Dientry oleh priyo - 08 February, 2015 - 15590 klik
Cemara Laut , Mengubah Pantai Berpasir yang Marginal menjadi Potensial

FORDA (Surakarta, 12/02/2015)_ Dengan teknik rehabilitasi menggunakan cemara laut atau cemara udang (Casuarina equisetifolia), lahan pantai berpasir yang semula gersang dan tidak dimanfaatkan, dapat meningkat produktivitasnya sehingga mendatangkan keuntungan bagi masyarakat. Demikian temuan Ir. Beny Haryadi, M.Sc, peneliti Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS, Surakarta.

“Cemara laut merupakan jenis tanaman khas pantai yang potensial untuk rehabilitasi lahan dan konservasi tanah (RLKT) pantai berpasir. Jenis ini mampu menahan angin laut dan uap air laut yang mengandung garam, sehingga mampu mendorong  perbaikan lingkungan, “ kata Beny.

Penanaman tanaman cemara laut adalah salah satu teknik konservasi tanah secara vegetatif dan bersifat permanen. teknik ini berhasil diterapkan di Kebumen, Jawa Tengah dengan partisipasi aktif Kelompok Tani Pasir Makmur mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan dan evaluasi.

“Adanya cemara laut meningkatkan agregasi perkembangan struktur tanah karena memperbesar granulasi dan porositas tanah, memperbaiki unsur hara  dan meningkatkan kadar air tanah di bawah tegakan, “ungkap Beny

Lebih lanjut Beny mengatakan bahwa tegakan cemara laut mampu menciptakan iklim mikro lebih baik yang dapat menyebabkan lahan pantai berpasir pada zona setelah tegakan cemara laut dapat digunakan untuk budidaya tanaman semusim dan holtikultura.

Secara umum kondisi fisik lahan pantai berpasir tidak sesuai untuk budidaya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan suhu yang ekstrim pada siang dan malam hari, udara yang sangat kering, kencangnya hembusan angin, kandungan unsur hara yang rendah dan uap air yang mengandung garam-garaman sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman.

Menurut Beny, tanaman cemara laut yang dikembangkan di lahan pantai berpasir berasal dari perbanyakan generatif. Bibit dari perbanyakan generatif menghasilkan penampilan cemara laut dewasa yang lebih kokoh dan tajuk yang indah dibandingkan bibit dari cangkok.

“Bibit cemara laut yang dipakai adalah bibit yang berasal dari induk yang sehat, dengan kriteria memiliki batang coklat, daun hijau gelap dan ukuran diameter batang ½ cm atau keliling batang sekitar 2 cm dengan umur bibit sekitar 6 bulan sampai 1 tahun, “ungkap Beny

Beny juga mengatakan bahwa hasil kajiannya menemukan perbandingan hasil produksi tanaman semusim dan hortikultura di lahan pantai berpasir dengan budidaya tanah mineral. Hasil budidaya tanaman semusim dan holtikultura di lahan pantai berpasir bisa tiga kali lipat lebih besar dibandingkan dengan budidya tanah mineral.

Selain hasil produksi di atas, suasana pantai yang hijau rimbun dan sejuk juga telah dimanfaatkan sebagai obyek wisata alam. Tercatat selama 3 tahun telah terjadi peningkatan kunjungan wisata sebesar 39.02%. Tanaman cemara laut dapat berfungsi sebagai peneduh dari sinar matahari bagi wisatawan yang mengunjungi pantai.

“Penanaman cemara laut sebagai metode RLKT pantai berpasir berpontensi untuk dikembangkan lebih jauh lagi sebagai teknik perbaikan lingkungan pantai lain di Indonesia yang memiliki masalah serupa dengan di Kebumen, Jawa Tengah. Pelibatan pastisipasi masyarakat merupakan faktor penting untuk mendukung keberhasilan RLKT sehingga perlu terus dikelola dengan baik,”harap Beny.

Tantangan utama dalam pengembangan cemara laut dan budidaya pada zona setelah tegakan cemara laut adalah kondisi alamiah lahan pantai berpasir itu sendiri dan penyakit busuk akar.***PKM

 

Materi terkait:

Juknis Pantai Berpasir

 

Hubungi lebih lanjut;

Ir. Beny Haryadi, M.Sc

Balai Penelitian Teknologi Kehutananan Pengelolaan DAS Solo (BPTKPDAS Solo)

URL : http://bpk-solo.litbang.dephut.go.id

Jl. Jend. A. Yani Pabelan Kotak Pos 295, Surakarta 57012, Telp.0271-716709, Fax.0271-716959

 

http://www.forda-mof.org atau www.litbang.dephut.go.id

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Forestry Research and Development Agency (FORDA)

Penulis : Priyo Kusumedi