Dientry oleh Tuti - 16 December, 2015 - 2405 klik
Teknologi Hasil Litbang dan Inovasi Dukung Pengembangan Agroforestry di Jawa Barat

BPTA (Ciamis, 14/12/2015)_“Teknologi Hasil Litbang dan Inovasi Mendukung Pengembangan Agroforestry di Jawa Barat” merupakan tema yang diangkat pada gelar teknologi kolaborasi Balai Penelitian Teknologi Agroforestry (BPTA) Ciamis, Puslitbang Hutan dan Puslitbang Hasil Hutan. 

Gelar teknologi yang diselenggarakan di Hotel Santika, Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (14/12) ini bertujuan untuk memasyarakatkan hasil-hasil litbang kepada pengguna sebagai upaya peningkatan pelayanan kepada publik. Selain itu, juga untuk mempromosikan hasil riset dalam bentuk informasi dan paket teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai kalangan dan pengambil kebijakan, pelaku dunia usaha, scientist, dan masyarakat secara umum, serta mendorong terjalinnya interaksi dan kerjasama kemitraan, baik antar institusi, komunitas iptek,  dunia usaha,  maupun antar kelompok masyarakat. 

Hal ini sesuai dengan harapan Kepala Badan Litbang dan Inovasi (BLI), Dr. Ir. Henry Bastaman, MES bahwa hasil-hasil litbang seyogyanya dapat menjadi standar acuan oleh seluruh stakeholders guna dapat diterapkan dalam Pembangunan Lingkungan Hidup dan Kehutanan sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan. 

Untuk itu, menurut Kabadan seluruh kegiatan pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan seyogyanya dipastikan dapat terukur, dapat diverifikasi dan dapat dilaporkan. 

“Hal tersebut merupakan salah satu tantangan bagi para peneliti karena dengan adanya statement dapat diukur, diverifikasi dan dilaporkan, maka seluruh pihak di dunia dengan dukungan kemajuan teknologi dapat memantau dan mencermati pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negara lain khususnya yang mengikuti acara Perubahan Iklim di Paris,” kata Kabadan dalam sambutannya. 

Terlebih karena RPJMN 2015-2019 mengamanatkan bahwa pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan khususnya tata kelola hutan berbasis tapak ditargetkan harus terealisasi sejumlah 600 KPH yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di dalamnya sebagian di wilayah Jawa Barat. 

“IPTEK harus mampu menjawab permasalahan-permasalahan terkini diantaranya yang terkait dengan perubahan iklim global,” kata Kabadan di hadapan 150 orang peserta, terdiri dari pengambil kebijakan,  para penyuluh, petani dan pelaku usaha di wilayah terdekat dengan Kabupaten Tasikmalaya yakni : Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota (Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, Kota Banjar, Kabupaten Garut), Kelompok Tani Kabupaten/Kota; Penyuluh Kehutanan Kabupaten/Kota; Akademisi dan para pelaku usaha di bidang hutan rakyat. 

Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Kabupaten Tasikmalaya menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap penyelenggaraan Gelar Teknologi ini. Beliau mengajak seluruh peserta mencermati kegiatan gelar teknologi ini khususnya terkait potensi pengembangan gaharu dan pemilihan jenis yang tepat untuk pembangunan hutan rakyat berbasis agroforestry. 

“Saya berharap budidaya tanaman penghasil gaharu menjadi salah satu pilihan bagi kabupaten/kota dalam program Rehabilitasi Hutan dan Lahan,” katanya. 

 Geltek yang terdiri dari dua sesi, presentasi dan praktek ini dirangkaikan dengan pameran hasil litbang dari Puslitbang Hutan, Puslitbang Hasil Hutan, Sekretariat BLI dan BPTA. Materi yang ditampilkan dalam pameran tersebut berupa contoh produk, poster dan banner, serta publikasi (flyer, jurnal, publikasi khusus, prosiding, dan lain-lain). 

Beberapa poin penting yang dicatat sebagai hasil dari diskusi interaktif yang dipandu langsung oleh Kepala Puslitbang Hutan, Ir. Johan Utama Perbatasari, MM, yaitu :

  1. Penggunaan pita volume pohon untuk jenis sengon dan mahoni merupakan alat bantu untuk memprediksi atau patokan penentuan volume jenis sengon dan mahoni bagi para petani;
  2. Sidik cepat pemilihan jenis pohon untuk hutan rakyat sifatnya dinamis karena terkait langsung dengan adaptabilitas jenis tertentu;
  3. Penguasaan teknologi budidaya gaharu diharapkan lebih menyentuh langsung ke masyarakat, jangan seolah olah dimonopoli oleh pihak-pihak tertentu;
  4. Budidaya gaharu pada lahan terbatas sebaiknya menggunakan pola agroforestryuntuk memperoleh hasil jangka pendek dan sehari-hari;
  5. Perlunya menularkan teknologi pembuatan inokulan ke daerah untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan petani;
  6. Petani/pengguna agar berhati-hati terhadap isolat yang beredar di pasaran karena ada yang menggunakan bahan kimia. Untuk mempermudah aksesibilitas, sebaiknya petani membentuk forum;
  7. Mendorong Pemerintah untuk mempermudah regulasi terhadap gaharu hasil budidaya.***DK

 

Materi:

  1. Teknologi Budidaya dan Inokulasi Gaharu oleh Maman Turjaman dan Erdy Santoso
  2. Peranan Litbang dan Inovasi dalam Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Kokon Ulat Sutera oleh Lincah Andadari
  3. Mengukur Volume Pohon Berdiri dengan Pita Volume Budiman oleh Budiman
  4. Sidik Cepat Pemilihan Jenis Pohon pada Hutan Rakyat untuk Petani
Penulis : Diana Kusumawardhana