Dientry oleh Tuti - 02 December, 2016 - 2066 klik
Kerjasama, Terobosan untuk Kebijakan di KLHK

FORDA (Bandung, 02/12/2016)_Dengan kondisi hutan terkini di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), terutama Badan Litbang dan Inovasi (BLI) berupaya keras untuk mencari berbagai terobosan yang bisa digunakan untuk mendukung atau membuat kebijakan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Salah satu strategi yang digunakan adalah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak terkait.

“Banyak sekali dunia usaha yang menginginkan dukungan litbang karena banyak kebijakan pemerintah yang kosong. Diantaranya penanganan lahan gambut yang memerlukan dukungan riset sebagai justifikasi kebijakan,”kata Dr. Henry Bastmana, M.ES., Kepala Badan Litbang dan Inovasi (Kabadan) saat penandatangan kesepakatan kerjasama BLI dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) di Ruang Rektorat ITB, Kamis (01/12).

“Dengan kerjasama maka dapat menambah kekuatan dalam memberikan jawaban - jawaban praktis bagi dunia usaha,”harap Henry.

Selain itu, Henry juga berharap bahwa adanya jalinan kerjasama dapat saling mengisi di berbagai kebutuhan. Oleh karena itu, Henry sangat antusias untuk menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk  Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung.

“BLI mempunyai perangkat-perangkat yang cukup luas mulai dari fasilitas penelitian, SDM yang kompeten, laboratorium dan hutan penelitian, serta iptek,”kata Henry.

Di sisi lain, Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA., Rektor ITB menyatakan bahwa ITB siap menjalin kerjasama dengan BLI. ITB juga memiliki banyak fasilitas dengan bidang keilmuan yang spesifik, seperti di Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH) yang mengembangkan bidang keilmuan rekayasa kehutanan (forestry engineering), program pasca panen dan teknologi kehutanan, serta agro bio teknologi kehutanan.

“SITH juga memiliki kegiatan pendidikan yang bersifat inter discipline research dengan IPB, UGM, Unpad dan lainnya  sehingga memiliki jejaring yang cukup luas,”kata Kadarsah.

Kadarsah optimis bahwa bidang keilmuan rekayasa kehutanan dapat dimanfaatkan untuk merancang atau mendesain hutan dengan jenis – jenis pohon yang memiliki daya serap CO2 tinggi.

“ITB juga dapat mendukung peningkatan produk kehutanan hasil litbang BLI misalnya Gaharu dengan melakukan rekayasa/engineering melalui konsep Metabolic Forest Tree yaitu meningkatkan metabolit sekunder dari pohon untuk menghasilkan gaharu,”kata Kadarsah.

Setelah melakukan penandatanganan kesepakatan kerjasama dengan ITB, BLI berkunjung dan melakukan penandatanganan kesepakatan kerjasama dengan STP Bandung. Kerjasama dengan STP bandung ini lebih diarahkan untuk mendukung kebijakan ekowisata atau green tourism.

“Pengembangan wisata dunia yang saat ini diarahkan pada green tourism mendorong STP Bandung untuk lebih banyak berkiprah pada pendidikan pariwisata yang mempertimbangkan alam termasuk hutan dan lingkungan hidup,”kata Erfin Roesfian, M. Hum., Pembantu Ketua 4 Bidang Kemitraan dan Penjaminan Kualitas, STP Bandung.

“Untuk itu, STP Bandung berharap banyak kegiatan yang dapat disinergikan antara kedua pihak,”kata Erfin.

Disisi lain, Henry menyatakan bahwa tourism yang diarahkan pada komitmen green, sekarang lebih dipandang perlu. Oleh karena itu, menurutnya STP Bandung maupun BLI tidak berdiri pada pilar masing-masing namun perlu bersinergis guna menghijaukan pariwisata dan melestarikan lingkungan.

“Banyak area yang dapat dikerjasamakan antara kedua entitas, yaitu pengelolaan dan pengembangan pariwisata menuju ke arah yang lebih sustainable/ berkelanjutan,”kata Henry.

Henry juga mengatakan bahwa adanya kerjasama ini dapat mendukung program prioritas pemerintah dimana industri termasuk pariwisata diharapkan dapat memberikan lebih banyak ruang dan manfaat bagi masyarakat.

“Saat ini korporasi mendominasi semua lini, maka di bidang pariwisata pun tejadi hal yang sama,”tegas Henry.

Henry berharap bahwa kerjasama akan diformulasikan secara sederhana serta realistis sehingga dapat dilaksanakan. Selain itu, Henry berharap dengan adanya kerjasama maka sumberdaya yang dikerahkan bersama akan lebih menghasilkan output untuk menyelesaikan banyak persoalan seperti karhutla, food and energy security, perubahan iklim, dan lainnya. ***IKW.

Penulis : Ika K Widyaningrum