Dientry oleh Tuti - 10 December, 2015 - 2049 klik
Akselerasi Pasar Gaharu untuk Kesejahteraan Masyarakat

FORDA (Bogor, 11/12/2015)_Tidak disangkal lagi bahwa gaharu merupakan komoditas seksi, yang mempunyai nilai jual yang tinggi. Tidak mengherankan apabila masyarakat maupun petani melirik jenis tanaman ini. Namun demikian, mereka sering terhambat masalah pemasaran sehingga hasilnya tidak seperti yang dibayangkan. Hal ini disampaikan oleh Ir. Djohan Utama Perbatasari, MM., Kepala Puslitbang Hutan pada acara Focus Group Discussion (FGD) di IPB International Convention Center, Bogor, Selasa (08/12/2015).

“Gaharu memiliki daya tarik yang sangat tinggi bagi petani di hampir seluruh penjuru tanah air. Namun demikian, terkendala dengan pemasaran terutama gaharu budidaya,”kata Djohan.

Djohan mengatakan bahwa pemasaran produk gaharu budidaya masih dikuasai oleh kelompok tertentu. Dimana masyarakat awam, khususnya petani tradisional dan berskala kecil tidak dapat menjangkaunya. Informasi masih tertutup buat mereka. Hal ini berimbas secara langsung maupun tidak langsung bagi pendapatan masyarakat atau petani terkait.

“Diperlukan beberapa terobosan atau breakthrough. Salah satunya melalui kajian pasar gaharu. Hasil kajian tersebut nantinya akan menunjukkan bahwa salah satu hambatan terbesar dalam pemasaran/perdagangan adalah akses informasi pasar, baik dalam maupun luar negeri,”tegas Djohan.

Oleh karena itu, Puslitbang Hutan berupaya untuk meningkatkan laju percepatan pasar gaharu terutama bagi petani kecil maupun tradisional untuk kesejahteraan mereka dengan melaksanakan FGD dengan tema akselerasi pasar gaharu.

Terselenggaranya FGD tersebut atas kerjasama ITTO CITES (PHASE II-CFBTIR) klaster Gaharu, Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2PBPTH) Yogyakarta dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan (P3H) Bogor. Acara yang dihadiri oleh peneliti, petani, eksportir, pakar Gaharu dan pihak terkait lainnya tersebut membahas dua materi yaitu Aspek Perdagangan dan Pasar Gaharu Indonesia serta Praktek Perdagangan Gaharu di Indonesia.

Disisi lain, Ir. Tri Joko Mulyono, MM., Sekretaris Badan Litbang dan Inovasi (BLI) menyatakan bahwa permasalahan lain yang dihadapi oleh petani tradisional gaharu tidak hanya pemasaran tetapi juga budidaya gaharu.

Sekbadan menyadari bahwa gaharu selalu menjadi komoditi primadona, karena pasarnya jelas dan kegunaanya juga jelas. Tetapi asal atau sumbernya dikhawatirkan kurang jelas atau tidak tersedia. Dimana apabila hanya mengandalkan gaharu alam, pada titik tertentu akan habis.

“Alam oke, tapi kalau kita hanya mengandalkan kepada gaharu alam, pada titik tertentu kita akan kehabisan. Sehingga, masuklah kita pada era budidaya. Ternyata budidaya ini tidaklah sederhana,”kata Tri Joko.

Untuk itu, terobosan lain yang ditempuh oleh ITTO CITES adalah rencana pembangunan website gaharu. Adapun tujuanya adalah untuk memperluas informasi dan upaya akselerasi pasar gaharu.

“Website ini nantinya diharapkan dapat berfungsi sebagai wadah komunikasi. Dan juga sebagai media monitoring perdagangan gaharu, mulai dari produksi sampai dengan ekspor,”kata Ibrahim Yusuf.

Lebih lanjut, Yusuf menyatakan bahwa dengan adanya website tersebut nantinya, pengguna (petani, masyarakat maupun pengusaha terkait gaharu) akan mendapatkan informasi terkait gaharu serta mendorong adanya transparasi pemasaran gaharu. Harapan terakhir akan tercapai peningkatan pendapat masyarakat atau petani tradisional sehingga kesejahteraan mereka akan meningkat.

“Website gaharu ini sangat penting dan berguna untuk Otoritas Pengelola CITES (CITES-Management Authority) dalam hal implementasi konvensi dan monitoring,”kata Djohan.

Djohan berharap bahwa dengan adanya website ini nantinya bisa menjadi tempat untuk mencari informasi yg lebih jelas, lebih lengkap dan lebih akurat tentang Gaharu dari hulu sampai ke hilir.

Sedangkan Tri Joko berharap bahwa website ini nantinya bisa disosialisasikan kepada semua pengguna, terutama petani tradisional.

“Website ini jangan sampai hanya melayani segmen tertentu yang hanya paham teknologi saja. Perlu sosialisasi dan fasilitasi kepada petani terhadap adanya website gaharu ini, karena tidak semua petani dapat mengakses website,” tegas Tri Joko. ***(LG)

 

Materi Seminar:

1. Beberapa Aspek Perdagangan dan Pasar Gaharu Indonesia (Dr. Hariyatno Dwiprabowo dan Ir. Agustinus Tampubolon)

2. Praktek Perdagangan Gaharu di Indonesia (Ir. Sulistyo A. Siran, M.Sc. dan Dr. Maman Turjaman)

 3. Pengenalan Website Gaharu (Ibrahim Yusuf)

Penulis : Lusi Sartika Ginoga