Dientry oleh priyo - 06 July, 2015 - 2818 klik
Hasil Litbang Harus Memenuhi Kebutuhan Masyarakat

FORDA (Jogja, 06/07/2015)_Peran strategis Badan Litbang dan Inovasi (BLI), terutama hasil-hasilnya harus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya masyarakat sekitar agar dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Hal tersebut disampaikan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X dalam kegiatan dialog antara Gubernur DIY dengan jajaran BLI di Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPBPTH) Yogyakarta, senin (06/07).

Sultan mengutip penyataan Jawaharal Nehru tahun 1946 dalam The Discovery of India yang mengatakan bahwa “masa depan adalah milik ilmu pengetahuan dan bagi siapa yang bersahabat denganya”.

Lebih lanjut Sultan mengatakan bahwa telah ditanda tangani kerjasama bulan juni 2015, antara KLHK dengan Pemda DIY yaitu 5 bidang kerjasama antara lain ; litbang kehutanan, rehabilitasi hutan dan lahan, konservasi SDA dan ekosistemya, pemanfaatan kawasan hutan dan bidang lain yang dipandang perlu

“Untuk merealisasikan MoU tersebut, BLI diharapkan menghasilkan IPTEK unggulan yang berdaya dan berhasil guna melalui intergrated research  yang melibatkan peneliti trans-disiplin sehingga dapat diadopsi sebagai opsi masukan sekaligus evaluasi kebijakan iptek yang menjamin keberlanjutan dan kelestariannnya,” papar Sultan

Salah satu kebijakan prioritas bidang kehutanan DIY adalah rehabilitasi dan konservasi SDH untuk memelihara hutan agar tetap utuh dan mempercepat pulihnya hutan/lahan kristis agar berfungsi secara ekonomi dan ekologis. Selain itu juga agar terwujudnya hutan tanaman yang bernilai ekonomi pada areal yang tidak produktif dalam kawasan hutan produksi. Demikian pula untuk lahan kritis milik petani dengan rehabilitasi lahan dengan berbagai tanaman dan pola tanam yang sesuai akan mendukung berkembangnya konservasi lahan yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan petani

Sultan mengingatkan bahwa kedaulatan pangan, energi dan obat-obatan adalah arah penting dari pemanfaatan keaneharagaman hayati yang kita miliki dan sejalan dengan muara pembangunan demi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.

“Faktor penting untuk mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan adalah diterapkan inovasi teknologi spesifik lokasi yang berkualitas karena memang kadar teknologi sangat strategis dalam memformulasikan input menjadi menjadi output  dan outcome yang menentukan tingkat keunggulan produk kehutanan,”kata Sultan

Terkait dengan mandat BLI untuk merekayasa inovasi teknologi, Sultan mengatakan bahwa faktanya belum menunjukkan kontribusi yang significant  dari hasil kajian untuk mengatasi berbagai persoalan besar pembangunan berkelanjutan.

“Hasil pengamatan via eksternal menunjukkan bahwa kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi yang dihasilkan BLI cenderung melambat dan bahkan menurun, ada indikasi pasca kajian tidak diformulasikan secara tegas di lapangan karena para pengkaji kurang berminat untuk mengamati feed back penerapannya,”papar Sultan.

Kenyataan tu menunjukkan bahwa hasil kajian BLI tidak sampai ke penyuluh, atau sampai ke penyuluh tetapi tidak tepat waktu, hal ini menjadi bahan intropeksi mungkin kurang cocok dengan kebutuhan penyuluh dan petani hutan sendiri sebagai end user dalam implementasi program Social Foretsry

Sultan mengatakan bahwa efek ganda suatu teknologi yang dikaji BLI akan terjadi kalau diterapkan secara berkelanjutan dan menjadikan teknologi lestari yang memunculkan teknologi-teknologi baru yang lebih baik karena dikembangkan sendiri oleh masyarakat. Inilah tolok ukur yang mengindikasikan keberhasilan kajian BLI setelah tahap adopsi dan adaptasi bisa dijadikan basis pengembangan teknologi oleh pengguna

Menyangkut  inkubator teknologi sebagai wahana tranformasi teknologi agar bisa dimanfaatkan masyarakat, Sultan mengatakan ada empat tipe inkubator. Pertama yaitu technopoles incubator yaitu bagian proyek riset terpadu yang melibatkan perguruan tinggi/lembaga riset dan lembaga lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi regional. Model ini sering dikembangkan dalam kolaborasi sinergis ABG (Academics-Business-Government) atau dikenal dengan nama triple-helix. Kedua, sector-specific incubator, diarahkan pada optimalisasi sumberdaya local untuk mengembangkan usaha baru dalam sektor tertentu atau mengarah pada pembentukan klaster-klaster usaha.

Ketiga, general incubator lebih terfokus pada upaya mengembangkan bisnis secara umum. Keempat, building incubator bertujuan untuk menciptakan peluang bisnis pemanfaatan tim manajemen sebagai pengelola dan pengembang bisnis pemula.

Lebih lanjut Sultan mengatakan bahwa dukungan inovasi dalam pelaksanaan inkubator teknologi sangat berperan dan berpengaruh pada perkembangan dan kelangsungan sebuah incubator sehingga proses kreatif –inovatif bisa diwadahi dalam fungsi dan peran strategis BLI.

“Penerapan inovasi bertujuan untuk meningkatkan nila tambah dan daya saing produk, inovasi merupakan faktor penentu keberhasilan pengembangan inkubator selain kesiapan inkubator, modal dan pemahaman teknologi (know-how),” kata Sultan

Oleh karena itu, peluang BLI untuk berpartisipasi dalam inkubator teknologi perlu ditelaah sehingga potensi penyediaan inovasi oleh BLI dapat lebih nyata. Dengan demikian inkubator teknologi dapat menjadi media alternatif penyebaran inovasi oleh BLI walaupun masih ada beberapa kendala antara lain kecilnya anggaran riset, terbatasnya jumlah SDM peneliti, riset tidak focus sesuai dengan skala prioritas dan tidak berkelanjutan.

Sultan berharap kegiatan research and development (R and D) harus terus dilakukan sepanjang masa, karena kalau tidak maka kita akan menjadi konsumen setia dari produk R and D pihak asing selamanya.

Sultan mengingatkan tentang filosofi angsa terbang (flying geese formation) dengan formasi “V” yang memberikan fakta ilmiah dapat memberikan daya dukung, saling menguatkan (capacity building), bekerja secara kolektif, memberikan spirit/kekuatan dan kebersamaan dalam segala kondisi.

Oleh karena itu, Sultan berharap filosofi angsa terbang bisa menjadi spirit BLI untuk pengembangan iptek dan peningkatan pelayanan masyarakat. Dengan filosofi ini maka ketertinggalan dalam kemajuan iptek akan bisa kita kejar lewat riset aplikatif, setidaknya agar setara dengan negara-negara Asia Tenggara.

Sementara itu, Kabadan, Dr, Henry Bastaman dalam sambutannya menekankan bahwa visi pemerintah sekarang bahwa seluruh kegiatan dapat bermanfaat untuk sebesar-besarnya untuk rakyat, sehingga salah satu pembaharuan Badan Litbang yaitu ditambahkannya inovasi sesuai dengan mandat Perpres 16/2015 dapat memberikan makna yang tegas dan konkrit bahwa kegiatan yang dilaksanakan harus bermanfaat untuk masyarakat

Lebih lanjut Kabadan menyampaikan pesan Presiden bahwa rakyat harus tahu ada kegiatan penelitian yang sangat bermanfaat untuk rakyat secara luas untuk kesejahteraannya. Hal inilah yang mendorong kita untuk memperoleh arahan dari Gubernur DIY yang perlu diinternalisasikan dalam kebijakan BLI.

Sedangkan Dr.Mahfud Mochtar, Kepala BBPBPTH Yogyakarta mengatakan bahwa dengan usia 21 tahun BBPBPTH sudah menghasilkan menghasilkan iptek dan produk benih unggul dan tentunya nanti hasil ini bisa ditranfer ke pengguna.

Lebih lanjut Mahfud mengatakan bahwa di tingkat local, kami ingin berbuat banyak di daerah ini terutama untuk jenis-jenis yang bisa diintegrasikan dengan kebutuhan litbang misalnya nyamplung, nangka, jati maupun jenis lainnya

Kegiatan ini diikuti oleh seluruh satker lingkup Badan Litbang dan Inovasi, UPT lingkup Kementerian LHK di Yogyakarta, PPE (Pusat Pengelolaan Ekoregion) Jawa. Kegiatan dialog ini diawali dengan penanaman pohon di areal BBPBPTH Yogyakarta oleh Gubernur DIY dan Kabadan Litbang dan Inovasi.***

#FORDA

 

Penulis : Priyo Kusumedi