- Strategi Media Sosial BP2TSTH dalam Penyebaran Informasi Litbang – Baca Selanjutnya
- FORDA Survey – Baca Selanjutnya
- Laporan Kinerja BLI Tahun 2017 (informasi pelaksanaan kegiatan di BLI) – Baca Selanjutnya
- Berbagai Potensi dan Peluang Penelitian bagi Mahasiswa di BP2LHK Aek Nauli – Baca Selanjutnya
- Mengubah Limbah Kayu Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran Menjadi Arang Kompos dan Cuka Kayu – Baca Selanjutnya
- PUI 2018, Balitek DAS akan Bersinergi dengan B2P2BPTH Yogyakarta – Baca Selanjutnya
Dientry oleh
priyo -
22 February, 2015 -
2579 klik
Kegiatan Sutera Siap Dikembangkan
FORDA (Bogor, 20/02/2015)_Prof. Dr. Ir. San Afri Awang, M.Sc, Kepala Badan Litbang Kehutanan (Kabadan) berharap bahwa kegiatan sutera segera dilaksanakan pada tahap pengembangan. Hal ini diungkapkan Kabadan pada saat berkunjung ke Laboratorium Persuteraan Alam di Ciomas dan Hutan Penelitian Darmaga, Bogor (Jum’at, 20/02).
“Ini sudah ready. Gila kalau tidak dikembangkan. Gambarkan kelembagaanya dan nanti setorkan ke pengembangan dan baru cek anggaranya”, kata Kabadan.
Lebih lanjut, Kabadan berharap bahwa untuk pengembangan tersebut, seyogyanya dilaksanakan di Hutan Penelitian Darmaga, Bogor. Kabadan merasa bahwa lokasi tersebut lebih mendukung karena adanya kebun murbei seluas 1,5 Ha. Disadari bahwa tanaman murbei merupakan sumber pakan utama ulat sutera. Selain itu, disana juga telah tersedia gedung pemeliharaan sutera dalam skala petani.
“Tolong dikapitalisasi potensi di Hutan Penelitian Darmaga sampai pemintalan maupun pemasaran. Sampaikan dan bagaimana penghitungannya,” kata Kabadan.
Dr. Bambang Tri Hartono, MF, Kepala Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan (Pusprohut) menyatakan siap mendukung dan sudah merencanakan bahwa HP. Darmaga menjadi show window kegiatan sutera alam skala petani.
“Saya sudah mempunyai konsep kelembagaanya. Kalau sudah berhasil, kita tingkatkan untuk menjadi petani madya ataupun petani ahli untuk diberikan intensif berupa peralatan, supaya petani tidak hanya memproduksi di ulatnya tetapi sudah tahap pengolahan dengan cara yang sederhana sehingga ada added value (nilai tambah)”, kata Bambang.
Lebih lanjut, Bambang menyatakan bahwa permasalahan utama petani dalam budidaya sutera alam ini adalah keterbatasan lahan untuk penanaman murbei. Padahal prospek pasar sutera alam sangat bagus. Dimana produksi benang sutera baru bisa memenuhi 5% dari kebutuhan di Indonesia. Sisanya diimpor dari Cina. Hal ini sangat disayangkan karena kualitas benang sutera di Indonesia lebih bagus dibandingkan Cina.
Langkah sementara untuk mendukung keterbatasan tersebut, dilakukan kerjasama dengan instansi lain. Bahkan pada tahun ini, Tanaman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) siap menyiapkan dana sebesar 300 juta rupiah. Namun demikian, dukungan pusat sangat diperlukan. “Yang kami butuhkan memang juga political value level bawah ke Menteri. Kalau ini hanya digaungkan oleh saya, maka hanya sampai level bawah”, kata Bambang.
Menanggapi hal tersebut, Kabadan siap untuk membantu. “Tolong siapkan semua dokumen yang ada, dari hulu sampai hilir serta dokumentasi kondisi kebun murbei di Hutan Penelitian Darmaga. Nanti kita bawa dan langsung berkunjung ke Bu Menteri. Kalau bisa nanti kita buat event untuk mengajak Bu Menteri datang berkunjung ke sini”, kata Kabadan.
Sedangkan terkait impor benang sutera dari Cina, Kabadan akan diskusi dan koordinasi dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) untuk menyetop impor dari Cina. Semoga dengan kebijakan tersebut lebih bisa membangkitkan produksi sutera di Indonesia. ***THS
http://www.forda-mof.org/ atau http://litbang.dephut.go.id/
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Forestry Research and Development Agency (FORDA)