Dientry oleh priyo - 16 February, 2015 - 5738 klik
Tinta Pemilu Pewarna Alami : Aman, Ramah Lingkungan dan Ekonomis

FORDA (Bogor, 17/02/2015)_ Melastoma malabathricum L. (nama daerah senduduk, harendong, senggani, kluruk) merupakan tumbuhan yang menghasilkan warna ungu dari 62 jenis tumbuhan pewarna alami yang ada di Indonesia, demikian diungkapkan oleh Yelin Adelina, S.Si, M.Si, Luciasih Agustini, S.Si, dan Andi Rosandy, S.Si, peneliti Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Litbang Kehutanan dalam Buku Seri 1 Iptek Kehutanan.

“Proses ekstraksi M.malabathricum L sangat mudah dibandingkan jenis tumbuhan lainnya. Tinta yang dihasilkan dari tumbuhan ini merupakan tinta alami yang aman, ramah lingkungan dan ekonomis. Selain itu tinta sidik jari dari tumbuhan ini berwarna ungu, sesuai dengan persyaratan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) No. 32 tahun 2008 tentang spesifikasi warna tinta pemilu, “ ungkap Agustini dkk.

“Kualitas tinta sidik jari dari tumbuhan M.malabathricum dengan konsentrasi AgNO3 2% mempunyai daya lekat di kulit dan kuku jari, tidak luntur ketika dilap dengan kertas tissue atau kain, tahan terhadap pencucian dengan air dan deterjen dengan waktu kering 55-60 detik setelah pencelupan, serta tidak menimbulkan gatal dan iritasi pada kulit. Kondisi ini membuat kualitas tinta dari tumbuhan ini lebih baik dari tinta ekstrak nabati yang digunakan saat PILPRES 2009 dengan kandungan AgNO3 4%,” kata Agustini dkk.

Menurut Agustini dkk, M. malabathricum  adalah tumbuhan perdu yang tumbuh liar pada tempat yang mendapat sinar matahari yang cukup. Jenis tumbuhan ini dapat ditemukan hampir di seluruh Indonesia mulai dataran rendah sampai ketinggian ± 1.650 m dpl (Tjitrosoedirdjo,1991) pada tempat-tempat terbuka, pinggir hutan, lereng gunung, semak belukar, dsb, sehingga jenis ini cukup potensial untuk dikembangkan. Buahnya yang berwarna ungu tua dapat diekstraksi dan dievaporasi menjadi bahan pasta untuk diolah menjadi tinta.

Lebih lanjut Agustini dkk mengatakan bahwa penggunaan tinta sidik jari pemilu berbahan dasar alami ini berdampak pada upaya penghematan. Harga tinta pada pemilu legislatif (berbahan dasar sintetik dan import) ± Rp 30.000/botol/30 cc, sedangkan harga tinta M.malabathricum skala laboratorium sekitar Rp 21.000/botol/40 cc.

Untuk pemilu Legislatif yang melibatkan kurang lebih ada 153 juta pemilih di Indonesia dengan kebutuhan tinta sebanyak ± 1.170.438 botol (isi 30 cc) dengan anggaran sekitar Rp 33 milyar. Perhitungan awal menunjukkan bahwa penggunaan tinta sidik jari dari tumbuhan M. Malabathricum ini dapat menghemat anggaran sampai dengan 40% atau sekitar Rp 14 milyar

Saat ini tinta pemilu yang digunakan di berbagai negara dibuat dari pewarna sintetik dengan penambahan senyawa perak nitrat (AgNO3). Senyawa AgNO3 ini membantu pelekatan warna pada lapisan kutikula kuku dan epidermis kulit, tetapi beresiko pada kesehatan karena menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan mempengaruhi sistem syaraf (Armour, 2003).

Mengingat resiko tersebut maka WHO membatasi kadar maksimal penggunaan AgNO3 sebesar 4%. Oleh karena berlangsungnya pemilu hanya setengah hari, maka tidak diperlukan tinta sidik jari dengan daya lekat sampai berhari-hari, sehingga penggunaan tinta sidik jari berbahan sintetik dengan kandungan AgNO3 yang tinggi dapat dihindari. Oleh karena itu, penggunaan tinta alami dari M. Malabathricum.L merupakan pilihan yang tepat untuk mengganti tinta sintetis karena lebih aman, ramah lingkungan dan ekonomis.***

 

Hubungi lebih lanjut:

Inovator

Nama           : Yelin Adalina, Luciasih Agustini dan Andi Rosandy

Unit Kerja      : Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser)

E-mail           : yelinadalina@yahoo.com dan puskonser@forda-mof.org

Foto             : Koleksi Puskonser

 

http://www.forda-mof.org/ atau http://litbang.dephut.go.id/

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Forestry Research and Development Agency (FORDA)

Penulis : Priyo Kusumedi