- Strategi Media Sosial BP2TSTH dalam Penyebaran Informasi Litbang – Baca Selanjutnya
- FORDA Survey – Baca Selanjutnya
- Laporan Kinerja BLI Tahun 2017 (informasi pelaksanaan kegiatan di BLI) – Baca Selanjutnya
- Berbagai Potensi dan Peluang Penelitian bagi Mahasiswa di BP2LHK Aek Nauli – Baca Selanjutnya
- Mengubah Limbah Kayu Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran Menjadi Arang Kompos dan Cuka Kayu – Baca Selanjutnya
- PUI 2018, Balitek DAS akan Bersinergi dengan B2P2BPTH Yogyakarta – Baca Selanjutnya
Dientry oleh
Rizda -
27 November, 2013 -
5310 klik
IPTEK HHBK dan Jasa Lingkungan untuk Kesejahteraan Masyarakat
Balitek HHBK Mataram (Mataram, 22/11/2013)_Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) merupakan salah satu sumber daya hutan dengan keunggulan komparatif terhadap pelestarian lingkungan. Selain itu, juga memiliki nilai strategis bagi peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar kawasan, dan berpotensi dikembangkan dalam skala industri yang lebih besar (agroforest based industry). Namun, walaupun HHBK memiliki keunggulan dibandingkan dengan hasil kayu, pemanfaatannya belum dilakukan secara optimal.
“Selama ini hasil hutan bukan kayu diperoleh dengan cara memungut, ke depan diharapkan perolehan HHBK dengan cara budidaya untuk menjamin kesinambungan usaha,” kata Kepala Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu (BPTHHBK) Mataram, Ir. Edy Sutrisno, MSc. pada Ekspose Hasil Penelitian BPTHHBK di Mataram, Selasa (19/11).
Untuk itu, Edy Sutrisno menjelaskan bahwa saat ini BPTHHBK Mataram telah menyediakan paket-paket teknologi terkait teknik budidaya HHBK, teknik pengolahan HHBK, aspek sosial ekonomi kebijakan dan jasa hutan, khususnya yang menyangkut karbon terkait dengan REDD.
Melalui kegiatanan ekspose ini, BPTHHBK bermaksud mengkomunikasikan dan mensosialisasikan hasil-hasil penelitiannya kepada para pengguna dan stakeholder terkait. Agenda pada ekspose tersebut mencakup pemaparan 9 makalah hasil-hasil penelitian BPTHHBK Mataram dan 3 makalah dari institusi lain tentang 3 aspek yang berbeda, yaitu budidaya, teknologi pengolahan, serta sosial ekonomi dan kebijakan HHBK.
Terkait hal tersebut, Kepala Dinas Kehutanan Nusa Tenggara Barat, Dr. Ir. Abdul Hakim MM. menyambut baik penyelenggaraan ekpose yang bertema IPTEK Hasil Hutan Bukan Kayu dan Jasa Lingkungan untuk Mendukung Kesejahteraan Rakyat ini. Dalam sambutan selamat datangnya kepada peserta ekspose, Abdul Hakim menyatakan bahwa HHBK sangat menjanjikan untuk merubah struktur ekonomi masyarakat.
“NTB sangat membutuhkan uluran ilmu, terutama dari para peneliti, sehingga sangat diharapkan paket teknologi yang ditawarkan bisa menjawab permasalahan HHBK di lapangan,” kata Abdul Hakim.
Senada dengan itu, Sekretaris Badan Litbang Kehutanan, Ir. Tri Joko Mulyono, MM. dalam arahannya juga mengatakan bahwa tantangan potensi HHBK bisa menjadi kegiatan yang prospektif dan ekonomis, sehingga masyarakat menunggu paket-paket teknologi.
“Penelitian tidak hanya bisa menjawab “apa” namun penelitian harus menjawab “bagaimana”, artinya paket teknologi yang dihasilkan harus bersifat problem solving sehingga kebijakan yang dihasilkan didasarkan pada hasil penelitian,” kata Tri Joko.
Disebutkan bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.21/Menhut-II/2009 tentang Kriteria dan Indikator Penetapan Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan, saat ini telah ditetapkan 6 jenis HHBK unggulan nasional, yaitu rotan, bambu, sutera alam, nyamplung, dan lebah madu serta gaharu. Dari 6 jenis HHBK unggulan tersebut, bambu, madu dan gaharu terdapat di Nusa Tenggara Barat. Sementara Jasa lingkungan yang penting terdiri atas 4, yaitu tata air, keanekaragaman hayati, penyerap dan penyimpan karbon serta keindahan lansekap.
Ekspose yang dihadiri sekitar 100 orang dari berbagai kalangan, antara lain peneliti, penyuluh, LSM, akademisi dan praktisi dari berbagai instansi, seperti Bakorluh, Dinas Kehutanan serta instansi terkait lainnya ini diakhiri dengan membacakan rumusan hasil ekspose, yang merupakan rangkuman substansi seluruh materi, diskusi dan arahan kebijakan.
Sesuatu yang unik dan berbeda pada pelaksanaan ekspose ini dibandingkan ekspose pada umumnya, yaitu seluruh peserta diminta secara serentak meminum madu yang telah disediakan oleh panitia, sebagai tanda dimulainya acara tersebut. Madu tersebut merupakan madu dari lebah jenis Trigona sp. yang banyak dibudidayakan di Lombok, salah satunya oleh BPTHHBK Mataram. (TS)***
Materi Presentasi
Sesi I:
Karakteristik Pembentukan Gaharu yang Dihasilkan dari Tiga Jenis Teknologi Inokulasi di Propinsi NTB
Analisis Senyawa Kimia Penanda Kualitas Gaharu
Teknik Pengolahan Biokerosin Berbahan Baku Nyamplung dan Kepuh
Karbonisasi Tempurung Kemiri Menggunakan KOH dan Katalis Besi Untuk Mendapatkan Karbon Konduktif
Sesi II:
Inokulasi Gaharu Menggunakan Isolat Asal Alas dan Lombok Tengah di Lombok Barat
Pembungaan dan Pembuatan Daun Lontar: Studi kasus di Kabupaten Karangasem, Bali
Strategi Budidaya Pengembangan Hutan Rakyat Cendana (Santalum album L.) di Nusa Penida
Sesi III:
Potensi Nyamplung (Calophyllum inophylum) sebagai bahan baku energi di NTB dan Bali
Keterlibatan Multi Pihak dalam Kegiatan REDD+ di Pulau Lombok
Pengembangan HHBK: Sebuah alternatif penyelesaian konflik Land Forest Tenure