Dientry oleh priyo - 29 January, 2016 - 3307 klik
Kontribusi Sungai Ciliwung terhadap Banjir di Jakarta Sebesar 24%

FORDA (Bogor, 29/01/2016)_Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang berlangganan banjir. Selama ini, Sungai Ciliwung selalu dianggap sebagai kambing hitam banjir di Jakarta. Ternyata berdasarkan penelitian Drs. Irfan B. Pramono, M.Sc, Peneliti Hidrologi dan Konservasi Tanah Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS (Balitek DAS) Solo, Sungai Ciliwung menyumbang banjir sebesar 24%.

Hal ini diungkapkan Irfan dalam artikelnya yang berjudul Estimasi Volume Banjir di Jakarta yang merupakan salah satu makalah dalam Prosiding Seminar Nasional Restorasi DAS: Mencari Keterpaduan di Tengah Isu Perubahan Iklim. Dimana seminar tersebut dilaksanakan di Gedung Pasca Sarjana UNS Solo, Selasa (25/08/2015).

Lebih lanjut Irfan menjelaskan bahwa selain Sungai Ciliwung, ada beberapa sungai lain yang berkontribusi besar dalam menyumbang banjir di Jakarta, yaitu Angke (19%), Pasanggrahan (17%), Krukut (13%), Sunter (13%), Cakung (9%) dan Buaran (5%).

“Walaupun kontribusi Sungai Ciliwung terbesar atau 24% dalam memasok banjir di Jakarta, namun kontribusi Sub DAS Ciliwung Hulu dalam menyumbang banjir di Jakarta hanya 8%,”kata Irfan.

“Sedang sisanya disumbangkan oleh Sub DAS Ciliwung Tengah sebesar 9% dan Sub DAS Ciliwung Hilir sebesar 7%,”lanjutnya.

Dalam artikelnya tersebut, Irfan menyatakan bahwa untuk mengendalikan banjir di Jakarta harus diketahui dahulu berapa volume banjir yang masuk Jakarta serta sumber-sumber air banjir tersebut berasal dari DAS atau Sub Das apa.

“Penanganan banjir di daerah kebanjiran tidak akan menyelesaikan masalah jangka panjang karena sumber atau pasokan air banjir dari daerah hulu akan terus meningkat jika daerah hulu tidak ditangani secara bersamaan,”tegas Irfan.

“Mengurangi volume banjir Jakarta, penanganannya tidak hanya di Sub DAS Ciliwung Hulu seperti yang selama ini dilakukan. Tetapi harus dilakukan secara bersama-sama di DAS yang berkontribusi terhadap banjir di Jakarta,”lanjutnya.

Dalam menduga volume banjir di Jakarta, Irfan menggunakan metode “Curve number”. Metode tersebut dikembangkan oleh Soil Conservation Service USA. Sedangkan data yang dibutuhkan adalah hujan harian maksimum (sebaiknya sebelum terjadinya banjir) sebagai input dan kondisi fisik (penutupan lahan, jenis tanah sera konservasi teknik) sebagai prosesor.

Dalam analisisnya, Irfan menyatakan bahwa faktor utama yang berpengaruh pada volume banjir yang sangat tinggi di Jakarta adalah perubahan penutupan lahan. Dimana perkembangan jumlah penduduk dengan segala aktivitasnya yang pesat tentunya membutuhkan ruang yang semakin besar. Pertumbuhan penduduk tersebut tidak sebanding dengan ketersediaan ruang yang terbatas, sehingga ruang terbuka hijau akan tergerus oleh pemukiman maupun perindustrian.

Hal ini terlihat pada data periodik di DAS Ciliwung. Pada tahun 1970, luas perumahan dan industri hanya 33,5% dari luas DAS Ciliwung. Selanjutnya terus menerus meningkat, dimana tahun 1980 sebesar 52,76% dan tahun 1990 sebesar 61,05%.

“Akibatnya daerah resapan air menjadi berkurang drastis. Air hujan yang jatuh tidak dapat masuk lagi ke dalam tanah. Sebagian besar air hujan menjadi aliran permukaan dan menyebabkan banjir di daerah hilirnya. Kondisi ini diperparah dengan bentuk lahan di daerah hilir yang merupakan dataran rawan banjir,”kata Irfan.

Dalam kondisi tersebut, Irfan meragukan bahwa penanaman pohon di Jakarta bisa mengurangi banjir di Jakarta. Menurutnya, solusi terbaik untuk mengurangi pasokan air banjir di Jakarta adalah pembuatan sumur resapan. ***THS

Artikel Terkait:

  1. One River-One Plan-One Management
  2. Sumur Resapan, Salah Satu Teknologi dalam Menanggulangi Banjir di DAS Ciliwung

 

Informasi lebih lanjut:

Irfan B. Pramono, email: ibpramono@yahoo.com  

Balai Penelitian Teknologi Konservasi Pengelolaan DAS

Jl. Jend. A. Yani Pabelan Kotak Pos 295, Surakarta 57012

Telp: 0271 - 716709, Fax. 0271 - 716959

Website: http://bpk-solo.litbang.dephut.go.id

 

Penulis : Tri Hastuti Swandayani dan Priyo Kusumedi