Dientry oleh priyo - 06 November, 2014 - 3421 klik
Agar Efektif, Luas Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Desa Perlu Diperkecil

FORDA (Makassar, 30/10/2014)_Pemanfaatan kawasan Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan Hutan Desa (HD) belum optimal, karena lahan yang terlalu luas dibandingkan dengan jumlah atau kelompok masyarakat. Demikian dikatakan Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan (PEH), Muhamad Fatahilah S.Sos, M.Si di Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Jeneberang-Walanae di Makassar, Kamis (30/10/2014).

Masalah muncul ketika luas lahan HKm atau HD yang dikelola masyarakat di Sulsel lebih dari dua hektare. “Sedangkan luas maksimal hutan yang dikelola petani seharsunya hanya 0,5 hektare, mengacu pada keberhasilan HKm dan HD di Gunung Kidul, Provinsi Daerah  Istimewa Yogyakarta (DIY),” kata Fatahilah ketika menerima kunjungan peserta pelatihan menulis. 

HKm dan HD merupakan Hutan Negara yang dikelola dengan tujuan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. HKm dan HD di Kayu Biru Yogyakarta, menurut Fatahilah telah berhasil mengoptimalkan HKm dengan hasil 20 juta/tahun melalui pemanfaatan jasa lingkungan. 

Oleh karena itu, menurut Fatahillah, di masa datang HKm dan HD perlu diperkecil luasan kawasan yang dimiliki kelompok masyarakat atau desa sehingga pengelolaan yang dilakukan dapat maksimal. “Peningkatan pendampingan ke kelompok masyarakat, dan optimalisasi hasil melalui pemanfaatan jasa lingkungan dapat lebih dikembangkan lagi,” ujarnya.

Selain masalah luas area, dua masalah yaitu tidak adanya alokasi dana di daerah, dan belum optimalnya pemanfaatan kawasan HKm atau HD. Terkait permasalahan tersebut, pihak BPDAS selaku fasilitator program ini telah melakukan beberapa upaya untuk mengoptimalkan HKm dan HD. “Upaya tersebut di antaranya adalah dengan menggandeng beberapa LSM (Rekoptisi, Lampion, Kareso) dan pembentukan forum-forum komunikasi,” lanjutnya.

BPDAS Jeneberang Walanae telah melakukan program HKm dan HD mulai tahun 2010. Di Sulawesi Selatan BPDAS mempunyai target sebanyak 20.000 ha/tahun untuk HKm dan 1.000 ha/tahun. Selama 4 tahun, program ini telah dilaksanakan di beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan (Sulsel) diantaranya adalah Jenepoto, Sidrap, Bulukumba, Sopeng dan Bantaeng. Banyak keberhasilan yang dicapai selama 4 tahun ini, salah satunya adalah HKm di Bantaeng yang mendapatkan peringkat satu nasional pada tahun 2014. ***(BWB)

                                

Hasil Workshop Penulisan Populer (Berita) kerjasama antara FORDA dengan CIFOR

Bayu Wisnu Broto (BPK Makassar)

 

http://www.forda-mof.org atau www.litbang.dephut.go.id

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Forestry Research and Development Agency

Penulis : Bayu Wisnu Broto