Dientry oleh priyo - 09 January, 2015 - 29866 klik
Perbedaan Siklus Hara pada Hutan Alam dan Hutan Tanaman

FORDA (Bogor, 10/01/2015)_Salah satu fungsi hutan alam adalah melindungi tanah dan air. Bila hutan alam dirubah menjadi hutan tanaman, apakah fungsi tersebut tetap berjalan? Hal inilah yang coba diungkap oleh Yunita Lisnawati dalam penelitian yang dipublikasikan di Tekno Hutan Tanaman, Volume 5 Nomor 2 : halaman 61-71. Dengan menggunakan metode ulas balik (review) penelitian-peneltian sebelumnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketika hutan alam dirubah menjadi hutan tanaman keniscayaan adanya perubahan fungsi terjadi.

Hutan alam memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan hutan tanaman. Hutan alam memiliki ciri-ciri sebagai berikut: tajuknya berlapis; seresah dan humusnya tebal; perakarannya bervariasi dari dangkal sampai dalam. Sedangkan hutan tanaman, karena ditanam secara monokultur dan seumur, memiliki ciri-ciri yang berkebalikan dengan hutan alam, yaitu: tajuknya tidak berlapis; kedalaman dan bentuk perakarannya seragam; dan tipisnya seresah dan humus.

Peranan Hutan Alam terhadap Unsur Hara

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) siklus adalah putaran waktu yg di dalamnya terdapat rangkaian kejadian yg berulang-ulang secara tetap dan teratur. Sedangkan hara adalah suatu zat yang memberikan nutrisi penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan (dalam hal ini pohon). Ekosistem hutan alam mempunyai siklus hara tertutup. Yang dimaksud dengan siklus hara tertutup adalah suatu sistem yang memiliki jumlah kehilangan hara lebih rendah dibandingkan dengan jumlah masukan hara yang diperoleh dari penguraian serasah atau dari serap ulang (recycle) hara pada lapisan tanah dalam.

Untuk lebih jelasnya, pada ekosistem hutan alam, air hujan yang membawa banyak mineral dari udara akan tertahan oleh tajuk hutan dan berubah menjadi air lolosan (througfall) dan aliran batang (stemflow). Hal ini berpotensi besar sebagai input hara ke dalam tanah karena hutan alam tidak/ sedikit mengalami erosi hara (run-off). Hara yang bersama air di dalam tanah tidak langsung mengalami pelindian (leaching) karena tertahan oleh serasah dan perakaran tanaman hutan dan diserap akan dapat kembali oleh perakaran tanaman.

Input hara pada hutan alam juga terjadi melalui serasah hutan (yang tebal dan beragam) yang didukung dengan aktivitas mikroba dekomposer (pengurai) yang tumbuh optimal karena kondisi klimatologi yang sesuai. Tingginya biodiversitas (terutama flora) memberikan pilihan makanan (dalam proses rantai makanan) bagi komponen heterotrof termasuk dekomposer untuk lebih aktif dalam mendekomposisi bahan organik menjadi mineral anorganik ke dalam tanah. Salah satu faktor lain yang mempengaruhi kecepatan proses degradasi bahan organik adalah ketersediaan makanan yang cukup bagi dekomposer dalam rantai makanannya. Kurangnya intensitas cahaya matahari yang sampai ke lantai hutan juga akan mendukung percepatan proses dekomposisi serasah

Bagaimana Siklus Hara, Bila Hutan Alam Diganti Menjadi Hutan Tanaman?

Pengubahan hutan alam menjadi hutan tanaman menyebabkan banyaknya kehilangan hara dari ekosistem melalui pemanenan kayu setelah tebang habis, volatisasi sebagian hara pada saat pembakaran bahan organik, dan penghanyutan dan pencucian mineral abu hasil pembakaran.

Kehilangan hara dimungkinkan terus terjadi melalui permukaan dan erosi serta pencucian selama tanah masih belum tertutup oleh tajuk. Disamping itu hara melalui serasah mengalami proses yang lebih lama. Dengan demikian tingkat kehilangan hara akibat pengkorvesian hutan alam menjadi hutan tanaman akan mengakibatkan tanah menjadi kurus dan kurang subur.

Pada ekosistem hutan tanaman, siklus hara yang ada terganggu terutama akibat proses dekomposisi yang terhambat. Secara umum tidak terjadi efisiensi hara akibat tingginya proses erosi hara dan pelindian hara, sehinga ketersediaan hara yang dibutuhkan tanaman menjadi kurang. Air hujan yang jatuh melalui air lolosan dan aliran batang tidak dapat dikelola secara alami dengan baik karena tidak terdapat komposisi tumbuhan bawah dan serasah yang mampu mengendalikan erosi dan limpasan permukaan. Akibatnya, potensi kehilangan hara akibar erosi cukup besar. Hara yang bersama air di dalam tanah juga akan mudah mengalami pelindian karena tidak ditahan melalui serasah dan perakaran yang berstrata dari hutan tanaman.

Peranan Hutan Alam terhadap Tata Air

Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir. Dalam penelitian yang dilakukan, dituliskan bahwa berkaitan dengan hutan alam, siklus hidrologi ini berupa intersepsi. Intersepsi adalah banyaknya air hujan yang tertangkap oleh tajuk tanaman dan kemudian diuapkan lagi ke atmosfer melalui evaporasi dan/ atau sublimasi.

Adanya intersepsi akan mengurangi bagian air hujan yang sampai ke permukaan tanah oleh air lolos dan aliran batang. Intersepsi air hujan oleh tajuk adalah bagian air hujan yang tercegat/ tertahan atau tertampung oleh permukaan tanaman atau pohon, selanjutnya air tersebut akan hilang menguap. Karena itu air intersepsi termasuk komponen air hilang.

Jumlah air hujan yang terintersepsi oleh tanaman bervariasi tergantung tipe daun tanaman, bentuk tajuk, kecepatan angin, radiasi/ penyinaran matahasi, suhu dan kelembaban udara. Intersepsi juga merupakan bagian proses dari perjalanan air di dalam siklus hidrologi pada suatu bentang lahan bertanaman. Komponen yang mempengaruhi besarnya intersepsi air hujan oleh tanaman ada dua macam, yaitu aliran batang dan curahan/ lolosan tajuk. Aliran batang merupakan proses dimana air hujan secara langsung dilewatkan oleh batang dan cabang tanaman ke bawah/tanah. Air ini akan meningkatkan kandungan air tanah. Banyaknya air yang menjadi air tanah dipengaruhi oleh bentuk batang dan daun tanaman serta bentuk/ arsitektur percabangan dari tanaman.

Bagaimana Siklus Air, Bila Hutan Alam Diganti Menjadi Hutan Tanaman?

Pada hutan (tanaman) curah hujan yang jatuh sebagian tertahan pada tajuk yang kemudian diuapkan, tetapi sebagian mencapai permukaan tanah sebagai aliran batang dan air lolos. Sebelum mencapai permukaan tanah air lolos tersebut tertahan oleh tumbuhan bawah dan serasah. Air yang mencapai permukaan tanah sebagian masuk ke dalam tanah (infiltrasi) dan sebagian lagi mengalir di atas permukaan tanah sebagai limpasan (surface run-off). Air yang masuk ke dalam tanah sebagian tersimpan dalam bumi, sebagian mengalir ke permukaan tanah sebagai mata air, menguap melalui permukaan tanah, dan sebagian lainnya diserap oleh tanaman yang kemudian diuapkan melalui pernafasan.

Pada hutan tanaman komunitas vegetasi yang terbentuk bersifat dinamis tergantung dari sistem silvikultur (pengelolaan) yang diterapkan mulai dari penyiapan lahan sampai dengan penebangan. Disamping itu juga tergantung dari kondisi vegetasi sebelumnya. Kondisi dinamika komunitas vegetasi akan berpengaruh terhadap tingkat kerusakan tanah oleh erosi, terutama pada kondisi pasca tebang dimana tanah lebih terbuka dari penutupan vegetasi.

Penutup

Apa kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian tersebut? Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa siklus air dan siklus hara mempunyai hubungan yang erat dalam menciptakan keseimbangan ekosistem hutan. Selain itu, dalam hutan alam, siklus hara yang cenderung tertutup didukung siklus air yang tidak terganggu dapat menciptakan efisiensi pemakaian hara dan memberikan saldo hara yang positif terhadap ekosistem. Pada ekosistem hutan tanaman, hal ini berlaku kebalikannya.

Penulis:

Dr. Kresno Agus H, S.Hut, MM

Email               : kresnoah@yahoo.com

Penulis : Kresno Agus Hendarto