21 November 2013 - 2923 klik
Swara Samboja: Reklamasi Hutan Bekas Tambang Batubara

Apa yang kita dengar sebagai “bencana ekologis” mudah-mudahan tidak terjadi. Memang, perubahan paras alam Indonesia, masih memiriskan. Senandung “ijo royo royo” untuk menggambarkan alam yang kita miliki, tidak lagi pas dinisbatkan di beberapa wilayah. Kalimantan yang dulu hampir seluruhnya ditutupi oleh belantara yang sangat lebat, dengan aliran sungai-sungai besar yang jernih, kini di banyak tempat justru telah menjadi bopeng oleh aktivitas tambang terutama batubara. Memang, pembangunan yang berusaha memaksimalkan semua potensi ekonomi yang kita miliki adalah sah-sah saja, namun hendaknya dibarengi dengan tanggungjawab lingkungan yang kuat. 

Rehabilitasi tambang itu mahal, namun tidak boleh menjadi alasan pengingkaran tanggungjawab oleh sebagian perusahaan tambang. Terdorong oleh rasa tanggungjawab insitusional itulah, maka peneliti BALITEK KSDA berpikir dan bekerja keras mencari teknologi rehabilitasi tambang yang mudah dan murah.  “Kita bersinergi dengan alam” demikian  frase kunci teknologi yang telah diujicobakan di lahan bekas tambang batubara di areal PT Singlurus Pratama Kalimantan Timur. Mulanya peneliti mengamati secara metodologis proses regenerasi alami hutan, dari kehadiran jenis pionir hingga jenisi-jenis yang hadir pada ekosistem hutan klimaks. Urutan itu yang jadi pijakan rekayasa penerapan di lapangan, termasuk cara mengundang satwa liar lewat teknik silvikultural. Hasilnya ternyata sangat menggembirakan, dan itulah yang akan kita bagikan dalam fokus utama Swara Samboja edisi kali ini.

Penulis : Balai Penelitian Teknologi Konservasi SDA Samboja

Download : Swara_Samboja_Vol_II_No_2_Th_2013.pdf