Manual

Konservasi

Hutan Konservasi Bambu

Hutan Konservasi Bambu di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro. Di sana, ada areal hutan seluas 14 hektar yang dinamakan hutan bambu. Suasananya nyaman karena tanaman bambu tumbuh rindang menutupi sepanjang areal kawasan ini. 

Yang menambah situasi di hutan bambu ini semakin enak dilihat adalah, berkeliarannya monyet yang sengaja dilindungi di kawasan ini. Satwa dan rindangnya kawasan ini yang kemudian banyak menjadi penarik minat wisatawan untuk datang. Baik wisatawan lokal maupun dari berbagai daerah di Jawa Timur. 

Di hutan bambu inilah dibudidayakan beragam jenis bambu, bahkan yang paling langka sekalipun di dunia. Itu disampaikan Heri Gunawan yang akrab disapa Ginsong, warga Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro yang merupakan tokoh konservasi di lereng Gunung Semeru. 

Ketika dikonfirmasi Sentral FM, Jumat (7/2/2014), Ginsong menyebutkan bahwa ada 21 jenis bambu yang budidayakan di lahan hutan bambu ini. “Saat ini di hutan bambu sudah membudidayakan 21 jenis atau varietas. Ada jenis Apus, Ori, Petung Hitam, Petung Hijau, Jajang, Ampel Hijau, Ampel Kuning, Rampal Hijau, Rampal Kuning maupun Nakin,” kata Ginsong. 

Varietas yang saat ini ada dan terus dibudidayakan, akan ditambah dengan jenis lainnya jika memungkinkan. Bahkan, diantara jenis bambu yang saat ini ada, Ginsong menyebutkan ada yang merupakan langka di dunia. Yakni Petung Hitam yang merupakan jenis bambu paling sulit ditemukan. 

“Sebab, adanya hanya di kawasan hutan Gunung Semeru dan di Amarika Selatan saja. Untuk itu, kelestarian dan konservasi tanaman bambu yang ada di sini,. Terus kita jaga dan budidayakan. Agar jangan sampai jenis-jenis bambu ini punah begitu saja,” paparnya.

Karena itu lanjut Ginsong, lahan hutan bambu yang dikelolanya bersama masyarakat Desa Sumbermujur, merupakan hutan konservasi. “Silahkan jika ada yang mau melakukan penelitian untuk datang,” ujarnya.

Menyangkut tanaman bambu, Ginsong juga mengungkapkan berbagai kelebihan dan kegunaannya. Diantaranya, sebagai tanaman penyangga untuk mengatasi krisis air. Pasalnya, tanaman ini potensial menjadi penyerap air dan mengembalikan sumber mata air yang sebelumnya telah mongering. 

“Coba saja di lihat, banyak sumber mata air yang diatasnya pasti ada tanamanb bambunya. Selain itu, untuk vegetasi juga sangat baik. Jika tanaman bambu ditebang habis, sisa akar yang ada bisa dirawat dan dalam waktu 2 sampai 3 tahun akan tumbuh seperti semula,” jlentrehnya. 

Kegunaan atau manfaatnya, pria yang juga penggerak Lumbung Pangan Desa ini juga menyampaikan, sangat beragam. ?Bambu jenis petung dikirim oleh seorang pengusaha di Jogjakarta ke Afrika untuk dijadikan bahan baku penggerak listrik. Bahkan, tidak menutup kemungkinan 20 tahun lagi, bambu akan menjadi komoditi pengganti kayu,” terangnya. 

Pasalnya, bambu jenis tertentu seperti Ori, Jajang, Petung Hitam dan Petung Hijau memiliki kekuatan dan kelebihan tidak jauh berbeda dengan kayu. Kelebihannya karena daging bambu sangat tebal. “Bahkan, saya masih menguji-cobakan bambu sebagai pengganti besi untuk penguat beton cor. Yakni jenis Petung Hijau, Petung Hitam dan ori yang tebal untuk penguat beton cor,” jelasnya. (her)

Sumber : http://www.suarasurabaya.net/print_news/Jaring%20Radio/2014/130177-Bambu-Langka-di-Dunia-Ada-di-Lereng-Semeru