Dientry oleh Tuti - 09 August, 2016 - 2246 klik
Inovasi B2P2BPTH untuk Melacak Keragaman Genetik Tanaman

B2P2BPTH (Yogya, 09/08/2016)_Informasi sebaran jenis tanaman di Indonesia sangat diperlukan dalam strategi pemuliaan. Apabila informasi tersebut tidak tersedia maka dapat dilacak dari keragaman genetik tanaman dengan melihat struktur genetik tanaman tersebut dengan Penanda Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD).

Inovasi inilah yang digunakan oleh tim Peneliti Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, I.L.G Nurtjahjaningsih, Purnamila Sulistyawati, dan Anto Rimbawanto, dalam melacak keragaman genetik tanaman Kaliandra (Caliandra calothyrsus) di Indonesia.

Hasil penelitian ini telah dimuat dalam artikelnya yang berjudul “Struktur Genetik Caliandra calothyrsus  di Indonesia Menggunakan Penanda Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD)” dalam   publikasi Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan (JPTH) volume 10, nomer 1, tahun 2016.

Dalam artikelnya tersebut dikatakan penanda RAPD adalah salah satu jenis penanda berbasis DNA yang dicirikan yang dicirikan dengan panjang 10-15 basa. Penanda ini bersifat dominan yaitu melacak alel dominan dan resesif. Penanda ini telah diterapkan untuk memperbaiki status taksonomi pada sembilan jenis Kaliandra.

Dalam penelitiannya, sampel daun kaliandra yang digunakan berasal dari plot kebun benih semai yang terdiri dari 10 populasi, terletak di wonogiri. Sedangkan untuk melacak keragaman genetik atau struktur struktur menggunakan enam penanda RAPD yang menghasilkan 34 lokus. Sedangkan untuk mengetahui keragaman genetik di dalam dan antar populasi serta wilayah yang dianalisis menggunakan analysis of molecular variance (AMOVA)

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sepuluh populasi kaliandra yang digunakan pada penelitian mempunyai nilai keragaman genetik rendah sampai sedang. Kaliandra yang tersebar di Indonesia berasal hanya dari dua daerah asal/nenek moyang. Hal ini menyebabkan keragaman genetik di dalam dan antar populasi rendah.

Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya yang mengkaji keragaman genetik kaliandra dengan penanda jenis isozim. Penanda ini merupakan penanda berbasis enzim sehingga memerlukan sampel uji yang masih segar.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, untuk efisiensi strategi pemuliaan jenis tanaman kaliandra, tidak perlu melibatkan seluruh populasi yang ada.

Tim peneliti B2P2BPTH tersebut menyarankan bahwa dalam strategi pemuliaan, sebaiknya menggunakan populasi yang memiliki keragaman tinggi serta berbeda pulai. Mereka tidak merekomendasikan populasi yang secara geografis berdekatan karena belum tentu berbeda secara genetik.

Diketahui bahwa B2P2BPTH telah melakukan pemuliaan jenis tanaman kaliandra sejak tahun 2010 dengan membangun uji keturunan dan melibatkan 10 populasi yang tersebar di Indonesia. Selain itu, kaliandra adalah salah satu jenis eksotik yang berasal dari Guatemala dan ditanam secara luas di Indonesia sejak 1930-an untuk kayu bakar.

Jenis tanaman ini termasuk cepat dan mudah tumbuh, mempunyai nilai ekonomi tinggi untuk kayu bakar, mudah berkembang biak dengan biji maupun vegetatif. Beberapa sifat jenis ini kemudian dibudidayakan dan disebarkan oleh masyarakat ke seluruh pulau di Indonesia. ***BW

 

Naskah dapat diakses di http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPTH.

 

Informasi Lebih Lanjut:

Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Bioteknologi Dan Pemuliaan Tanaman Hutan

url : http://biotifor.litbang.dephut.go.id  atau http://www.biotifor.or.id

Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 15,  Purwobinangun, Yogyakarta 55582, Telp. 0274 - 895954, Fax.  0274 – 896080

Penulis : Bowo