Dientry oleh Tuti - 30 November, 2016 - 2209 klik
Mutiara Terpendam di Badan Litbang dan Inovasi

FORDA (Rabu, 30/11/2016)_Tri Joko Mulyono,  Sekretaris Badan Litbang dan Inovasi (Sekbadan) menyatakan bahwa banyak mutiara yang masih terpendam di Badan Litbang dan Inovasi (BLI), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Hal ini diungkapkan Beliau pada saat memberikan arahan pada pembukaan Diskusi Ilmiah Buku 150 Inovasi BLI di Ruang Rapat Sudiarto Kampus BLI Gunung Batu Bogor, Rabu (30/11).

“Litbang luas, banyak inovasi yang tersimpan. Kita ingin apa yang dihasilkan dapat digunakan oleh pengguna,”kata Sekbadan yang juga mengakui bahwa sebelum bekerja di BLI, Sekbadan belum tahu potensi apa yang dimiliki oleh BLI.

Lebih lanjut, Sekbadan menyatakan bahwa saat ini telah terhimpun sebanyak 150 inovasi yang merupakan seleksi karya-karya terbaik para peneliti di lingkup BLI. Tahun sebelumnya hanya 100 inovasi yang terhimpun. Sekbadan berharap tiap tahun, jumlah inovasi ini akan terus bertambah.

“Saya yakin 150 masih belum semua. Masih banyak stok yang  kami tawarkan kembali. Banyak mutiara (inovasi) terpendam yang nanti kita angkat di edisi berikutnya,”tegas Sekbadan.

Sekbadan menyadari bahwa untuk menghasilkan inovasi iptek bukanlah perjuangan yang mudah dan tidak sederhana. Tetapi Sekbadan berharap bahwa setiap peneliti bisa menghasilkan inovasi iptek.

“Masih banyak yang kita lakukan untuk menjadi inovasi iptek,”kata Sekbadan.

Senada dengan Sekbadan, Krisdianto, Peneliti Puslitbang Hasil Hutan sekaligus salah satu Tim Penyusun Buku 150 Inovasi BLI menegaskan bahwa perlu ditekankan jiwa inovatif bagi para peneliti BLI agar hasil penelitian menjadi inovasi.

Pada kesempatan tersebut, Krisdianto menyatakan bahwa banyak usulan inovasi yang telah dikirimkan dari daerah (unit kerja BLI). Namun semua diseleksi oleh Tim Penyusun berdasarkan kriteria-kriteria yang ada dalam definisi inovasi, terutama adanya unsur kebaruan.

Disisi lain, Nugroho S. Priyono, Kepala Bagian Evaluasi, Diseminasi dan Perpustakaan (Kabag EDP) menyatakan bahwa cita-cita dibalik penyusunan buku inovasi ini adalah buku ini diharapkan bisa menjadi tool yang prestisius bagi pengguna. 

“Oleh karena itu, kami ingin peneliti-peneliti untuk kompetisi masuk di sini,”tegas Nugroho.

“Kita baru berhasil mengumpulkan 150. Semoga kita bisa catch up seperti Kementan (Kementerian Pertanian),”kata Nugroho yang menyatakan bahwa saat ini Kementan telah berhasil menghimpun 500 inovasi.

Selain itu, Nugroho juga menyatakan bahwa dalam penyusunan buku ini masih berpikir dengan sudut pandang peneliti atau BLI, belum pada sudut pandang customer atau pengguna, sehingga masih ada jarak antara BLI dengan customer.

“Nanti kami akan berpikir ke customer sehingga tercapai yang diharapkan,”kata nugroho yang berharap bahwa hasil riset BLI bisa diaplikasikan oleh masyarakat maupun industri.

Upaya yang telah dicapai oleh BLI untuk menghimpun 150 inovasi mendapat apresiasi dari dua pembahas yang hadir dalam acara tersebut, yaitu Aissa Mutiara Putri, Liaison officer Business Innovation Center (BIC) dan Adawiah, Kepala Subdit Harmonisasi Kebijakan dan program Inovasi, Ditjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti. Pada kesempatan tersebut, kedua pembahas juga memberikan masukan untuk perbaikan Buku Inovasi BLI ke depan.

Selain itu, Buku 150 Inovasi BLI ini juga mendapat apresiasi dari seluruh peserta. Bahkan Udi Triyastoto, Wakil dari Pusat Perencanaan Pengembangan SDM menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh BLI bermanfaat.

“Litbang telah berhasil membuat pancingan dan mendapatkan ikan. Diharapkan bahwa buku ini bisa menjadi alat komunikasi ke user,”tegas Udi yang juga menyatakan bahwa litbang harus berada pada komunitas yang tepat.

Menanggapi hal tersebut, Nugroho menyatakan bahwa BLI, terutama pihak manajemen akan berupaya memfasilitasi hal tersebut (komunitas bagi peneliti) supaya peneliti hidup tidak hanya menulis tetapi ada habitatnya.

Pada akhir acara, Nugroho menyatakan bahwa kita perlu menonjolkan kebaruan tetapi juga juga penelitian yang memberikan manfaat secara menyeluruh. ****THS.

Penulis : Tri Hastuti Swandayani