Dientry oleh priyo - 11 December, 2014 - 2284 klik
Litbang Harus Menjawab Persoalan Krisis Pangan, Air dan Energi

BPTA (Ciamis, 11/12/2014)_“Kita sedang menghadapi turbulensi dari situasi yang bisa dikatakan tidak nyaman dan bisa juga nyaman. Turbulensi ini tentu berdampak pada fokus-fokus kegiatan litbang kita  ke depan. Ke depan litbang kita harus menjawab berbagai persoalan yang kita hadapi yakni krisis pangan, krisis air, krisis energi dan tantangan berhadapan dengan tingkat pendapatan masyarakat yang rendah, “ demikian arahan Kepala Badan Litbang Kehutanan, Prof Dr. Ir. San Afri Awang, M.Sc pada saat pembinaan  dan meninjau lokasi pembangunan Tegakan benih Provenan Sengon dan Hutan Penelitian Cigerendeng,  Balai Penelitian Teknologi Agroforestry (BPTA) Ciamis, kamis (11/12/2014)

Lebih lanjut Kabadan mengatakan bahwa dalam NAWA CITA dinyatakan bahwa terdapat sekitar 40 juta ha lahan harus dibuat kemitraannya. Artinya 8 juta ha per tahun lahan tersebut harus diselesaikan. Tanpa dukungan penelitian, maka misi tersebut imposible. Oleh karena itu maka fokus penelitian yang bisa diambil kawan-kawan peneliti adalah pertama penyelesaian tenurial; kedua pengembangan dan pembangunan model pemanfaatakan lahan untuk rakyat/masyarakat. Dan yang terakhir adalah fokus pada penelitian lingkungan hidup dan energi seperti kajian stategis lingkungan hidup, amdal, audit lingkungan. Itu semua tidak terakomodir dalam Rencana Penelitian Integratif (RPI).

“Terkait dengan tantangan dan fokus penelitian lebih lanjut Kabadan mengatakan bahwa tugas balai untuk memotret situasi tersebut dan mempublikasikanny,” kata Kabadan.

Kemudian Kabadan menyampaikan harapannya terhadap balai agar di masa depan mempunyai KHDTK. “Itu adalah target, apa ceritanya kalau 30 tahun mendatang kita tidak mempunyai Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK). Pasti kita disalahkan, “ jelas Kabadan”

“Fungsi pokoknya adalah membuat kebun benih dengan standar kualitas yang tinggi. “Saya minta Balai mencari lahan minimal 500 ha untuk membuat Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK). Bisa dengan membuat surat ke Perum Perhutani  karena saya tahu banyak lahan kosong yang tidak produktif  yang ada di bawah pengelolaan Perhutani, “ ungkap Kabadan.

Yang kedua tanah Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK)itu harus menjadi demplot besar Agroforestry.  “Saya kira Kekhususan balai ini tidak perlu diubah hanya perlu diperkaya mengingat kita punya saudara baru hasil penggabungan kementerian  yaitu Lingkungan Hidup. Jadi Agroforestry harus dipandang dari prosfektif ekosistem. Pentingnya Agroforestry itu yaitu sebagai bagian dari konsep pembangunan Green Economi. Green Ekonomi  adalah upaya kita menbangun Sumber Daya Alam dengan tidak saling meniadakan tetapi saling mutualistik. Yang bisa mewujukan konsep Green Ekonomi itu hanya AF tidak ada yang lain, “ harap Kabadan

Lebih lanjut Kabadan menjelaskan bahwa agroforestry akan berkembang kalau dia didukung oleh sumberdaya manusia yang ahli fisiologi tanaman/production fisiologi yang bisa diambil dari pertanian atau fisiologi tanaman keras. Karena kalau kita paham tentang fisiologi tanaman maka dalam membuat desain agroforestry enggak perlu datang dulu ke lapangan karena ada model  yang bisa dibuat dari simulasi sinar matahari, dari unsur hara tanah. Sehingga dengan modeling bisa diterapkan di berbagai tempat.

“Tidak mungkin agroforestry berkembang tanpa belajar fisiologi tanaman, kita hanya belajar di permukaan saja. Maka saya minta balai agar mengupayakan ada seorang doktor ahli fisiologi tanaman, “ harap Kabadan

Kemudian Kabadan juga meminta ke depan, khusus litbang kita ini, iptek yang ada di demplot lalu dibuat inovasi sehingga hasil penelitian dapat berguna bagi masyarakat. Tidak hanya berguna untuk angka kredit penelitinya saja.

Terkait dengan kelembagaan, Kabadan mengatakan bahwa litbang akan tetap eksis hanya terdapat perubahan pada nomenklaturnya menjadi Badan Litbang dan Inovasi.

“Saya melihat bahwa penelitian yang selama ini telah dilakukan baru sebatas hasil-hasil penelitian saja belum banyak menyentuh ke tahap pengembangan. Itulah salah satu kelemahan kita. Pengembagannya masih kurang. Oleh karena itu perlu inovasi-inovasi dari para peneliti baik berasal dari hasil penelitian yang ada atau mengembangkan penelitian yang telah dilakukannya. Inovasi adalah tingkat kreatifitas  untuk menghasilkan produk yang bernilai dan layak secara ekonomi, “ kata Kabadan

Terkait dengan inovasi tersebut, Kabadan meminta kepada seluruh jajaran peneliti agar menanamkan cita-cita agar para peneliti mempunyai tekad menjadi seorang Profesor Riset serta menghasilkan produk yang dilindungi oleh Hak Kekayaan Intelektual. “Itu adalah ujung dari karya-karya anda, sebagai mana seorang dosen yang diharapkan menjadi seorang profesor, “ jelas Kabadan.

Pada akhir pembinaan, Kabadan memberikan kesempatan membuka dialog interaktif dengan seluruh jajaran pegawai BPTA Ciamis. Beberapa pertanyaan yang diajukan diantaranya minimnya sarana prasarana laboratorium, multimedia serta peningkatan kapasitas SDM yang kurang lebih tidak mendukung kepakaran para peneliti.

Pembinaan pegawai oleh Kabadan dihadiri oleh seluruh pegawai BPTA Ciamis baik dari jajaran struktural maupun dari jajaran fungsional Peneliti dan Teknisi Litkayasa beserta Ibu-ibu dharma wanita. Acara pembinaan pegawai diawali dengan paparan singkat Kepala BPTA Ciamis, Ir. Bambang Sugiarto, MP.

Setelah memberikan pembinaan, Kabadan bergerak untuk meninjau lokasi hutan penelitian Cigerendeng di Kecamatan Cisaga, Kabupaten Ciamis. Kabadan mendapat penjelasan tentang sejarah dari Hutan Penelitian Cigerendeng. Hutan Penelitian Cigerendeng ini dibangun tahun 1933 dengan vegetasi dominan adalah vegetasi jenis Family Dipterocarpaceae seperti Shorea leprosula, S. Ovalis, S. Selenica, Hopea mengarawan, Hopea sangal. Luas hutan penelitian cigerendeng ini kurang lebih 7,65 Ha.

Sebelum dikelola oleh BPTA Ciamis, hutan penelitian Cigerendeng dikelola oleh Perum Perhutani Unit III Jabar. Dalam prosesnya, kemudian hutai ini dijadikan kawasan Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan dan Konservasi Alam, Bogor. Berdasarkan Berita acara serah terima nomor BA. 15/VIII-2PP/2004 tanggal 5 januari 2004, pengelolaan hutan penelitian ini diserahterimakan kepada Loka Litbang Hutan Moosoon (LP2HM) Ciamis yang telah berubah nomenklatur sekarang dimana semula BPK Ciamis dan sekarang menjadi BPTA.

Terkait dengan hutan penelitian Cigerendeng, Kabadan mengatakan bahwa perlu dipikirkan mekanisme agar hutan penelitian Cigerendeng memberikan manfaat sebagai sumber pemasukan PNBP mengingat hutan ini telah dijadikan kawasan sumber benih jenis shorea yang telah disertifikasi oleh BPTH, Tanjungsari, Sumedang. Lebih lanjut Kabadan mengatakan perlunya menjaga keamanan hutan ini dengan memberdayakan masyarakat sekitar serta koordinasi dengan pihak terkait.

Selepas dari hutan penelitian Cigerendeng, Kabadan mengunjungi lokasi Tegakan benih Provenan jenis sengon di Desa Raksabaya, Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis. Tegakan Benih provenan jenis sengon ini dibangun tahun 2011 dengan luas 1,2 ha. Tegakan ini dibangun sebagai wujud pelaksanaan Rencana Penelitian Integratif Bioteknologi Hutan dan Pemuliaan Tanaman Hutan yang dikoordinir oleh Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPBPTH) Yogyakarta.

Tegakan ini dibangun dari provenan hasil eksplorasi dari Papua yang toleran terhadap karat tumor. Untuk menguji resistensi provenan Papua terhadap serangan karat tumor perlu dilakukan uji resistensi disejumlah wilayah. Untuk wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah akan dilakukan oleh BBPBPTH Yogyakarta. Pada tahun 2010, di Jawa Barat telah dibangun plot uji resistensi dari 12 provenan sengon asal Papua oleh Balai Penelitian Teknologi Agroforestry dan pada tahun 2014 (tahun keempat) tanaman sudah berumur 3 tahun. Sebagai kegiatan lanjutan diperlukan kegiatan pemeliharaan tanaman pada plot uji, evaluasi pertumbuhan tanaman, identifikasi serangan karat tumor pada masing-masing provenan serta menguji resistensi provenan-provenan tersebut pada tingkat semai.***(DKW)

 

http://www.forda-mof.org atau www.litbang.dephut.go.id

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Forestry Research and Development Agency (FORDA)

 

Penulis : Diana Kusumawardana