SEKILAS INFO
- Strategi Media Sosial BP2TSTH dalam Penyebaran Informasi Litbang – Baca Selanjutnya
- FORDA Survey – Baca Selanjutnya
- Laporan Kinerja BLI Tahun 2017 (informasi pelaksanaan kegiatan di BLI) – Baca Selanjutnya
- Berbagai Potensi dan Peluang Penelitian bagi Mahasiswa di BP2LHK Aek Nauli – Baca Selanjutnya
- Mengubah Limbah Kayu Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran Menjadi Arang Kompos dan Cuka Kayu – Baca Selanjutnya
- PUI 2018, Balitek DAS akan Bersinergi dengan B2P2BPTH Yogyakarta – Baca Selanjutnya
Dientry oleh
Editor -
06 February, 2013 -
3474 klik
Bekantan Kuala Samboja ‘Bertahan dalam Keterbatasan’
Balitek KSDA (Samboja, 06/02)_“Primata Paling Khatrismatik di Asia Tenggara”, demikianlah Vincent Nijman menyebut bekantan dalam bukunya Forest and Primates. Keunikan dan kekhasan morfologi dari monyet yang berekor panjang ini membuat ungkapan tersebut menjadi tidak terlalu berlebihan. Sejak pertengahan tahun 1970-an beberapa kebun binatang di negara empat musim berusaha memiliki koleksi satwa berhidung paling besar dalam ordo Primata ini, namun sebagian besar mereka mengalami kegagalan.
Kita masih sangat beruntung memiliki bekantan liar di habitat aslinya, dan sudah seharusnya kita menjadikannya sebagai salah satu satwa kebanggaan selain orangutan. Namun sayang sebagian besar habitat bekantan berada di luar kawasan konservasi, sehingga rentan terhadap kerusakan dan sedikit mendapatkan perhatian. Banyaknya populasi kecil dan habitatnya yang terpisah jauh antar satu dengan lainnya menyebabkan ancaman kepunahan semakin dekat.
Demikian cuplikan isi dari buku yang sangat menarik yang ditulis oleh Tri Atmoko tentang Bekantan yang masih berjuang bertahan dalam lingkungan yang semakin keras. Buku ini berisi informasi tentang kondisi bekantan yang telah diteliti sejak tahun 2005 di Kuala Samboja Kalimantan Timur di tengah ancaman kerusakan habitatnya, serta bagaimana strategi untuk melestarikannya.
Buku yang ditulis oleh peneliti BALITEK KSDA Samboja dan masih hangat keluar dari percetakan, karena diterbitkan diakhir tahun 2012 ini diperuntukkan bagi para konservasionis satwaliar dan primatologis yang berjuang tanpa pamrih demi kelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. Diharapkan buku ini bermanfaat dalam upaya pelestarian bekantan dan habitatnya, terutama yang berada di luar kawasan konservasi. Selamat membaca. (NS)***