Dientry oleh Rizda - 03 December, 2015 - 1811 klik
Manfaat Database Hasil Penelitian bagi Eksternal dan Internal BLI

FORDA (Bogor, 3/12)_Database hasil penelitian Badan Litbang dan Inovasi (BLI) yang telah dibangun sejak tahun 2011 memegang peranan penting bagi eksistensinya mengingat berbagai manfaatnya, baik bagi eksternal maupun internal BLI. Hal ini mengemuka pada Sosialisasi Database Hasil Penelitian di Ruang Rapat Soediarto, Gunung Batu, Bogor, Rabu (2/12).

Dalam paparannya, Kepala Bagian Evaluasi, Diseminasi dan Perpustakaan (EDP) Sekretariat Badan Litbang dan Inovasi (BLI), Ir. Nugroho, M.Sc mengatakan, bagi eksternal BLI, stakeholder dan pengguna, adanya database berbasis web ini akan memudahkan dalam mencari dan mendapatkan informasi hasil penelitian yang ada di BLI. Hal ini dalam rangka memenuhi amanat Undang-Undang No 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

“Sebagai institusi publik, kita (BLI) wajib melayani publik dengan memberikan informasi yang dibutuhkan publik... Untuk itu kita perlu tools aplikasi yang bisa menyediakan informasi yang dibutuhkan publik secara cepat dan dimana saja,” kata Nugroho.

Lebih lanjut, Nugroho menjelaskan, infomasi publik ada 3 macam, yaitu informasi serta merta; rutin dan permintaan; dan dikecualikan.

“Untuk Litbang, informasi yang dikecualikan adalah data-data hasil penelitian yang sedang dalam proses mendapatkan HKI, ini harus kita lindungi. Sedangkan data-data lainnya, adalah inventaris negara, milik publik, bukan milik peneliti,” tegas Nugroho di hadapan peserta yang terdiri dari peneliti, pejabat struktural dan staf terkait dari unit kerja pusat maupun daerah yang hadir pada kesempatan tersebut.

Sementara bagi internal BLI, selain sebagai bahan pengambilan keputusan atau kebijakan bagi pihak manajemen, database ini juga berguna bagi peneliti dalam mendapatkan informasi status riset dan bagaimana mengembangkan penelitian yang dilakukan.

Selain itu, manfaat lainnya dari database ini terlihat dari dukungannya terhadap akreditasi TP2I. Database ini tidak hanya berisi hasil litbang, tetapi juga tentang kepakaran. “Jadi kita bisa tawarkan kepada users, ekspertisi apa saja yang kita punya,” kata Nugroho.

Dengan mengintegrasikan seluruh data terkait hasil penelitian dari seluruh unit kerja (satker), kata Nugroho, aplikasi yang bisa diakses secara online ini juga tentunya dapat menampilkan informasi yang dibutuhkan oleh semua pihak. Contohnya, suatu unit kerja dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan users BLI, bukan saja informasi hasil penelitian unit kerjanya tetapi juga informasi tentang unit kerja lainnya.

Terkait TP2I, dalam arahannya di awal acara, Sekretaris BLI, Ir. Tri Joko Mulyono, MM menyampaikan bahwa assestmen terakhir dari LIPI tentang akreditasi TP2I adalah baik. “Dukungan kita (database) mendapat nilai 99 dari 100,” kata Sekbadan.

Oleh karena itu, menurut Sekbadan, suka tidak suka, ke depan, peneliti dituntut akrab dengan mekanisme ini, terlebih peneliti Pusat Litbang Sosial Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim. Mengingat hasil penelitian telah banyak, peneliti perlu meneliti hasil-hasil penelitian dan merangkumnya menjadi policy brief untuk mengintervensi kebijakan.

“Harapan saya, ke depan dengan informasi dari database ini, peneliti mengambil satu topik misalnya longsor, peneliti terkait topik tersebut berkumpul dan membahas satu topik dan mendalam, paling tidak dapat menghasilkan policy brief,” kata Sekbadan.

“Oleh karena itu, pengelolaan data hasil penelitian itu perlu dikelola dengan baik,” kata Nugroho yang dilanjutkan dengan penyampaikan gambaran hasil monitoring updating database dari seluruh unit kerja lingkup BLI oleh Sekretariat Badan Litbang sebagai koordinator.

Disebutkan bahwa sebagian besar unit kerja masih belum mengupdate hasil penelitiannya sejak tahun 2003 sampai 2014 secara lengkap. Menurut Nugroho, inilah yang menjadi kendala dalam optimalisasi pendayagunaan database hasil penelitian, yaitu updating data.

“Ketika kita sudah membangun sistem, kita menyusun struktur organisasi pengelola, SDM yang tersedia, hardware yang cukup, software yang siap, yang terpenting adalah data atau materi yang mau dimasukkan,” kata Nugroho mengajak semua pihak terkait peduli tentang hal ini.***RH

 

Penulis : Risda Hutagalung