Dientry oleh Tuti - 20 December, 2015 - 1588 klik
BPTSTH Kerjasama dengan Dishut Rohil Diseminasikan Gaharu

BPTSTH (Kuok, 21/12/2015)_Untuk meningkatkan pendapatan serta keterampilan budidaya gaharu pada sekelompok tani di Kec. Pujud, Kab. Rokan Hilir (Rohil), Riau, Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan (BPTSTH) bekerjasama dengan Dinas Kehutanan (Dishut) Rohil menyelenggarakan Alih Teknologi (Altek) Gaharu di Aula Kantor Camat Pujud, selama 5 (lima) hari yaitu Senin-Jum’at atau 14-18 Desember 2015.

“Melalui kegiatan ini, ilmu membudidayakan dan memproduksi gaharu dapat masyarakat serap untuk diaplikasikan,”harap Sukarman, Sekretaris Kecamatan Pujud saat memberikan sambutan.

Diketahui bahwa di Kec. Pujud telah banyak masyarakat, baik perorangan maupun kelompok tani yang telah menanam pohon penghasil gaharu. Dimana masyarakat mengenal usaha gaharu dari mitra bisnis yang menawarkan investasi di bidang gaharu.

“Kegiatan ini dilaksanakan di Kec. Pujud dengan pertimbangan potensi dan keberadaan kelompok tani yang telah mengusahakan pohon penghasil gaharu. Hal ini juga sejalan dengan program kerja dinas yang menyediakan bibit pohon penghasil gaharu untuk disebar di kawasan Rohil,”kata Auzar, SE., Kepala Bidang Produksi Dinas Kehutanan Kab. Rohil.

Lebih lanjut, Auzar berharap bahwa dengan adanya kegiatan altek ini bisa mengubah mindset masyarakat petani dari petani tradisional menjadi petani modern. Selain itu, masyarakat Rohil juga bisa memanfaatkan peluang yang ada. Dimana prospek gaharu ke depan akan lebih cerah. Harganya bisa mencapai Rp. 10-15 juta/kg, sedangkan kualitas super harganya bisa mencapai Rp. 20-30 juta/kg.

Oleh karena itu dengan adanya kegiatan altek ini, petani bisa lebih meningkatkan hasil produksi gaharunya sehingga pendapatan petani semakin baik dan bisa mencapai kesejahteraan hidup dari kegiatan menanam gaharu. Selain itu, petani juga tidak hanya tergantung dari hasil karet atau sawit saja.

Kegiatan altek ini diikuti oleh kurang lebih 27 kelompok tani di Kab. Rohil. Sedangkan bentuk kegiatan dibagi menjadi dua, yaitu teori dan praktek. Adapun materi yang disampaikan adalah kebijakan pengembangan hasil hutan bukan kayu, pengenalan pohon penghasil gaharu, teknik inokulasi, pemanenan dan penanganan hasil panen.

Para petani sangat antusias mengikutinya, terutama pada proses inokulasi. Dimana teknologi ini merupakan salah satu alternatif dalam proses pembentukan gaharu. Gaharu ini merupakan gumpalan berwarna coklat sampai dengan kehitaman yang mengandung resin wangi. Untuk membentuknya diperlukan reaksi sistem imun tumbuhan terhadap gangguan dari luar.

“Pembentukan gubal gaharu dengan menggunakan teknologi inokulasi menjadi alternatif untuk mempercepat proses. Hanya saja sangat disarankan pemilihan jenis dan asal jamur yang digunakan sebagai inokulan hendaknya dari daerah setempat,”kata Agus Wahyudi, S.Hut., M.Si, Peneliti BPTSTH yang menjadi narasumber serta instruktur pada acara tersebut.

Agus menambahkan bahwa dengan adanya teknologi ini dapat membantu proses pelestarian gaharu alam. Disadari bahwa gaharu ini sudah masuk jenis tanaman langka yang dilindungi. Selain itu, Agus berharap dengan teknologi ini diharapkan akan meningkatkan produktifitas pohon penghasil gaharu dalam memproduksi gubal gaharu yang berujung pada peningkatan pendapatan petani.

Untuk melihat peluang dan keberhasilan penanaman gaharu, pada hari terakhir para peserta diajak field trip atau kunjungan lapangan ke Desa Kembang Damai, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu. ***ESR.

Penulis : Eko Sutrisno