Dientry oleh priyo - 30 December, 2014 - 4003 klik
Sidik Cepat Degradasi Sub DAS

FORDA (Surakarta, 31/12/2014)_Pola pengelolaan sumberdaya alam baik vegetasi, tanah dan air yang berlebihan telah menurunkan daya dukung daerah aliran sungai (DAS) di Indonesia. Bencana banjir, erosi, sedimentasi, kekeringan dan tanah longsor yang sering terjadi adalah buktinya. Sejauh ini, dinamika kondisi potensi dan tingkat kerentanan/degradasi DAS belum dideteksi secara dini dan periodik, sehingga bencana sering terjadi tanpa sempat diantisipasi. Kondisi tersebut menunjukkan masih lemahnya sistem pengelolaan DAS.

Sidik cepat degradasi sub DAS menyajikan metode yang dapat menginformasikan potensi dan tingkat kerentanan/degradasi suatu sub DAS. Metode ini memungkinkan pihak pengelola sub DAS menyusun rencana pengelolaan sub DAS secara komprehensif meliputi aspek biofisik dan social ekonomi.

Hal tersebut disampaikan Ir. Paimin, M.Sc, dan Ir. Purwanto, M.Si, Peneliti Hidrologi dan Konservasi Tanah dan Sosial-Ekonomi, Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS Surakarta dalam bukunya berjudul Sidik Cepat Degradasi Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS).

“Sidik cepat degradasi sub DAS digunakan untuk memperoleh gambaran spesifik sub DAS yang dicirikan oleh parameter keadaan morfometri, topografi, tanah, geologi, vegetasi penggunaan lahan, hidrologi dan manusia. Parameter-parameter tersebut disusun dalam formula karakteristik yang memberikan informasi potensi dan kerentanan suatu sub DAS” kata Paimin.

“Sistem karakterisasi Sub DAS dapat digunakan sebagai alat penyidikan secara cepat terhadap degradasi Sub DAS, baik letak/tempat, penyebab, atau pun tingkat degradasinya, “ jelas Paimin

Sistem karakterisasi


Karakteristik sub DAS disusun berdasarkan faktor alami (statis) dan faktor manajemen DAS(dinamis).Faktor alami seperti iklim, morfometri,geologi, tanah dalam membentuk karakteristik dasar DAS. Faktor manajemen yaitu intervensi manusia berupa pengelolaan sumberdaya alam dalam DAS, terutama masukan teknologi akan membentuk karakteristik aktual DAS.

“Potensi dan kerentanan  Sub DAS, diukur dari aspek/komponen: (1) potensi air banjir dan daerah rawan banjir, (2) kekeringan, (3) kekritisan lahan, (4) tanah longsor, dan (5) social ekonomi. Setiap parameter dalam komponen/aspek diberi bobot berdasarkan pertimbangan besarnya peran dalam aspek tersebut. Penghitungan nilai setiap aspek/komponen karakteristik Sub DAS dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh hasil kali dari skor dan bobot pada setiap parameter dibagi 100, “ ungkapPaimin.

 

Teknik penyidikan

“Penyidikan degradasi sub DAS dimulai dengan menganalisis parameter kondisi luaran (output) sistem pengelolaan sub DAS yakni hidrologi dan produksi, karena merupakan indikasi awal kesehatan/degradasi suatu sub DAS. Analisis selanjutnya dilakukan terhadap kondisi biofisik, sosial, ekonomi, teknologi dan kelembagaan, untuk  mengetahui (1) jenis penyakit/degradasi, (2) faktor penyebab degradasi, dan (3) tempat (sumber) terjadinya degradasi, “ kata Paimin

“Data dan informasi parameter penyusun karakteristik sub DAS dapat diperoleh dari data dan peta yang tersedia serta survai lapangan. Perangkat sistem informasi geografis (Geographic Information Systems/GIS) bisa digunakan untuk memudahkan pekerjaan penyusunan satuan peta (lahan). Parameter dalam satuan peta ini dikoreksi pada kegiatan survai lapang, “ jelasPaimin

Tantangan dalam mengembangkan metode tersebut menjadi dasar dalam menyusun sistem perencanaan pengelolaan DAS yang selaras dengan sistem perencanaan pembangunan daerah maupun skala operasional.Formulasi karakterisasi DAS yang dibangun akan berbeda untuk setiap tingkatan hirarki pengelolaan DAS sesuai dengan strukturnya yakni tingkat nasional, DAS, dan sub DAS.

 

Hubungi lebihlanjut:

Ir. Purwanto, M.Si (purwanto_fris@yahoo.com) dan Drs. Irfan Budi Pramono, M.Sc (ibpramono@yahoo.com)

Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS Surakarta

URL :http://bpk-solo.litbang.dephut.go.id

Jl. Jend. A. YaniPabelanKotakPos 295, Surakarta 57012, Telp.0271-716709, Fax.027 -716959

 

http://www.forda-mof.org atau www.litbang.dephut.go.id

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Forestry Research and Development Agency (FORDA)

Penulis : Priyo Kusumedi