- Strategi Media Sosial BP2TSTH dalam Penyebaran Informasi Litbang – Baca Selanjutnya
- FORDA Survey – Baca Selanjutnya
- Laporan Kinerja BLI Tahun 2017 (informasi pelaksanaan kegiatan di BLI) – Baca Selanjutnya
- Berbagai Potensi dan Peluang Penelitian bagi Mahasiswa di BP2LHK Aek Nauli – Baca Selanjutnya
- Mengubah Limbah Kayu Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran Menjadi Arang Kompos dan Cuka Kayu – Baca Selanjutnya
- PUI 2018, Balitek DAS akan Bersinergi dengan B2P2BPTH Yogyakarta – Baca Selanjutnya
Dientry oleh
priyo -
16 November, 2014 -
2449 klik
Suku Bunga, Sarana Pengendali Laju Deforestasi dan Degradasi Hutan
FORDA (Bogor, 17/11/2014)_Suku bunga merupakan saluran transmisi kebijakan dan faktor eksternal ekonomi yang sangat penting dan dapat dijadikan sebagai salah satu sarana untuk mengendalikan laju deforestasi dan degradasi hutan. Hal ini disampaikan oleh Dr.Ir. Satria Astana, M.Sc, Peneliti Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan dalam artikelnya yang diterbitkan dalam Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 9, No 3.Tahun 2012.
Untuk memprediksikan peranan suku bunga terhadap laju deforestasi dan degradasi hutan, Astana merekontruksikan ke dalam bentuk model dengan menetapkan suku bunga sebagai saluran transmisi kebijakan dan faktor eksternal ekonomi. Adapun data yang digunakan adalah data series perubahan lahan tahun 1980-2008, data deforestasi Hutan Tanaman Industri/HTI (baik tanaman sawit, karet dan padi) serta data terkait lainnya.
Disebutkan dalam artikelnya, penurunan suku bunga cenderung menaikkan laju deforestasi dan menurunkan laju degradasi. Sedangkan kenaikan suku bunga cenderung menurunkan laju deforestasi dan menaikkan laju degradasi.
Hal ini terlihat dari hasil simulasi model yang telah dibangun. Dimana apabila suku bunga dinaikkan sebesar 5,0% dapat menurunkan laju deforestasi hutan alam sebesar 0,11dan menaikkan laju degradasi hutan alam sebesar 0,96%.
Sedangkan dari kebijakan ekspansi moneter sebesar 23,12% yang akan berimbas pada kenaikan suku bunga akan meningkatkan laju deforestasi hutan alam sebesar 9,08%, dan menurunkan laju degradasi hutan alam sebesar 109,73%.
Oleh karena itu, Astana menyatakan bahwa model yang dibuatnya memberikan hsil estimasi dengan dampak yang konsisten.
Lebih lanjut, Astana menyatakan bahwa saluran suku bunga dapat digunakan sebagai instrumen kebijakan insentif-disinsentif yang efektif. Sedangkan bentuknya dapat diarahkan untuk mencegah penebangan hutan secara berlebihan melalui perbaikan kinerja pengelolaan hutan alam produksi atau menurunkan laju degradasi hutan, peningkatan produktivitas hutan, mengendalikan ekspansi areal konversi hutan alam yang berlebihan melalui peningkatan produktivitas lahan, terutama areal tanaman pangan, tanaman karet, tanaman sawit dan Hutan Tanaman Industri. ***(TA)
Sumber Artikel :
Koleksi Foto:
1. Hendra Gunawan
2. Subarudi
3. Priyo Kusumedi
Informasi lebih lanjut:
Dr.Ir. Satria Astana, M.Sc
Keahlian Ekonomi Kehutanan/Manajemen Kehutanan)
Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan
http://www.forda-mof.org atau www.litbang.dephut.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Forestry Research and Development Agency