Dientry oleh priyo - 29 July, 2015 - 5837 klik
Rancangan Standar Mutu Gaharu

FORDA (Bogor, 31/07/2015)_Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI, 2011), gaharu dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan antara lain: 1). Gubal gaharu, 2). Kemedangan, dan 3). Serbuk gaharu. Sistem pengkelasan yang ada didasarkan pada warna, berat dan aroma. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pengkelasan kualitas saat ini masih subjektif dalam hal pengkelasan gaharu. Hal tersebut disampaikan Gunawan Tri Sandy Pasaribu, S.Hut, M.Si, dkk peneliti Puslitbang Hasil Hutan, Badan Litbang dan Inovasi (BLI).

Oleh karena itu, Gunawan dkk mencoba untuk membuat rancangan standar mutu gaharu yang lebih obyektif untuk meminimalkan kesubjektifan. Dalam rancacangan tersebut dibutuhkan pengkelasan yang lebih objektif, seperti halnya yang berhubungan dengan komposisi kimia dan kadar resin

Gunawan mengatakan bahwa untuk meningkatkan kualifikasi mutu gaharu berdasarkan SNI 7631:2011 perlu ditambahkan parameter-parameter yang bersifat kuantitatif agar mutu gaharu lebih objektif seperti kadar air, kadar resin, dan komponen kimia.

Parameter yang pertama, yaitu kadar air setidaknya harus mencapai kadar air keseimbangan (KAK) yaitu: kadar air pada kondisi dimana kayu akan mengeluarkan atau menyerap air kembali ke/dari lingkungannya. KAK bervariasi tergantung lokasi/tempat, di Indonesia berkisar 10-19%

Parameter kedua yaitu kadar resin. Rendemen resin gaharu sangat dipengaruhi oleh kualitas gaharu. Keduanya memiliki hubungan linear dimana rendemen resin semakin meningkat sejalan dengan peningkatan kualitas gaharu. Contohnya gaharu kualitas tinggi (double super) yang berwarna hitam merata, menandakan gaharu dipenuhi oleh resin dibandingkan gaharu super A dengan warna hitam tidak merata, yang berarti gaharu tidak sepenuhnya dipenuhi resin.

Parameter ketiga adalah komponen kimia. Komponen utama gaharu yang menimbulkan aroma wangi/aromatik adalah kelompok senyawa sesquiterpen dan turunan khromon. Hasil rangkuman analisa komponen kimia gaharu berbagai jenis yang berasal dari berbagai negara penghasil gaharu seperti Indonesia, Laos, India, China, dan Vietnam terdapat sebanyak 132 senyawa yang menimbulkan aroma harum yaitu kelompok senyawa sesquiterpene dan 2-(2-phenylethyl)-4Hchromen- 4-one. Contohnya pada kelompok kemedangan hanya terdeteksi senyawa sesquiterpena saja.

“Pada gubal gaharu (kelas super) dan sabah, selain senyawa I, terdeteksi juga senyawa kromon. Dalam rangka penyusunan rancangan standar mutu gaharu, parameter komponen kimia dimasukkan dalam penentuan kelas kualitas gaharu,”kata Gunawan

Lebih lanjut Gunawan mengatakan bahwa introduksi kadar air, resin dan komponen kimia pada sistem pengkelasan gaharu sangat potensial dilakukan. Dua parameter ini dinilai konsisten memberikan hasil pada tingkatan kualitas gaharu. Pada akhirnya sistem pengkelasan gaharu di masa depan dapat lebih terukur, dibandingkan dengan SNI sekarang yang cenderung subjektif.

Aplikasi rancangan revisi standard mutu gaharu yang ditawarkan seperti pada tabel berikut; 

Tantangan dalam pengembangan rancangan standar mutu gaharu adalah budaya perdagangan gaharu selama ini yang sangat mengandalkan kesepakatan antara dua belah pihak, sehingga aturan formal tidak diterapkan sehingga perlu merubah paradigma tersebut melalui sosialisasi dan penerapan standar yang berlaku dan standart tersebut tidak lagi bersifat voluntary.

Hubungi lebih lanjut;

Peneliti              : Gunawan Pasaribu, Totok K. Waluyo, Gustan Pari

Unit Kerja          : Pusat Litbang Hasil Hutan, Badan Litbang dan Inovasi

Email                : gun_pa1000@yahoo.com

Koleksi Foto       : Puslitbang Hutan

 

 

Penulis : Priyo Kusumedi