat yang ada sejak zaman dahulu itu memang patut untuk dikembangkan karena alat musik ini merupakan alat musik yang unik, karena tanpa ada ketrampilan khusus dari yang membuatnya dan membunyikan alat musik ini, maka Gamolan Pekhing ini tidak akan seirama dengan lagu yang akan dibawakan oleh sang penyanyi. Cetik ini sudah jarang ditemui, karena jarang yang menguasai musik ini. Menguasai cetik bukan hal yang mudah, tetapi membutuhkan ketekunan dan waktu yang lama untuk mempelajarinya, selain proses pembuatannya cukup lama, bambunya juga harus bambu pilihan yaitu bambu betung yang hanya ada di Lampung Barat. Hanya bambu dengan kualitas yang paling baik yang disebut dengan mati temegi, artinya bambu betung yang sudah tua atau mati dengan sendirinya, dan biasanya bambu seperti ini banyak terdapat di hutan.

Bambu sepanjang delapan meter kemudian disimpan selama enam bulan, selanjutnya bambu tersebut di potong-potong menjadi lima bagian, dan dari sinilah bambu dibelah-belah menjadi beberapa bilah yang disesuaikan dengan kebutuhan nada. Proses selanjutnya adalah pelarasan nada, kemudian bambu disusun diatas bambu yang sudah dilubangi agar bilah bambu menghasilkan resonansi suara yang bulat. Sepintas membuat alat musik ini tidak begitu sulit, namun menyelaraskan nadanya yang agak sukar.

Cetik ini menurut Syafril Yamin dipelajari dari bapaknya yang juga seniman Cetik ini. Dan keinginannya untuk melestarikan cetik yang kemudian membuatnya menjadi seorang pengrajin alat musik tersebut. Upaya melestarikan cetik inilah yang kemudian membawanya mendapatkan penghargaan sebagai seniman berprestasi di bidang seni tradisional, dimana penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Gubernur Lampung Sjachroedin ZP. Bukan penghargaan yang menjadi tujuannya, tetapi lebih kepada untuk mempertahankan dan menyebarkan cetik ini di Propinsi Lampung. Rencana Syafril Yamin ini akan membuat 500 buah cetik bersama komunitas musiknya yang bernama Lil’s musik. Dan alat musik ini akan disosialisasikan melalui workshop atau pelatihan –pelatihan di sekolah-sekolah serta sanggar-sanggar seni. Diharapkan dengan sosialisasi semacam ini akan dapat melestarikan kesenian tradisional khas Lampung ini.

Selain itu alat musik tradisional khas Lampung Barat ini telah banyak dikenal oleh orang-orang Bali, bahkan alat musik ini juga menjadi salah satu alat musik mereka. Dengan kemajuan dan perkembangan zaman saat ini tidak akan menghilangkan nilai-nilai musik tradisional asal Lampung Barat. Dengan demikian sudah sewajarnya jika masyarakat menggali dan mengembangkan terus baik alat maupun tari yang masih tersimpan di Kabupaten Lampung Barat. Atas dasar pemikiran tersebut, maka diharapkan kepada pihak pemerintah daerah Kabupaten Lampung Barat untuk memfokuskan dan memberikan perhatian yang serius mengenai pelestarian alat musik yang memiliki nilai seni yang tinggi, sehingga menyentuh jaringan pada level bawahnya. Dalam artian pemerintah selalu memberikan support dan dukungan kepada seniman-seniman tradisional, sehingga para seniman ini akan merasa bangga , karena tanpa adanya dukungan dari pemerintah, maka para seniman tidak akan maksimal untuk mengembangkan seni yang dimiliki karena kesemuanya itu membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, sebab jika tidak jangan harap pengembangan alat musik tersebut akan sulit dan bahkan akan hilang ditelan oleh alat musik modern yang semakin banyak. (Zan/BF/Tim BJ/Humas Lambar, dikutip dari berbagai sumber).

Sumber : http://lampungbarat.go.id/, https://bamboeindonesia.wordpress.com/alat-musik-dari-bambu/jenis-alat-musik-bambu/gamolan-pekhing/