Manual

Konservasi

Kebun Raya Bogor

Kebun Raya Bogor

Kebun Raya Bogor pada mulanya merupakan halaman belakang istana Bogor dan bagian dari 'samida' (hutan buatan atau taman buatan) yang terletak di tengah-tengah kota Bogor. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, hutan buatan ini ditujukan untuk menjaga kelestarian lingkungan, sebagai tempat memelihara berbagai macam tanaman dan pohon langka, dan dijadikan lahan untuk penelitian. Luas Kebun Raya Bogor mencapai 80 hektar dengan 15.000 jenis koleksi pohon dan tumbuhan. Saat ini Kebun Raya Bogor ramai dikunjungi para wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara. Mereka memanfaatkannya sebagai tempat wisata, terutama hari Sabtu dan Minggu. Tak jarang pula dari para pengunjung yang melakukan penelitian dan observasi disini.

Kebun Raya Bogor memiliki koleksi tumbuh-tumbuhan Cryptogamae, 25 spesies Gymnospermae, 51 spesies Monocotyledonae dan 2200 spesies Dicotyledonae. Kebun Raya Bogor juga memiliki berbagai bangunan atau taman lanskap yang dapat menambah keindahan yang ada di dalamnya. Beberapa diantaranya adalah Herbarium Bogoriense, Museum Zoologi, Istana Presiden, Taman Astrid, Taman Teysmann, Tugu Reinward, Canary Avenue, Danau Srigunting, Bamboo Collection, dan lain- lain.

Hutan bambu merupakan salah satu koleksi dari Kebun Raya Bogor. Kebun Raya Bogor memiliki berbagai macam jenis bambu, diantaranya bambu petung, bambu tali, bambu kuning, bambu apus, dan lain-lain. Bambu dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu simpodial dan monopodial. Simpodial, bambu yang berumpun. Tanaman ini terdapat pada daerah tropis dan biasanya tanah tempat tumbuhnya berlumut. Monopodial, bambu yang tumbuh tunggal. Tanaman ini terdapat pada daerah yang memiliki empat musim.

Bambu memiliki keistimewaan dari tanaman lain, yaitu bambu dapat tumbuh pada tanah yang mengandung alkaloid. Tanah ini mengandung silikat padat sehingga tanaman bambu saja yang dapat tumbuh dan mendominasi tanah jenis ini. Tanaman bambu memerlukan waktu selama satu tahun untuk tumbuh dewasa pada daerah tropis dan membutuhkan waktu enam bulan pada daerah dengan empat musim seperti di Jepang. Waktu tiga bulan digunakan tanaman tersebut untuk masa pertumbuhan. Pohon bambu membutuhkan waktu selama 45 tahun untuk menghasilkan bunga lalu mati. Namun kita tidak perlu menunggu waktu selama itu jika ingin menebang pohon bambu untuk dimanfaatkan. Pada daerah kering, bambu sudah dapat dimanfaatkan pada umur tiga tahun. Sedangkan pada daerh basah, pemanfaatan dapat dilakukan jika bambu sudah berumur lima tahun. Slain dimanfaatkan sebagai bahan bangunan (bambu Robusta), bambu juga dapat dimanfaatkan untuk hal lain, seperti untuk dikonsumsi (bambu petung), untuk tali (bambu apus), tanaman pagar (bambu jepang), tanaman hias (bambu kuning), bahan membuat seruling (bambu tamiang), untuk sapu lidi (bambu semat), dan untuk membuat perkakas rumah tangga (bambu hitam). Selain itu, bambu juga dapat digunakan untuk wind breaker dan juga pengkonservasi tanah / penahan erosi karena perakarannya yang sangat kuat.

Sumber : http://aliimisabreeder.blogspot.com/2010/12/praktikum-minggu-ke-ix-fieldtrip-kebun.html