Dientry oleh priyo - 03 February, 2016 - 1465 klik
Menteri LHK: Atasi Perubahan Iklim Secara Simultan

FORDA (Jakarta, 03/02/2016)_ Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr.Siti Nurbaya Bakar menyampaikan upaya mengatasi perubahan iklim itu harus dilakukan secara simultan dan dalam koridor yang searah. Sambutan tersebut disampakan pada acara Festival Iklim, Kementerian LHK yang bertema “Cegah Kenaikan 2 Derajat untuk Kesejahteraan Rakyat dan Generasi Mendatang di Jakarta Convention Center, Senin (1/02).

“Yang penting dari event kita ini adalah bagaimana aktivitas masyarakat bisa kita recognize dengan baik, inisiatif masyarakat didampingi NGO banyak yang bagus dan bervariasi, itu semua memberikan implikasi yang baik dan perlu dikonsolidasikan bersama, begitupun inisiatif dunia usaha,” kata Siti Nurbaya di

Terkait perubahan iklim, menurut Siti, banyak hal yang sudah dilakukan, tetapi menjadi hal terpisah antara hal-hal yang bersifat praktek lapangan dan hal-hal yang bersifat administratif dan dokumen politik. 

“Ini akan kita satukan bersama dan harus berada dalam satu bahasa dan satu koridor. Apa yang penting kita selaraskan bersama dalam koridor ini adalah kita sudah punya konten yang sangat banyak, tapi kontennya yang mudah dimengerti masyarakat itu apa. Oleh karena itu, konteks akan menjadi penting dan di situlah sebetulnya seluruh agenda festival ini akan menuntun kita,” tambah Siti.

Sebagai contoh, Siti mengatakan kalau suhu naik 2 derajat  dari suhu rata-rata normal hitungan 100 tahun, 200 tahun atau 1000 tahun, maka akan berakibat pada banjir, air laut naik, pulau bisa hilang, pola tanam berubah. 

“Ini semua sudah kita rasakan, ini konteks yang harus kita sangkutpautkan dengan konten (isi) dari perubahan iklim. Oleh karena itu, kalau kita ketemu antara konteks ini dan kontennya, maka masyarakat akan mengerti dan akan berbuat lebih banyak untuk mengatasi itu,” jelas Siti.

Untuk itu, Siti menjelaskan bahwa festival iklim ini menyangkut tiga hal pokok, yaitu berbagai kegiatan yang menguraikan apa yang harus kita lakukan atas hasil  kesepakatan Paris; agenda side event,  yaitu bagaimana perubahan iklim itu bisa dipahami dalam berbagai bahasa: bahasa artis, ilmuwan, praktisi, pemerintah, bahasa dunia usaha melalui seminar, talkshow; serta pemahaman visualisasi melalui pameran yang diikuti sekitar 56 lembaga.

“Yang paling penting lainnya, berikan guidance-guidance  yang pas, yang kita himpun dari inisiatif masyarakat, NGO dan dunia usaha karena kita yakini bagus-bagus karena mereka bekerja di lapangan. Jadi kita satukan ini, kita combine, kita konsolidasikan menjadi guidance yang baik,” kata Siti yang berharap model-model festival seperti ini perlu dilakukan di seluruh Indonesia, mengingat secara geografis Indonesia begitu luas dan kita perlu berbagi informasi dalam upaya membangun visi bersama.

Di akhir sambutannya, Siti berharap seluruh elemen di bangsa ini dapat mengatasi perubahan iklim dengan mengawalinya bersama-sama, saling mendukung, dan tidak ada lagi hal-hal yang berciri kompetisi, tidak ada paradoks kebijakan, serta dilakukan secara harmoni dan kolaborasi.

“Saya kira itu semangat kita melakukan festival iklim ini,” tutup Siti.

Untuk menyatukan visi dan komitmen bersama antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha, media, dan semua unsur dalam rangka melaksanakan agenda perubahan iklim, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) menyelenggarakan Festival Iklim.

Festival yang didukung oleh Pemerintah Norwegia dan UNDP REDD+ Programme ini merupakan wadah untuk menyampaikan poin-poin dalam kesepakatan Paris kepada masyarakat dan para pemangku kepentingan terkait perubahan iklim di Indonesia. Banyak pembicara akan hadir untuk menyampaikan informasi, gagasan, dan paparan tentang program-program yang dilakukan terkait pengendalian perubahan iklim.***RHG

Editor : Priyo Kusumedi

Materi terkait:

Materi terkait:

  1. Satukan Visi dan Komitmen dalam Festival Iklim
  2. Riset Energi Terbarukan Sangat Penting dalam Menghadapi Perubahan Iklim

 

Penulis : Risdawati hutagalung