Dientry oleh priyo - 20 December, 2015 - 4236 klik
Identifikasi Daerah Rentan Longsor

FORDA (Surakarta, 21/12/2015)_Untuk mengidentifikasi daerah yang rentan tanah longsor digunakan parameter formula kerentanan tanah longsor terdiri dari faktor alami dan faktor manajemen. Hal tersebut disampaikan oleh Tim Peneliti Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan (Balitek) DAS Solo, Drs.Irfan Budi Pramono dkk, Senin (21/12).

Irfan mengatakan bahwa faktor alami penyebab longsor adalah : (1) hujan harian kumulatif 3 hari berurutan, (2) lereng lahan, (3) geologi/batuan, (4) keberadaan sesar/patahan/gawir, (5) kedalaman tanah sampai lapisan kedap. Sedangkan faktor manajemen meliputi : (1) penggunaan lahan, (2) infrastruktur, dan (3) kepadatan pemukiman.

Irfan menjelaskan bahwa tanah longsor (landslide) adalah bentuk erosi (pemindahan massa tanah) yang pengangkutan atau pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat secara tiba-tiba dalam volume yang besar (sekaligus). Tanah longsor terjadi jika dipenuhi 3 keadaan, yaitu: (1) lereng cukup curam, (2) terdapat bidang peluncur yang kedap air dibawah permukaan tanah, dan (3) terdapat cukup air dalam tanah di atas lapisan kedap (bidang luncur) sehingga tanah jenuh air.

 

Lebih lanjut Irfan menyampaikan prosedur yang harus dilakukan untuk identifikasi daerah rawan longsor yang dapat dilakukan di kantor sebagai berikut:

  1. Dengan menggunakan peta RBI skala 1 : 25.000, deliniasi kelas kelerengan lahan. Klasifikasi lereng mulai dari < 25 %, 25-44 %, 45-64%, 64-85, dan > 85%Pembagian kelas lereng dapat digunakan sebagai unit peta.
  2. Padukan peta Geologi, pada peta kelas lereng untuk memperoleh data jenis batuan (geologi) dan keberadaan garis sesar/patahan/ gawir.
  3. Dengan peta jenis tanah dapat diperkirakan kedalaman tanah (regolit) sampai lapisan kedap air.
  4. Dengan menggunakan peta RBI skala 1 : 25.000 diidentifikasi jenis penutupan lahan dan keberadaan infrastruktur. Untuk memperoleh data penutupan lahan terkini perlu dikoreksi dengan hasil analisis citra
  5. satelit (penginderaan jauh), terutama dengan resolusi yang cukup tinggi seperti SPOT.4 dan atau 5, atau IKONOS atau Quick Bird.
  6. Dipadukan peta penutupan lahan dengan peta penggunaan lahan (land use) agar diperoleh kejelasan pemangku lahan terkait, dan ancaman tanah longsor terhadap pemukiman.
  7. Apabila data demografi desa tersedia maka kepadatan pemukiman pada unit peta tersebut dapat dihitung yakni nilai nisbah/rasio jumlah penduduk dibagi luas pemukiman pada wilayah desa yang bersangkutan.
  8. Analisis data hujan harian dari catatan data curah hujan harian sepuluh tahun terakhir untuk memperoleh data curah hujan tiga hari berurutan terbesar.

Di bawah ini diagram alir identifikasi daerah rawan longsor:

“Hasil identifikasi faktor atau parameter penyusun kerentanan/kerawanan tanah terhadap longsor yang dilakukan di kantor dijadikan dasar pengamatan lapangan untuk memperoleh kesahihan/kevalidan data yang telah terkumpul,”ujar Irfan

“Pengamatan lapangan dilakukan pada setiap unit peta (bisa sampling) untuk memperoleh :a. Kebenaran kelas lereng; b. Kebenaran sifat geologi; c. Kebenaran kedalaman regolit, dengan melakukan pengeboran atau mengukur dari profil tanah pada tebing yang tersingkap; d. Kebenaran penggunaan lahan dan penutupan lahan; e. Kebenaran infrastruktur; dan f. Pengambilan data demografi desa dan data hujan setempat,”jelas Irfan

Lebih lanjut Irfan mengatakan bahwa apabila data masing-masing parameter telah tersusun dan terkoreksi kemudian diberi nilai skor sesuai formula tanah longsor maka berdasarkan hasil identifikasi dapat ditarik sintesis sebagai berikut: a. tingkat kerentanan/kerawanan lahan terhadap longsor; b. tingkat ancaman tanah longsor terhadap penduduk/pemukiman; c. penggunaan lahan di daerah rawan bencana tanah longsor – berkaitan dengan tanggung jawab pemangkunya; d. usulan kegiatan pengendalian tanah longsor yang sesuai.

Detail mengenai identifikasi daerah rawan longsor bisa didownload dalam buku Sidik Cepat Degradasi Sub DAS dan buku Teknik Mitigasi Banjir dan Tanah Longsor yang tersedia di website Badan Litbang dan Inovasi (www.forda-mof.org atau www.litbang.menlhk.go.id)***PKM

 

Berita terkait:

  1. Balitek DAS Pasang Ekstensometer, Alat Pendekteksi Bencana Longsor di Banjarnegara
  2. Sekbadan: Tingkatkan Peranan Balitek DAS Solo untuk antisipasi Banjir dan Longsor
  3. Identifikasi Daerah Rawan Banjir

 

Kontibutor Foto : Balitek DAS Solo

Penulis : Priyo Kusumedi