Dientry oleh Editor - 13 March, 2013 - 4375 klik
Meretas Jalan Menjadi Second Opinion Data Spasial di Kementerian Kehutanan

SIGFORDA (Bogor, 13/03/13)_Dewasa ini penggunaaan sistem informasi geografis (SIG) telah berkembang secara eksponensial. Pemakaian SIG telah terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari, tidak terkecuali di bidang penelitian kehutanan

Namun demikian,  sampai saat ini data spasial di bidang kehutanan masih menjadi perdebatan di lapangan karena perbedaan batas maupun ukuran disebabkan pemakaian peta dasar dan metodologi yang berbeda. “Badan Litbang Kehutanan harus bisa menjadi second opinion untuk data spasial di Kementerian Kehutanan,” kata Ir. Wisnu Prastowo, MP , Sekretaris Badan Litbang Kehutanan, saat membuka Pelatihan Yunior Analis SIG Badan Litbang Kehutanan, di Bogor, Senin (4/3).

Peranan SIG di sektor kehutanan menjadi sangat penting karena SIG dapat memperkuat dan melengkapi data numerik, menggambarkan secara visual keadaan di lapangan dengan lebih baik serta memudahkan presentasi kepada pengambil keputusan. Prastowo meyakini bahwa data spasial bisa diterapkan di masing-masing satuan kerja Badan Litbang Kehutanan.

Sebagai contoh, Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah) bisa memetakan sebaran sumber energi alternatif (biofuel) dan atlas kayu di Indonesia. Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) bisa memetakan sebaran jenis invasif, kesesuaian lahan maupun daerah rawan bencana. Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan (Pusprohut) bisa memetakan dampak negatif dari monokultur. Pusat Perubahan Iklim dan Kebijakan Hutan (Puspijak) pastinya sangat membutuhkan data spasial terkait perubahan iklim dan REDD. “SIG juga membantu dalam menyajikan data yang lebih mudah dicerna oleh publik,” tegas Prastowo

Prastowo berharap bahwa data spasial yang ada harus ditangani dengan baik. Data spasial yang disajikan harus valid dan bisa dipertanggungjawabkan sebagaimana diamanahkan dalam Undang-undang No 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial. Dengan demikian, data spasial tersebut bisa menjadi salah satu acuan dalam penyelesaian permasalahan kehutanan di Indonesia.

“Kita harus memulainya sekarang dengan memetakan kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK),” kata Dr. Iman Santoso, Kepala Badan Litbang Kehutanan saat dikonfirmasi melalui telepon pada Selasa (12/3), di Jakarta. Dengan peta tersebut, menurut Iman, kegiatan pengelolaan KHDTK dapat dirancang dan dilaksanakan dengan lebih baik. “Setiap balai, mulai tahun 2014 diharapkan sudah mulai melaksanakan kegiatan pemetaan KHDTK tersebut,” lanjutnya.

Harapan di atas merupakan cita-cita, Dr. Ir. Tachrir Fathoni, Kepala Badan Litbang Kehutanan periode 2009-2011. “Litbang selalu mempunyai sesuatu yang bisa menjadi opinion bagi kehutanan,” kata Ir. C. Nugroho S. Priyono, M.Sc., Kepala Bagian Evaluasi, Diseminasi dan Perpustakaan, mengutip ucapan Fathoni. Lebih lanjut Nugroho  menegaskan bahwa “sesuatu” tersebut adalah data spasial.

Untuk mewujudkan cita-cita tersebut tersebut, mulai 2011 Badan Litbang kehutanan telah melaksanakan proses pembangunan infrastruktur serta peningkatan keterampilan SDM dibidang SIG. Pembangunan Infrastruktur dimulai pada tahun 2011 dengan membangun Center SIG yang berkedudukan di Ruang Sub Bagian Data dan Informasi, Kampus Gunung Batu Bogor. Selain center SIG, dibangun juga sub center SIG di 4 (empat) Unit Pelaksanaan Teknis (UPT), yaitu: a). Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Palembang; b). BPK Makassar; c). Balai Penelitian Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPTKPDAS) Solo; dan d). Balai Besar Penelitian Dipretokarpa (B2PD) Samarinda.

Jasa yang disediakan oleh Center SIG antara lain : a). menyediakan perangkat keras dan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk mengolah data SIG; b). menyediakan data spasial, khususnya data spasial yang ada di Lab.SIG, serta c) menyediakan jasa konsultasi dan analisis pengolahan data SIG. Center SIG juga dapat membantu pencarian data spasial yang berada di instansi lain untuk keperluan penelitian. Layanan tersebut saat ini masih dipusatkan pada layanan internal Badan Litbang Kehutanan. Untuk memperoleh layanan silakan mengisi formulir terlampir.

Sedangkan ouput yang telah tercapai sampai dengan tahun 2012, antara lain: a) pengumpulan data spasial dari UPT, Direktorat Jenderal Planologi maupun Tropenbos International Indonesia Programme (TBI-Indonesia); b) peta penggunaan lahan kampus Badan Litbang Kehutanan Gunung Batu, Bogor; c) peta blok penelitian hutan penelitian Gunung Dahu; d) mendukung kegiatan pembuatan peta keanekaragaman hayati di KHDTK Labanan, Samarinda; dan e) pembangunan aplikasi web SIG. Aplikasi ini bertujuan untuk menampilkan data spasial Badan Litbang Kehutanan serta membangun jaringan data spasial antar UPT Badan Litbang Kehutanan.

Disadari bahwa untuk mewujudkan cita-cita tersebut membutuhkan proses yang panjang dan lama, serta melibatkan banyak pihak. “Acara pelatihan ini merupakan salah satu cara untuk menuju ke arah tersebut,” tegas Nugroho pada acara Pelatihan Yunior Analis SIG. Pelatihan tersebut dilaksanakan pada 4 – 8 Maret 2013 di Bogor.  Kegiatan peningkatan kapasitas SDM tersebut telah mulai dilaksanakan sejak tahun 2012 dan akan dilaksanakan secara kontinyu setiap tahunnya. (THS)***

 

SIG