Dientry oleh priyo - 30 June, 2015 - 3415 klik
Kontribusi Penurunan Emisi Sektor Kehutanan

FORDA (Bogor, 01/07/2015)_Kontribusi penurunan emisi sektor kehutanan dihitung dengan menganalisis kecenderungan emisi yang telah lalu sebagai basis terhadap estimasi perhitungan sampai tahun 2020. Hasil estimasi perhitungan dengan BAU (business as usual) tingkat emisi dari kehutanan pada tahun 2020 sebesar 525 juta tCO2, dengan upaya mitigasi penanaman dan penurunan laju deforestasi pada tahun 2020 sektor kehutanan menyumbang emisi sebesar 334.1 juta ton CO2-e C. Angka tersebut belum termasuk emisi dari kebakaran gambut. Hal ini di ungkapkan oleh Tim Peneliti Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan (Puspijak), Ir. Ari Wibowo, M.Sc dkk dalam sintesis penelitian integratif Pengembangan Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca Kehutanan (Inventory)

Lebih lanjut Ari mengatakan bahwa persentasi penurunan emisi dibanding tahun 2000 sebesar 649 juta CO2-e, untuk BAU turun 19 % dan untuk mitigasi turun 48.5 %.

“Hasil estimasi tersebut sangat tergantung dari berbagai asumsi yang digunakan khususnya terkait angka activity data serta faktor serapan/emisi dari sumber emisi dan serapan,”ungkap Ari

Selain itu diperhitungkan juga kebijakan mitigasi yang ada, upaya penuruan emisi (REDD, pencegahan deforestasi dan kebakaran) serta berbagai rencana penanaman seperti HTI, HTR, HR, GN RHL, OMOT dan kegiatan lainnya di sektor kehutanan. Berbagai asumsi berdasarkan referensi dilakukan terkait dengan activity data serta faktor emisi dan serapan untuk mitigasi.

Hal tersebut sebenarnya terkait dengan sektor kehutanan dalam konteks perubahan iklim yang dimasukan dalam kategori LULUCF (Land use, land use change and forestry), atau kemudian dikenal dengan AFOLU (Agriculture, Foretsry and Land Use) memainkan peranan penting dalam siklus karbon global.

Ari mengatakan bahwa emisi GRK (gas rumah kaca) sektor kehutanan di Indonesia, masih yang terbesar dibandingkan dengan sektor lain atau 48%. Indonesia berkomitmen untuk menurunkan tingkat emisi 26% sampai tahun 2020, sehingga kontribusi penurunan emisi dari sektor kehutanan menjadi sangat penting.

Lebih lanjut Ari mengatakan bahwa dari hasil kajian skenario emisi BAU, diketahui bahwa kontribusi emisi terbesar adalah dari deforestasi dan juga degradasi. Deforestasi masih akan terjadi karena perkembangan jumlah penduduk dan kepentingan pembangunan seperti pengembangan perkebunan dan pertanian, pemekaran wilayah, pertambangan dan pemukiman.

“Meskipun demikian deforestasi dan degradasi yang tidak terkendali seperti penebangan liar; penambangan liar, kebakaran hutan, serta perambahan sedapat mungkin harus dikurangi. Dengan mengurangi deforestasi dan degradasi akan terjadi penurunan emisi yang sangat signifikan, yang akan mendukung target penurunan emisi sampai tahun 2020,”papar Ari.

Selain itu, upaya penurunan emisi juga dapat dilakukan dengan penanaman. Berbagai kegiatan penanaman yang telah dan akan dilakukan seperti kegiatan pembangunan HTI, HR, HTR, kegiatan Gerakan Penghijauan Nasional (Gerhan), serta kegiatan penanaman lainnya memiliki dampak yang positif dalam meningkatkan kapasitas hutan dalam menyerap karbon dan mengurangi emisi.

Hasil kajian menunjukkan bahwa kisaran deforestasi tahunan BAU mencapai 700.000 sampai 1.500.000 ha per tahun. Sedangkan BAU penanaman berkisar antara 150.000 – 300.000 ha per tahun. Opsi penentuan BAU sangat tergantung dari ketersediaan data serta asumsi yang digunakan. Dengan upaya mitigasi melalui berbagai program atau kegiatan pencegahan deforestasi serta peningkatan penanaman, target penurunan emisi dari sektor kehutanan yang sejalan dengan kegiatan pengelolaan hutan lestari (SMF) akan dapat dicapai.

Untuk itu perlu tindak lanjut kebijakan dan kegiatan serta dana yang mendukung upaya penanaman dan penurunan laju deforestasi di sektor kehutanan.***PKM

 

Koleksi Foto : Gatot Nugroho, BPK Manokwari

 

Hubungi lebi lanjut;

Ir. Ari Wibowo, M.Sc

Email : ariwibowo61@gmail.com  atau wibowo_61@yahoo.com

Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan (Puspijak)

Penulis : Priyo Kusumedi