Dientry oleh priyo - 03 February, 2016 - 9425 klik
Tembesu Unggulan Sumatera Selatan

BPK Palembang (Palembang, 03/02/2016)_Pohon Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) menjadi salah satu jenis kayu unggulan di Sumatera Selatan. Kayu tembesu banyak digunakan sebagai bahan konstruksi dan bangunan. Hal tersebut diungkapkan peneliti senior Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Palembang, Ir. Abdul Hakim Lukman M.Si di Palembang, Senin (01/02/2016).

Masyarakat Sumatera Selatan memanfaatkan kayu tembesu sebagai bahan kontruksi rumah yaitu pada bagian kusen dan daun pintu. Sedangkan penggunaan kayu tembesu sebagai bahan furniture dapat kita lihat pada ukiran kayu khas Palembang berupa lemari hias, bingkai foto dan cermin, meja, kursi, dan lain-lain.

“Ukiran kayu khas Palembang ini sudah banyak dikenal oleh masyarakat Sumatera Selatan maupun masyarakat daerah lain,” kata Abdul Hakim di Ruang Tembesu BPK Palembang. Walaupun, menurut Abdul Hakim, masih banyak masyarakat awam yang belum mengenal pohon tembesu penghasil ukiran cantik khas Palembang.

Manfaat ekonomi kayu tembesu cukup tinggi, agar kayu tembesu tetap tersedia perlu dilakukan upaya budidaya kayu tembesu oleh masyarakat. “Selain itu, sangat diperlukan upaya dan dorongan untuk komoditas tembesu melalui penelitian dan pengembangan agar tembesu cepat tumbuh dan kayu tembesu tetap menjadi produk unggulan Sumatera Selatan,” kata Abdul Hakim.

Tembesu tumbuh pada kondisi tanah liat berpasir, dengan topografi datar, ketinggian 0–500 meter dari permukaan laut, dan tipe iklim A-B. Sebaran Tembesu di Sumatera bagian selatan yaitu di propinsi Sumatera Selatan, Jambi, dan Lampung.

Tembesu memiliki batang dengan tinggi 40 m dan diameter 80 cm, kulit batang berwarna coklat-hitam dan mengelupas. Buah tembesu berbentuk bulat berwarna merah pada saat sudah matang, sedangkan musim buah pada bulan April–Juli dan Oktober–November.

Tembesu memiliki kelas kuat I dan kelas awet I dengan umur daur 35 tahun. Riap 19 th tembesu memiliki diameter 1,27 cm/thn, tinggi 1,06 m/thn, dan volume 10,14 m3/ha/thn. Pemanenan dapat dilakukan pada umur 35 tahun. Dengan nilai ekonomis 4–5 juta rupiah/m3. (Wenty Irvantia)***

Penulis : Wenty Irvantia