Dientry oleh Rizda - 08 February, 2013 - 3344 klik
BPK Manado Fasilitasi Rencana Budidaya Eucalyptus dan Pembangunan Agroindustri di Sulut

BPKMa (Manado, 15/01)_Rombongan UGM dan PT. Sritex serta Komisaris PT Bank International Indonesia, Tbk. berkunjung ke Provinsi Sulawesi Utara untuk melakukan studi awal pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) jenis eucalyptus. Membahas hal tersebut, Kepala Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado, Dr. Mahfudz memfasilitasi Rencana Budidaya Eucalyptus dan Pembangunan Agroindustri di Sulut dengan menggagas pertemuan multipihak di kantornya tanggal 15/01. Hadir dalam acara tersebut, yaitu Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Poigar, Biro Sumberdaya Alam dan beberapa UPT Kementerian Kehutanan di Sulawesi Utara, antara lain Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah (BPKH) VI Manado.

Dr. Hargo Utomo, MBA, M.Com., Direktur Pengembangan Usaha dan Industri UGM menjelaskan rencana pengembangan HTI Eucalyptus di Sulawesi Utara merupakan langkah awal pengembangan agroindustri. Budidaya Eucalyptus untuk pembangunan yang berkelanjutan di Sulawesi Utara akan menerapkan model Triple Helix antara Pemerintah Daerah Sulut, PT. UGM Samator Pendidikan dan Industri Textil Sritex. Pemerintah Daerah sebagai penyedia lahan, PT. UGM Samator Pendidikan sebagai penyedia IPTEk dan PT. Sritex sebagai pengolah kayu eucalyptus dari hasil pengembangan oleh pihak UGM.   

Beliau juga menjelaskan kecocokan kondisi lahan di Sulawesi Utara dengan Eucalyptus sebagai komoditas unggulan yang akan dikembangkan untuk agroindustri. Pengembangan Eucalyptus sebagai tanaman monokultur untuk agroindustri dinilai relatif ramah terhadap lingkungan.  PT. Sritex setiap tahun membutuhkan 800.000 ton pulp dari bahan Eucalyptus sebagai bahan dasar untuk pembuatan Rayon, sehingga seluruh hasil produksi dari hutan tanaman industri di wilayah Sulawesi Utara akan ditampung dan dibeli oleh PT. Sritex melalui PT. Rejeki Emas Hijau.

Lebih lanjut Margo juga menambahkan keunggulan nilai ekonomis per ha lahan jika ditanami tanaman eucalyptus senilai Rp. 60.000.000,00 jauh lebih tinggi jika dibandingkan ditanami gabah senilai Rp. 24.500.000,00 jagung  senilai Rp. 13.200.000,00 dan tanaman sawit senilai Rp. 4.000.000,00.

Dalam paparannya, Prof. Dr. Muh. Na’iem dari Fakultas Kehutanan UGM menjelaskan beberapa tanaman yang cocok untuk produksi rayon antara lain Eucalyptus pelitta, E. deglupta, E. urophylla, E. uro-pellita, E. uro-alba, E. pellita-brassiana, Pinus merkusii. Agathis lorantifolia dan Araucaria cuminghanii.  Jenis yang akan dikembangkan di Sulawesi Utara adalah Eucalyptus pelitta karena paling tahan serangan hama penyakit dan umur 4 tahun sudah dapat dipanen.

Pada kesempatan tersebut, BPKH Wilayah VI Manado memaparkan kondisi kawasan hutan pada beberapa kabupaten sebagai alternatif pengembangan HTI, antara lain Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Utara dan KPHP Model Poigar Ijin pengembangan HTI saat ini hanya dapat dilakukan pada kawasan Hutan Produksi Tetap (HP).   Alternatif lokasi yang disarankan BPKH Wilayah VI adalah pada lokasi KPHP Model Poigar pada kawasan Hutan Produksi Tetap dengan luasan sekitar 17.000 ha.  Selain itu juga Hutan Tanaman Rakyat seluas 50.000 ha di daerah Bolaang Mongondow.

Selaras dengan program Direktorat Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial (BPDASPS) Kemenhut, kerjasama penyediaan bibit eucalyptus oleh BPDASPS melalui Program Kebun Bibit Rakyat (KBR) untuk masyarakat dapat dibangun.  KPH Poigar memiliki akses transportasi yang baik dan terdapat area bekas logpond yang dapat dijadikan tempat penampungan kayu. Posisinya yang berdekatan dengan laut merupakan nilai tambah untuk pengembangan HTI.

Keesokan harinya, rombongan tersebut diterima oleh Gubernur Sulawesi Utara, SH Sarundajang di rumah dinasnya.  Gubernur menyambut baik rencana pengembangan HTI Eucalyptus di Sulut karena akan meningkatkan perekonomian masyarakat di daerah ini. 

Dalam pertemuan tersebut PT. Sritex yang diwakili Dr. Nasir Tamara dalam penjelasannya menyebutkan kalau saat ini pihaknya mengimpor kayu Eucalyptus dari Brasil untuk dijadikan kain.  Produk yang dihasilkan selain kain juga  seragam tentara, seragam polisi juga pakaian anti radiasi. Dr. Nasir Tamara juga mengajak Gubernur untuk mengunjungi industrinya di Sukoharjo yang langsung disambut Gubernur dan menjadwalkan sekitar bulan Maret 2013 akan melihat langsung pabrik dimaksud.

Setelah melapor pada Gubernur Sulut, rombongan tersebut diantar oleh Kepala BPK Manado, Dr. Mahfudz, Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam Sulawesi Utara, Ir. Sudiono, Kepala Balai Taman Nasional Bunaken, Ir. Edy Sutiarto meninjau lokasi KPHP Model Poigar di Kab. Bolaang Mongondow. (MF)***