Dientry oleh priyo - 12 July, 2015 - 7338 klik
“Breeding Center of Anoa” Upaya Konservasi Ex-Situ Anoa

FORDA (Bogor, 13/07/2015)_Anoa (Bubalus depressicornis dan Bubalus quarlesi) merupakan satwa endemik asal Sulawesi. Sayangnya, populasi anoa tersebut semakin menurun dan terancam punah. Hal ini mendorong Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado, salah satu satuan kerja Badan Litbang dan Inovasi (BLI), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk mendirikan “Breeding Center of Anoa” yang diresmikan oleh Menteri LHK, Dr. Ir. Siti Nurbaya, M.Sc., pada hari Kamis (5/2/2015).

Breeding Center of Anoa adalah langkah nyata BPK Manado sebagai bagian dari aksi konservasi anoa untuk meningkatkan peran dan pengelolaan anoa secara ex-situ serta mendukung kebijakan dalam melindungi anoa dari ancaman kepunahan,” kata Diah Irawati Arini, S.Hut., Peneliti Konservasi SDH/SDA,  BLI (Jum’at, 10/07/2015).

Berdasarkan data IUCN (2007), populasi anoa di Sulawesi pada tahun 2002 diperkirakan berjumlah 3000 – 5000 ekor dan cenderung mengalami penurunan. Selain itu, berdasarkan Appendix I Cities diketahui bahwa anoa merupakan salah satu satwa yang dilindungi sejak tahun 1931.

“Penyebab utama penurunan populasi anoa dikarenakan perburuan liar untuk konsumsi dagingnya serta adanya perubahan hutan yang menjadi habitat anoa. Sifat anoa yang agresif, soliter dan monogami juga diduga turut mempercepat laju penurunan populasi anoa,”kata Diah.

Menurut Diah, masa reproduksi anoa yang lama yakni dua hingga tiga tahun dengan periode kehamilan yang lama sekitar 9 hingga 10 bulan, serta hanya melahirkan satu anak dalam setiap fase kehamilannya juga memicu berkurangnya populasi anoa.

Terkait hal tersebut, maka kegiatan penangkaran untuk anoa sangat penting untuk segera dilakukan. Tujuan dari kegiatan penangkaran ini adalah untuk memperbanyak populasinya dengan mempertahankan kemurnian jenisnya, sehingga kelestarian dan keberadaanya di alam dapat dipertahankan. Dan ini telah dilakukan oleh beberapa kebun binatang di Indonesia, seperti Taman Safari Indonesia Bogor, Taman Safari Indonesia Pringen, Taman Safari Indonesia Bali, Taman Margasatwa Ragunan Jakarta dan Kebun Binatang Suarabaya. Tidak ketinggalan BPK Manado yang lokasinya yang dekat dengan habitat alami anoa sehingga mudah untuk mendapatkan informasi apapun terkait anoa.

“BPK Manado telah mengawali langkah untuk berperan dalam upaya konservasi anoa sejak tahun 2010 dengan membiasakan diri mempelajari dan memelihara anoa dalam pelestarian in-situ maupun ex-situ dengan sistem pemeliharaan dalam kandang,”kata Diah.

Ir. Muh. Abidin, M.Si., Kepala Balai BPK Manado, menyatakan bahwa sampai saat ini (07/2015), jumlah anoa di BPK Manado sekitar 5 (lima) ekor yang terdiri dari 3 (tiga) betina dan 2 (dua) jantan. Bahkan ada 1 (satu) anoa betina yang sudah hamil. Dimana awalnya keempat anoa tersebut masih anakan yang diberikan langsung oleh Bapak Hamdan Datunsolang, Bupati Bolaang Mangondow Utara untuk mendukung kegiatan litbang dalam upaya melestarikan satwa khas Sulawesi yang terancam punah.

Menurut Abidin, untuk mewujudkan “Breeding Center of Anoa”, bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, BPK Manado telah menerapkan beberapa strategi, antara lain:

  1. Penyusunan rencana pengembangan Breeding Center,
  2. Pengembangan dan desain kandang,
  3. Pengembangan perkawinan alami dan inseminasi buatan,
  4. Penyadaran kepada masyarakat, termasuk pendidikan konservasi di sekolah,
  5. Enrichment planting atau penanaman pengkayaan jenis pakan di habitat aslinya (Taman Nasional Bogani Nani Wartabone)

Selain itu, BPK Manado juga telah melakukan beberapa kajian terkait anoa antara lain:

  1. Preferensi pakan yang tersedia dan kebutuhan pakan harian (2012 dan 2013)
  2. Perilaku anoa di kadang penangkaran (2013)
  3. Siklus reproduksi anoa betina untuk kajian pendahuluan teknik IB (2013)
  4. Ektoparasit dan endoparasit pada anoa di kandang penangkaran (2014)
  5. Perilaku seksual dan program perkawinan pada anoa (2014 – 2015).

Abidin berharap bahwa ke depan “Breeding Center of Anoa” di BPK Manado dapat menjadi  pusat pengembangbiakan, rehabilitasi serta informasi anoa, seperti cadangan plasma nutfah, bahan penelitian dan analisis, bahan perkembangan atau inseminasi maupun pemuliaan, serta back up satwa liar yang ada di alam.

 

Materi terkait

Konservasi Anoa

 

Informasi lebih lanjut :

Diah Irawati Arini, S.Hut

Peneliti Konservasi SDH/SDA BPK Manado

Penulis : Tri Hastuti Swandayani