Dientry oleh Rizda - 23 August, 2016 - 5159 klik
Terbukti, ARKOBA dan Cuka Kayu BLI Tingkatkan Produktivitas Tanaman Padi

P3HH (Bogor, 18/8/2016)_Arang Kompos Bioaktif (ARKOBA) dan asap cair yang biasa disebut cuka kayu yang dihasilkan Pusat Litbang Hasil Hutan (P3HH), Badan Litbang dan Inovasi (BLI) terbukti dapat meningkatkan produktivitas padi variates Ciherang di Desa Kerjatajaya, Cianjur. 

Dengan menerapkan ARKOBA dan cuka kayu pada sawah, padi variates Ciherang yang secara simbolis dipanen Kepala P3HH, Dr. Dwi Sudharto, Selasa (2/8) ini menunjukkan hasil lebih banyak dibandingkan bila menggunakan pupuk anorganik. Selain itu kualitas padinya lebih bagus, butirannya lebih padat, dan daunnya tampak masih hijau, tidak cepat kuning walaupun padi telah menguning (masak).

Dari 2.000 m2 sawah percontohan yang diberi 900 kg arang kompos sehari sebelum penanaman dan secara periodik disemprotkan asap cair ini dihasilkan 1.020 kg gabah atau lebih dari 750 kg beras. Panen ini meningkat lebih dari 15% dibanding sebelumnya yang menggunakan pupuk kimia. Satu kuintal padi dengan pupuk kimia menghasilkan 65 kg beras, sedangkan dengan perlakuan ARKOBA dan cuka kayu, satu kuintal padi meningkat menjadi 75 kg beras.

Dalam sambutannya saat panen padi tersebut, Dwi Sudharto mengatakan, ini merupakan bukti yang bagus bahwa ARKOBA dan cuka kayu juga dapat digunakan pada tanaman pertanian seperti padi mengingat selama ini ARKOBA dan cuka kayu diketahui hanya berkhasiat untuk tanaman kehutanan. 

“Hasil panen padi menunjukkan khasiat ARKOBA dan cuka kayu tidak kalah dengan pupuk anorganik. Tidak ada hama yang mendekat seperti tikus, wereng, belalang, walang sangit dan sebagainya itu menjauh,” kata Dwi di hadapan Kelompok Tani Itikulir, penyuluh kehutanan, petani, pemimpin pondok pesantren dan masyarakat sekitar yang sangat antusias terhadap keberhasilan panen padi tersebut. 

Selama ini, petani menanggung biaya pemupukan yang sangat tinggi untuk pupuk anorganik. Satu hektar lahan persawahan memerlukan sekitar 2 juta rupiah untuk membeli pupuk kimia. Sedangkan, arang kompos dari sampah organik dapat dipersiapkan sendiri oleh petani dalam waktu satu minggu sampai satu bulan, sehingga relatif lebih murah. 

Dari penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa penggunaan dua atau tiga bagian arang kompos menghasilkan produktivitas tanaman yang relatif sama dengan penggunaan sepuluh bagian pupuk kimia. 

Kelebihan lainnya, pemberian cuka kayu menjadikan tanah lebih subur, tanah tetap dalam kondisi lembab dan daun padi yang masih hijau walaupun padi telah menguning atau masak. Sementara dengan penggunaan pupuk kimia, daunnya akan cepat kering setelah dipanen dan tanah menjadi keras. Tanah yang telah keras akibat pupuk kimia perlu sekitar 3 - 4 tahun untuk kembali ke kondisi semula. 

 

Tentang ARKOBA dan Cuka Kayu

Arang kompos merupakan perpaduan antara arang dan kompos, sementara cuka kayu adalah asap cair yang ditangkap dari pembakaran arang. Kombinasi ketiganya terbukti telah meningkatkan produktivitas tanaman. 

Menurut Prof. (Riset) Dr. Gustan Pari, peneliti P3HH, arang kompos dan asap cair sebenarnya sudah ada sejak seratus tahun yang lalu, namun pengembangannya baru dilakukan belakangan ini. Penggunaan arang kompos ini awal mulanya di Terapetra, Amazon, dimana tanah di sekitarnya subur dan setelah dicek terdapat arang di area tersebut yang diperkirakan telah berumur delapan ribu tahun yang lalu. 

Prof. Gustan menjelaskan, selain berfungsi menyimpan unsur hara, arang kompos juga memiliki fungsi menetralisir pH tanah asam yang mengurangi pertumbuhan tanaman. Arang kompos mampu menurunkan pH tanah mencapai sekitar netral 6,5 sehingga pertumbuhan tanaman optimal. Hal ini dapat dilihat pada pH tanah asam di Ciloto, yang tadinya 3 berubah menjadi 6,5 setelah menggunakan arang kompos. 

“Aplikasi arang kompos dan cuka kayu sudah saatnya diterapkan oleh masyarakat, terutama dengan bantuan alat pembuat arang dan asap cair. Hal ini merupakan proses yang panjang, karena merubah kebiasaan petani dari menggunakan pupuk kimia dan beralih ke arang kompos,” kata Prof. Gustan. 

Menurutnya, proses pembuatan arang kompos relatif sederhana, salah satunya dengan pembusukan jerami yang telah dibakar jadi arang dicampur dengan kotoran kambing atau sapi. Karena kotoran hewan itu berbau maka sebaiknya disemprot dengan asap cair sehingga menjadi netral. Bahan yang dipersiapkan relatif mudah diperoleh, yaitu ranting-ranting pohon dan/atau daun-daun kering.***Risda Hutagalung

 

Ditulis ulang dari http://www.pustekolah.org/index.php/detail/1024/panen-padi-variates-ciherang-dengan-aplikasi-arkoba-dan-cuka-kayu-di-cianjur#.V7vS1PmSySo

 

Penulis : Risda Hutagalung