Dientry oleh Editor - 06 February, 2013 - 3474 klik
Bekantan Kuala Samboja ‘Bertahan dalam Keterbatasan’

bekantanBalitek KSDA (Samboja, 06/02)_“Primata Paling Khatrismatik di Asia Tenggara”, demikianlah Vincent Nijman menyebut bekantan dalam bukunya Forest and Primates. Keunikan dan kekhasan morfologi dari monyet yang berekor panjang ini membuat ungkapan tersebut menjadi tidak terlalu berlebihan. Sejak pertengahan tahun 1970-an beberapa kebun binatang di negara empat musim berusaha memiliki koleksi satwa berhidung paling besar dalam ordo Primata ini, namun sebagian besar mereka mengalami kegagalan.

Kita masih sangat beruntung memiliki bekantan liar di habitat aslinya, dan sudah seharusnya kita menjadikannya sebagai salah satu satwa kebanggaan selain orangutan. Namun sayang sebagian besar habitat bekantan berada di luar kawasan konservasi, sehingga rentan terhadap kerusakan dan sedikit mendapatkan perhatian. Banyaknya populasi kecil dan habitatnya yang terpisah jauh antar satu dengan lainnya menyebabkan ancaman kepunahan semakin dekat.

Demikian cuplikan isi dari buku yang sangat menarik  yang ditulis oleh Tri Atmoko tentang Bekantan yang masih berjuang bertahan dalam lingkungan yang semakin keras. Buku ini berisi informasi tentang kondisi bekantan yang telah diteliti sejak tahun 2005 di Kuala Samboja Kalimantan Timur di tengah ancaman kerusakan habitatnya, serta bagaimana strategi untuk melestarikannya.

Buku yang ditulis oleh peneliti BALITEK KSDA Samboja  dan masih hangat keluar dari percetakan, karena diterbitkan diakhir tahun 2012 ini diperuntukkan bagi para konservasionis satwaliar dan primatologis yang berjuang tanpa pamrih demi kelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. Diharapkan buku ini bermanfaat dalam upaya pelestarian bekantan dan habitatnya, terutama yang berada di luar kawasan konservasi. Selamat membaca. (NS)***

Unduh buku