Dientry oleh Tuti - 23 February, 2016 - 3084 klik
Karakteristik DAS dan Jenis Hutan berpengaruh pada Luas Hutan Optimal dalam DAS

Balitek DAS (Solo, 24/02/2016)_Hasil kajian dari beberapa Tim Peneliti Balitek DAS Solo menyatakan bahwa luas hutan optimal dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) sangat dipengaruhi oleh jenis hutan yang ada di DAS tersebut. Selain itu, juga dipengaruhi oleh karakteristik DAS itu sendiri. Hasil kajian ini juga menjawab berbagai perdebatan tentang luas hutan minimal dalam suatu DAS yang dalam UU No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan disebutkan bahwa luas hutan minimal dalam suatu DAS sebesar 30%.

Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Drs Irfan Budi Pramono, M.Sc, Ir. Nining Wahyuningrum, M.Sc, Drs Rahardyan Nugroho Adi,M.Sc, Edi Sulasmiko dan Sudarso selama 4 tahun tersebut mengambil lokasi pada Kawasan Hutan Tanaman Jati di Sub DAS Ngroto (KHDTK Cepu), Kawasan Hutan Tanaman Pinus di Sub DAS Kedungbulus (KHDTK Gombong), Kawasan Hutan Lindung di Sub DAS Grojogan Sewu (Hutan lindung, Tawangmangu) dan Kawasan Hutan Alam di Sub DAS Iwakan dan Sub DAS Langsat (KPHP Tanah Laut, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan).

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa luas hutan optimal pada DAS sangat tergantung pada jenis hutan dan formasi bebatuan. Selain itu, luas hutan dalam suatu DAS akan berpengaruh besar pada debit puncak dan sedimentasi, kualitas air serta aliran dasar maksimum. Sedangkan luas hutan dalam suatu Sub DAS tidak berpengaruh secara linear terhadap hasil air dan sedimentasi.

Dalam kajiannya tersebut, Irfan menyatakan bahwa makin besar prosentase luas hutan suatu DAS belum tentu tingkat sedimennya makin kecil. Hal ini disebabkan oleh faktor morfometri dan konservasi tanah yang diterapkan. Selain itu, tingkat sedimentasi dipengaruhi oleh bahan induk.

Oleh karena itu, dalam penentuan luas hutan optimal, Irfan mengkajinya dari jenis hutan serta karakteristik DAS yang terpengaruh dengan luas hutan dalam DAS tersebut, antara lain aspek debit puncak dan sedimen, kualitas air serta aliran maksimum.

Berdasarkan kajianya pada aspek debit puncak dan sedimentasi, luas hutan yang optimal untuk Hutan Jati di Cepu sekitar 45-47 % dari luas DAS, Hutan Pinus di Gombong sebesar 31 - 37% dan Hutan Lindung di Tawangmangu sebesar 64%.

“Jika semakin luas prosentase hutan pada Hutan Jati dan Pinus dalam suatu DAS, maka debit musim kemaraunya makin besar. Namun pada luas Hutan Jati sebesar 75%, debit musim kemarau sudah mulai menurun. Sedangkan pada Hutan Pinus, debitnya mulai menurun pada luas 50% dari luas DAS,”kata Irfan.

Pada aspek kualitas air, maka luas hutan optimal untuk Hutan Jati di Cepu sekitar 50 – 70% luas DAS, Hutan Pinus di Gombong berkisar antara 30 – 40%, dan Hutan Lindung di Tawangmangu sebesar 60% dari luas DAS. Sedangkan pada aspek aliran dasar maksimum pada Hutan Jati pada luas hutan 75 - 80% dari luas DAS, Hutan Pinus sebesar 30-40% dan hutan lindung di Tawangmangu sebsesar 55%.

“Makin luas Hutan Pinus dalam suatu DAS maka penurunan aliran dasar makin lambat demikian pula sebaliknya,”kata Irfan.

Oleh karena itu, diharapkan ke depan penentuan luasan hutan minimal dalam suatu DAS atau sebesar 30% atau lebih semestinya menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan tata ruang perwilayahan. (**NE/RS/RNA)

Penulis : Tim Web Balitek DAS