Dientry oleh admin - 23 September, 2012 - 2777 klik
Menyelamatkan Orangutan, Hutan dan Bumi Kita

orangutanBalitek KSDA (Samboja, 19/09/12)_Hutan memiliki fungsi ekologis yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Keberadaan orangutan di ekosistem hutan berperan sebagai penjaga dinamika keseimbangan ekosistem hutan. Oleh karena itu, menyelamatkan orangutan berarti secara langsung dan tidak langsung menyelamatkan hutan, bumi dan hidup kita sendiri

Sebagai hewan frugifora (pemakan buah), orangutan adalah agen penyebar biji yang efektif sehingga regenerasi hutan dapat terjamin. “Orangutan yang memakan lebih dari 60% buah hutan, akan menyebarkan biji-bijian yang dikonsumsinya,” kata Dr. Ishak Yassir, peneliti dari Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) Samboja.

Selain itu, lanjut Ishak, saat orangutan bergerak atau membuat sarang di pohon, orangutan akan membuka ruang bagi cahaya masuk kelantai hutan karena banyak dahan atau ranting yang patah/digunakan. Kondisi tersebut membuka ruang untuk tumbuh dan berkembangnya biji-bijian di lantai hutan, sehingga proses suksesi alami berjalan lebih cepat.

Saat ini orangutan menghadapi masalah yang cukup berat, ditandai dengan kecenderungan penurunan jumlah yang drastis. “Sekarang diperkirakan jumlah orangutan di alam Kalimantan tinggal sekitar 45.000-69.000 individu dan di Pulau Sumatera tinggal sekitar 7.300 individu saja, kata Dr. Nur Sumedi, Kepala Balitek KSDA Samboja baru-baru ini.

Lebih lanjut Nur Sumedi mengungkapkan, perubahan tata guna lahan yang sangat masif karena degradasi hutan, intensifnya pertambangan dan ekspansi perkebunan kelapa sawit secara sistematis telah memfragementasikan habitat asli orangutan.

Bagaimana menyelamatkan orangutan?

Pelepasliaran hanyalah salah satu upaya aksi penyelamatan keberadaan orangutan. Dalam bingkai yang lebih besar, sesungguhnya keberlanjutan hidup orangutan memerlukan pendekatan yang holistik dan terpadu.

“Bila sekarang kita sudah memiliki Rencana Aksi Konservasi Orangutan yang dicanangkan oleh Presiden dalam Konferensi Perubahan Iklim di Bali, maka saatnya untuk introspeksi dan mengevaluasi, sejauh mana implementasi dan kekonsistenan kita, “ tegas Nur Sumedi.

  • Diperlukan kolaborasi atau gotong royong

Inisiatif manajemen kolaborasi yang berbasis bentang alam merupakan suatu kebutuhan yang harus dilakukan jingin berhasil menanggulangi konflik antara manusia dengan satwa liar. Hal ini mengingat bahwa satwa liar bergerak dalam batasan bentang alam, bukan batasan administratif manajemen unit.

  •  Diperlukan perubahan sikap dan perilaku

Hutan tetap saja dieksploitasi secara berlebihan untuk berbagai kepentingan. Bencana ekologis yang kerap muncul, bahkan belum mampu sebagai dasar introspeksi diri untuk melihat kesalahan dalam tata kelola pengelolaan sumber daya alam, sosial dan politik yang berlaku.

Belajar dari pengalaman nenek moyang kita yang sikap dan perilakunya banyak menyesuaikan dengan kondisi alam, maka dengan kemajuan IPTEK yang kita miliki sudah seharusnya kita lebih dekat dan mau belajar dari alam kembali dalam mengelola sumber daya alam.

  •  Penanganan konflik antara orangutan dan manusia

Pada dasarnya tidak ada solusi tunggal dalam menangani konflik antara manusia dan orangutan. Beberapa strategi yang dapat diterapkan adalah 1) pencegahan, dengan membuat barrier tumbuhan pakan di perbatasan areal perusahaan dengan kawasan konservasi, 2) pengelolaan koridor untuk menghubungkan areal perusahaan yang memiliki HCV 1,2,3 (high conservation value)  dengan kawasan konservasi, 3) melakukan pengusiran orangutan ke kawasan konservasi. 

Upaya lain yang dapat dilakukan adalah translokasi orangutan ke kawasan yang daya dukung habitatnya masih baik. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah alih pengetahuan ke masyarakat sehingga mampu mencegah/mengurangi konflik, menghadapi konflik dan penanganan awal. 

  • Pengembangan pendidikan konservasi sejak dini

Pendidikan konservasi adalah usaha sadar yang dilakukan terus menerus dengan tujuan agar masyarakat memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap konservasi sumber daya alam dengan segala permasalahannya. Pendidikan ini juga bertujuan agar masyarakat memiliki pengetahuan, sikap, keahlian, motivasi dan komitmen untuk ikut memecahkan masalah konservasi.

Menumbuhkan jiwa konservasi tidak dapat secara instan, melainkan membutuhkan proses panjang. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengembangkan pendidikan konservasi sejak dini kepada anak-anak, generasi penerus bangsa.

Balitek KSDA Samboja mencoba berkontribusi dalam upaya penyelamatan orangutan. Melalui Majalah Swara Samboja edisi kedua 2012, Balitek KSDA Samboja mengupas tuntas nasib orangutan dari berbagai sisi.  Dimulai dari status orangutan yang terus dalam tekanan karena hilang dan koyaknya habitat mereka, hingga upaya-upaya  mitigasi yang dilakukan.  Selanjutnya adalah solusi-solusi yang ditawarkan oleh para peneliti sekaligus praktisi  pengelola orangutan dari Balitek KSDA. (DP)***