Dientry oleh Tuti - 22 December, 2015 - 2768 klik
Swara Samboja Vol. IV No. 2 Th 2015

Balitek KSDA (Samboja, 23/12/2015)_Pada musim hujan seperti ini, marak adanya buah durian di seluruh nusantara. Buah tropis dengan cita rasa dan aroma yang khas serta disukai banyak orang hampir di seluruh Asia, Cina, Australia dan Eropa. Buah yang masuk genus Durio ini menjadi bahasan utama Majalah Swara Samboja Vol. IV No. 2 Tahun 2015.

Dengan tema “Genus Durio: Jenis Pemanfaatan dan Upaya Konservasi”, Bina Swasta Sitepu, S.Hut salah satu peneliti Balitek KSDA dengan minat bidang botani, mengupas tuntas tentang sejarah taksonomi, keragaman, pemanfaatan, status konservasi dan upaya pelestarian buah durian.

Dalam artikel tersebut, Sitepu menyatakan bahwa sampai saat ini diketahui setidaknya ada 37 jenis species yang masuk dalam genus Durio. Sedangkan berdasarkan spesimen di Herbarium Bogoriense, Di Indonesia ada 20 jenis, dengan pusat penyebaraannya di Kalimantan (18 jenis), Sumatera (7 jenis), Jawa, Maluku dan Papua.

“Berdasarkan luasan wilayah eksplorasi dan publikasi yang ada, diperkirakan masih ada jenis yang belum terdeskripsi atau teridentifikasi, setidaknya untuk pulau Kalimantan dan Sumatera. Hal ini menjadi tantangan bagi para peneliti, khususnya dibidang botani untuk dapat melakukan eksplorasi kekayaan jenis-jenis dari genus Durio secara menyeluruh untuk wilayah Indonesia,”kata Sitepu.

Selain jenis flora, Majalah Swara Samboja edisi ini juga mengupas tuntas tentang beberapa fauna, antara lain Badak (Rhinos) dan Naga Hutan Kalimantan (Gonocephalus borneensis). Dimana Dr. Chandradewana Boer, Albert L. Manurung, Yuyun Kurniawan dan Arief Data Kusuma saling berbagi hasil penelitian tentang bagaimana cara Badak (Rhinos) bisa bertahan di hutan hujan tropis Kalimantan, yang dapat dibaca lebih lanjut dalam artikel ““How do rhinos still exist in tropical rain-forest of Kalimantan?”. Sedangkan kehidupan Naga Hutan Kalimantan (Gonocephalus borneensis) dikupas tuntas oleh Teguh Muslim S.Hut dalam artikelnya yang berjudul “Gonocephalus borneensis, Iguana dari Kalimantan”.

Dalam edisi ini juga membahas tentang usaha konservasi sumber daya alam hayati, baik yang dilakukan oleh instansi pemerintah serta masyarakat setempat. Hal ini dapat disimak dalam artikel yang berjudul “Kawasan konservasi : Wahana Konservasi Sumberdaya Alam Hayati” yang ditulis oleh Dr. Wawan Gunawan dan Febriany Iskandar. Selain itu, Dr Wawan juga menulis tentang illegal logging yang masih menghantui pemeliharaan kawasan hutan di Indonesia. Anda dapat membaca artikelnya yang berjudul “Peranan Etika dan Moral Lingkungan dalam Pemberantasan Illegal Logging”.

Sedangkan Ulfah karmila Sari, S.Hut mengupas lebih dalam komitmen masyarakat Dayak Wehea dalam melestarikan hutan. Sebuah komitmen yang patut untuk kita teladani bersama. Hal ini dapat dilihat dalam artikel yang berjudul “Petkuq Mehuey, Pasukan Penjaga Hutan Lindung Wehea”

Edisi ini juga menampilkan profil inspiratif yaitu IB Putera Parthama. Sosok yang mengabdikan dirinya untuk kehutanan ini berbagi pengalamannya selama berkarier peneliti, berbagai jabatan struktural, staf ahli menteri bidang ekonomi dan perdagangan internasional dan sekarang menjabat Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari.

Sebagai penutup, edisi ini menyajikan Peringatan Hari Bhakti Rimbawan Tahun 2015 dan Pelatihan Budidaya Lebah madu Trigona. Selain itu, juga menampilkan beberapa publikasi dengan judul ‘Jenis-jenis Tumbuhan dari Proses Regenerasi Alami di Lahan Bekas Tambang Batubara’ serta ‘Burung dan Kelelawar di Lahan Bekas Tambang Batubara’

Pembaca kami yang budiman, akhir kata, selamat membaca dan salam hangat. ***Ahmad Gadang Pamungkas

Penulis : Ahmad Gadang Pamungkas