Dientry oleh Rizda - 08 January, 2014 - 2824 klik
Dalam Rangka Pembangunan HTR, Camat dan Kepala Kampung Se-Kab. Way Kanan, Lampung Kunjungi Kampus Badan Litbang Kehutanan

Kunjungan Camat & Kepala Kampung Se-Kab. Way Kanan FORDA (Bogor, 07/01/2014)_Badan Litbang Kehutanan kembali menerima kunjungan 240 orang pejabat Kecamatan dan Kampung se-Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung di Bogor, Selasa (07/01). Kunjungan ke Kampus Badan Litbang Kehutanan ini merupakan bagian dari Sosialisasi Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) yang diselenggarakan oleh Bina Usaha Tanaman Hutan (BUTH), Ditjen Bina Usaha Kehutanan (BUK).

Melalui hasil-hasil penelitian, penyelenggara berharap para peserta memperoleh informasi dan teknologi  jenis tanaman hutan yang dapat dikembangkan dalam rangka pembangunan HTR di Lampung. “Kunjungan ini untuk memberikan informasi tentang HTR, khususnya jenis-jenis tertentu, seperti gaharu, karet, dan sengon. Selain itu juga untuk memberi akses bagi masyarakat dalam mengembangkan jenis-jenis tersebut,” jelas Ir. Herdy Kusumartono, Kasubdit Hutan Tanaman Rakyat, BUHT.

Selain itu, juga untuk dapat melihat prospek apa yang bisa dikembangkan di masyarakat ke depan. Demikian disampaikan Ir. Jaya Sumpena, Kabid. Wilayah I Pengelolaan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang juga hadir pada acara tersebut.

Diawali pemutaran beberapa film hasil penelitian Badan Litbang Kehutanan dan memperkenalkan empat Pusat Litbang yang ada di dalamnya, Ir. Didiek Purwito, MSc, Kepala Bidang Pengembangan Data dan Tindak Lanjut, Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi menyambut baik kunjungan Camat dan Kepala Kampung tersebut.

“Selama Desember 2013 sampai Januari 2014 ini, kami sangat berbangga hati, Lampung sudah 4 kali mengunjungi kami,” sambut Didiek.

Selanjutnya, Kadisbunhut, Leaderwan, SH, MH selaku fasilitator kegiatan ini menyampaikan bahwa rombongan Camat dan Kepala Kampung ini memerlukan informasi-informasi tentang tanaman kehutanan. Hal tersebut berkenaan dengan hampir semua desa di Way Kanan berdampingan dengan kawasan hutan, khususnya hutan produksi.

“Namun demikian, masyarakat kita belum dapat menikmati pemanfaatan kawasan hutan tersebut, padahal masih banyak lahan-lahan yang belum produktif,” ungkap Leaderwan.

Leaderwan juga menyampaikan bahwa hampir semua desa di Way Kanan telah mendapat bantuan Kebun Bibit Rakyat (KBR). Tahun 2011 lalu, 60 kelompok telah menanam pohon penghasil gaharu masing-masing 2.000 batang ditambah bibit dari swadaya masyarakat. Namun demikian, masih ada masyarakat yang tidak tahu bahwa di kebun mereka ada pohon penghasil gaharu sehingga ditebang begitu saja.

Untuk itu, melalui kesempatan ini, Leaderwan berharap para Camat dan Kepala Kampung Way Kanan ini memperoleh informasi sehingga mereka dapat menjelaskan tentang gaharu: bagaimana menanam, menyuntik pohon gaharu dan memasarkannya sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan petani. “Dalam hal ini, mungkin ada hal-hal yang bisa dikerjasamakan, seperti pengembangan tanaman gaharu di Way Kanan,” harap Leaderwan.

Menanggapi kerjasama yang disampaikan oleh Kadisbunhut Way Kanan tersebut, Didiek mewakili Badan Litbang mengatakan bahwa selaku institusi riset, Badan Litbang bersedia membantu melalui advis teknis, tentunya dengan menawarkan informasi dan teknologi. “Seperti bagaimana menyuntik gaharu yang benar dan seperti apa inokulan-inokulan yang baik terhadap jamurnya itu, kami bisa membantu jika diperlukan,” kata Didiek.

Selain dihadiri beberapa Pejabat Struktural, pada kesempatan ini, hadir 2 peneliti terkait sebagai narasumber. Ir. Atok Subiakto, M.Sc, Peneliti Silvikultur yang menjelaskan budidaya dan penanaman tanaman hutan. Sementara Dr. Erdy Santoso, MS, Peneliti Mikrobiologi memaparkan hasil penelitian teknik inokulasi gaharu budidaya, salah satu penelitian yang aplikatif.

Erdy menjelaskan bahwa penelitian gaharu dimulai sejak tahun 1984. Hal tersebut dilatarbelakangi pertimbangan kemungkinan habisnya pohon penghasil gaharu alam. Saat ini, gaharu alam telah memasuki CITES III, terlebih hasil penelitian Litbang juga menemukan bahwa tidak semua pohon penghasil gaharu ada gaharunya.

Terkait inokulasi gaharu budidaya, Erdy menjelaskan bahwa gaharu terbentuk oleh adanya jamur (isolat) yang disuntikkan ke pohon penghasil gaharu dan hasilnya juga ditentukan oleh jenis pohonnya. Sampai saat ini Erdy, dkk terus melakukan sosialisasi menanam pohon penghasil gaharu kepada masyarakat.

“Saat ini, FORDA telah memiliki 70 strain kapang penghasil gaharu dari Aceh sampai Papua yang telah dieksplorasi di hutan,” jelas Erdy.

Dari hasil penelitian tersebut, Badan Litbang Kehutanan telah mendapatkan penghargaan menjadi salah satu inovasi pada Buku 102 Inovasi Indonesia Tahun 2012, yaitu Bioinduksi : Teknologi Rekayasa Produksi Gaharu dengan Induksi Jamur Fusarium. Selain itu, isolat pembentuk dan penghasil gaharu hasil penelitian Badan Litbang Kehutanan tersebut juga sudah dipatenkan.

Dari diskusi yang berkembang, para peserta sosialisasi tersebut sangat tertarik mengembangkan gaharu di daerahnya masing-masing. Untuk itu, peserta sangat berharap adanya advis teknis dari peneliti gaharu Badan Litbang Kehutanan bagi kelompok tani dengan difasillitasi Pemda Lampung. Jika memungkinkan dari semua aspek, mulai dari teknik budidaya, inokulasi, teknik pemanenan, teknik pengolahan sampai pemasarannya.

Di akhir acara, Didiek menyarankan perlunya membentuk forum gaharu di Provinsi Lampung untuk dapat mengakomodir kebutuhan informasi dan teknologi tentang gaharu. Untuk itu, Badan Litbang bersedia dilibatkan dalam forum tersebut, seperti halnya di Forum Gaharu Indonesia, Forum Gaharu Sumatera Utara, dan di beberapa daerah lainnya.

Sebelumnya, Desember 2013 Kampus Badan Litbang Kehutanan di Bogor juga menerima 3 kunjungan, yaitu 320 mahasiswa beberapa perguruan tinggi dan Karang Taruna Lampung, 20 orang Camat se-Kabupaten Tanggamus, Lampung dan 130 Kepala Desa se-Kabupaten Lampung Selatan. (RH)***

 

Foto-foto: Datinfo

Penulis : Risda Hutagalung