SEKILAS INFO
- Strategi Media Sosial BP2TSTH dalam Penyebaran Informasi Litbang – Baca Selanjutnya
- FORDA Survey – Baca Selanjutnya
- Laporan Kinerja BLI Tahun 2017 (informasi pelaksanaan kegiatan di BLI) – Baca Selanjutnya
- Berbagai Potensi dan Peluang Penelitian bagi Mahasiswa di BP2LHK Aek Nauli – Baca Selanjutnya
- Mengubah Limbah Kayu Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran Menjadi Arang Kompos dan Cuka Kayu – Baca Selanjutnya
- PUI 2018, Balitek DAS akan Bersinergi dengan B2P2BPTH Yogyakarta – Baca Selanjutnya
Dientry oleh
lusi -
18 November, 2015 -
1476 klik
Menteri LHK Tinjau SPAS dan Bendung Katulampa
Biro Humas Kemen-LHK, Bogor : Menteri LHK Ibu Siti Nurbaya meninjau Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) di Desa Tugu Utara Cisarua Bogor Puncak dan Bendung Katulampa Depok, Kamis (19/11). SPAS yang berada di hulu sungai Ciliwung merupakan early warning bagi bendung Katulampa hingga daerah di bawahnya seperti Depok dan Jakarta. Dari SPAS ini dapat diketahui secara real time ketinggian muka air, curah hujan, dan tingkat kekeruhan air. SPAS menggunakan telemetry yang dapat diakses masyarakat melalui pesan SMS ke no. 081294968186. Dengan mengetik kata DATA, sms akan dijawab saat itu juga dengan informasi berupa ketinggian muka air, curah hujan dan tingkat kekeruhan air.
Informasi dari SPAS Tugu Utara Cisarua ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk prediksi ketinggian air di Katulampa, Depok, hingga Jakarta. Apabila data sms SPAS menunjukkan angka ketinggian muka air dibawah 65 cm berarti Siaga IV, angka 65-85 cm Siaga II, angka 85 -118 Siaga III, lebih dari 118 cm Siaga I.
Data SPAS Kamis sore 19 November 2015, menunjukkan angka 64, sedangkan ketinggian air di Katulampa pada angka 43, hal ini berarti untuk antisipasi banjir Jakarta dan sekitarnya masih pada status Siaga IV. Lama aliran air dari SPAS Tugu Utara sampai Katulampa sekitar 3 jam. Dari Katulampa sampai Depok sekitar 5 jam dan dari Depok sampai Manggarai Jakarta sekitar 3 jam.
Pada suatu saat bisa saja terjadi angka di SPAS Tugu Utara tidak sinkron dengan di Katulampa karena adanya hujan di sekitar Bogor, sedangkan di Tugu Utara cuaca tidak hujan. Oleh karena itu perlu terus dibangun koordinasi dan komunikasi para pihak agar informasi yang dikeluarkan dapat menjadi acuan bagi masyarakat dan pihak-pihak yang membutuhkan dalam menghadapi ancaman banjir akibat turun hujan di daerah hulu.