Dientry oleh Rizda - 02 August, 2015 - 2980 klik
BBKSDA NTT - BPK Kupang Undang Trainer Australia Latih Unit Penanganan Satwa Buaya

BPK Kupang (Kupang, 31/07/2015)_Sebanyak 35 orang yang terdiri atas Unit Penanganan Satwa (Wildlife Rescue Unit) BBKSDA NTT, dan peneliti buaya BPK Kupang dilatih oleh trainer dari Big Gecko, Crocodilian Research and Consulting Environtment Australia, Dr. Adam Britton yang didampingi Spesialis Buaya yang juga merupakan Author Worldwide Crocodilian Attack Database/CrocBITE Project, Mr. Brandon Sideleau. Pelatihan ini dilakukan pada 28-31 Juli 2015 di kantor BBKSDA Provinsi NTT. 

Pelatihan dalam rangka Penanggulangan Konflik Manusia dengan Satwa Liar Buaya di Nusa Tenggara Timur merupakan sebuah proses transfer-adopsi pengetahuan dan keterampilan tentang buaya serta penanganan masalah yang diakibatkannya. Pelatihan yang dilakukan terhadap anggota Unit Penanganan Satwa BBKSDA NTT dan staf Peneliti Buaya BPK Kupang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dalam rangka penanggulangan konflik buaya di Nusa Tenggara Timur. 

“ Selain itu, pelatihan ini bertujuan untuk membentuk sebuah tim penanganan satwa yang terampil dan tangguh,  sehingga mampu menyelesaikan permasalahan konflik buaya di Nusa Tenggara”, tambah Kepala Sub Bagian Program dan Kerjasama, Dadang Suryana, S. Hut. M. Sc., yang juga selaku koordinator selama pelatihan berlangsung. 

Dr. Adam Britton dalam pelatihan  menyampaikan bahwa secara garis besar anggota tim yang dilatih telah memiliki dasar-dasar pengetahuan teknik penangkapan (handling) buaya yang cukup baik, sehingga cukup mudah dan bertambah cakap setelah diberikan materi yang dalam pelatihan.  

Untuk menjembatani komunikasi selama pelatihan yang full menggunakan bahasa inggris, Grace Saragih dan Budiyanto Dwi Prasetyo, dua orang peneliti BPK kupang yang baru saja menyelesaikan pendidikan magister di Australia, ditunjuk menjadi intrepreter dalam sesi paparan di kelas yang dilaksanakan di kantor BBKSDA, maupun pada saat praktek handling/menangkap buaya dan kunjungan lapangan ke habitat buaya, yang dilaksanakan di sepanjang pesisir pantai Teluk Kupang (Lasiana & Kelapa Tinggi). 

Adapun materi yang dipaparkan dalam pelatihan adalah : 1) Pengenalan tentang konflik buaya-manusia di dunia, dan pada region tertentu, 2) Pengenalan tentang ekologi, biologi dan perilaku buaya, 3) Teknik manajemen buaya yang digunakan di seluruh dunia, termasuk mitigasi konflik manusia-buaya, peternakan buaya , dan pendidikan dan kewaspadaan, 4) Pengumpulan data dan protokol pencatatan untuk konflik buaya-manusia,5) Teknik survey populasi buaya, 6) Teknik menangkap buaya, penanganan dan pelepasan (menggunakan perangkap dan penangkapan langsung), 7) Peralatan yang dibutuhkan dalam menangkap buaya. 

Pada sesi prektek di lapangan, materi yang disampaikan adalah: 1) Praktek 1 : Memasang perangkap buaya dan peralatan survey, 2) Praktek 2 : menangkap yang aman, penanganan dan pelepasan buaya, 3) Praktek 3 : survey populasi buaya siang hari , 4) Praktek 4 : Memasang, menyebarkan, dan menggunakan perangkap buaya, 5) Praktek 5 : Survey populasi buaya malam hari. 

“Setelah pelatihan, kami juga akan melanjutkan dengan survei populasi buaya di beberapa lokasi yang tersebar di sekitar Teluk Kupang. Materi pelatihan sangat bermanfaat sehingga kita bisa mengetahui beberapa hal mendasar yang harus dijadikan acuan dalam melakukan survei populasi buaya ke depannya” ujar Grace. 

“Kami juga telah melakukan survey sosial ekonomi masyarakat tentang persepsi mereka terhadap konflik buaya-manusia ini yang dilakukan bulan Mei 2015 yang lalu,” tambah Budiyanto. 

Penelitian tentang konflik buaya merupakan salah satu riset kerjasama BPK Kupang dengan  BBKSDA NTT yang telah dirintis sejak 2014. Secara lebih luas diharapkan dengan adanya peran Litbang, akan menambah aspek ilmiah dari kegiatan yang dilakukan oleh BBKSDA NTT dalam menyelesaikan konflik buaya-manusia yang sedang terjadi saat ini. Hal penting yang perlu dicatat adalah perlu waktu beberapa tahun untuk bisa mengetahui kondisi populasi dan karakteristik habitat buaya yang seutuhnya. Lebih jauh lagi, untuk mengatasi konflik ini diperlukan kompromi antara konservasi buaya dengan keselamatan masyarakat. ***(ib, bdp, gs)