Dientry oleh Rizda - 05 November, 2012 - 7131 klik
Hasil Hutan Bukan Kayu untuk Kesejahteraan Masyarakat NTT

BPKK (Kupang, 16/10/12)_Memilih Hasil Hutan Bukan kayu (HHBK) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah sebuah langkah yang tepat.

“Berbagai HHBK potensial, baik yang berjangka produksi panjang seperti cendana dan gaharu, berjangka produksi menengah seperti bambu, maupun yang berjangka usaha pendek seperti madu, kemiri dan asam terdapat di NTT,” kata Benediktus Polomaang, Kepala Dinas Kehutanan NTT di Kupang dalam pembukaan Seminar Hasil Penelitian BPK Kupang, Selasa (16/10) di Kupang.

Kondisi iklim NTT tidaklah memungkinkan untuk membuat kayu sebagai produk unggulan. Hal ini berbeda dengan HHBK yang secara alamiah tumbuh dan terbukti mampu menyokong kehidupan masyarakat. Jenis-jnis HHBK tertentu seperti kemiri, lak, cendana dan madu berkembang secara alami karena persyaratan budidayanya sangat sesuai dengan kondisi lahan dan iklim NTT. Dimasa yang akan datang, peranan HHBK akan semakin strategis. Selain karena nilai ekonominya, HHBK juga terbebas dari masalah dengan isu-isu kerusakan lingkungan dalam produksinya.

Namun Benediktus menyayangkan, saat ini HHBK belum memberikan kontribusi signifikan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di NTT. Dalam pengamatannya, keterbatasan akses pemasaran, lamanya waktu pengusahaan dan penguasaan iptek merupakan kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan peranan HHBK di provinsi NTT.

Untuk menjawab permasalahan iptek dalam pengembangan HHBK, diperlukan terobosan teknologi untuk memperoleh solusi teknis diperlukan untuk keberhasilan pengembangan dan menciptakan  peran signifikan HHBK di NTT.

Seminar bertemakan “Peran Iptek Hasil Hutan Bukan Kayu untuk Kesejahteraan Masyarakat”yang diselenggarakan BPK Kupang ini merupakan salah satu upaya untuk menjawab hal tersebut. Ir. IB. Putera Parthama, M.Sc. Phd., Kepala Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah) dalam sambutannya menyampaikan bahwa seminar ini  merupakan bagian dari 3 (tiga) komponen penelitian integratif. Ketiga komponen tersebut adalah pelaksanaan riset yang tepat sasaran, penyampaian hasil penelitian kepada pengguna dan deresistensi pihak pengguna.  Ketiga komponen tersebut harus terus dilakukan oleh BPK Kupang untuk menyampaikan terobosan-terobosan tersebut.

Belum optimalnya kontribusi HHBK di NTT mendorong BPK Kupang melakukan berbagai penelitian untuk menghasilkan berbagai informasi dan teknologi pengolahan HHBK. Demikian dilaporkan Ir. Misto MP selaku Kepala BPK Kupang sebagai penyelenggara kegiatan. Dalam seminar hasil penelitian ini, cendana yang merupakan komoditas unggulan khas NTT menjadi bahasan utama seminar.

Tercatat tiga makalah dari BPK Kupang, Dishut Prov NTT dan ITTO menyoroti komoditas yang kini semakin menjadi perhatian tersebut. Selain itu, disampaikan juga makalah tentang avifauna, kura-kura leher ular dan simpanan karbon di beberapa tipe hutan di NTT. Seminar ini mampu menarik perhatian peserta dari pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, UPT-UPT kementrian kehutanan, LSM dan akademisi yang hadir dalam acara seminar. (TP**)

Rumusan Seminar