- Strategi Media Sosial BP2TSTH dalam Penyebaran Informasi Litbang – Baca Selanjutnya
- FORDA Survey – Baca Selanjutnya
- Laporan Kinerja BLI Tahun 2017 (informasi pelaksanaan kegiatan di BLI) – Baca Selanjutnya
- Berbagai Potensi dan Peluang Penelitian bagi Mahasiswa di BP2LHK Aek Nauli – Baca Selanjutnya
- Mengubah Limbah Kayu Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran Menjadi Arang Kompos dan Cuka Kayu – Baca Selanjutnya
- PUI 2018, Balitek DAS akan Bersinergi dengan B2P2BPTH Yogyakarta – Baca Selanjutnya
Dientry oleh
Tuti -
09 December, 2016 -
1702 klik
Tingkatkan Komoditas Lokal, Pemkab Sumba Tengah Berkolaborasi dengan BLI
FORDA (Sumba, 09/12/2016)_Pinang dan sirih merupakan komoditas prioritas Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di Kabupaten Sumba. Sayangnya, kedua komoditi tersebut belum diolah secara serius. Padahal kedua komoditas tersebut mempunyai potensi yang cukup bagus untuk dikembangkan. Bahkan saat ini, telah terjadi defisit sebesar 41,42% - 55,86%/kapita/tahun.
Terkait hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Sumba Tengah berusaha keras untuk meningkatkan pengembangan kedua komoditas tersebut. Salah satu strateginya adalah menjalin kerjasama dengan Badan Litbang dan Inovasi (BLI), Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan (KLHK). Hal ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (NK) antara kedua belah pihak di Waibakul, Sumba Tengah pada tanggal 7 Desember 2016.
“Kerjasama ini diharapkan dapat menggabungkan teknologi dan hasil litbang BLI dengan sumberdaya dan potensi di Sumba Tengah,”kata Dr. Henry Bastaman, M.ES., Kepala BLI (Kabadan) saat menyampaikan sambutannya.
Henry menyatakan bahwa BLI sangat serius untuk melakukan kerjasama ini karena ini merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi BLI untuk mengaplikasikan hasil litbang KLHK sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
“Perhatian Pemerintah Jokkowi-JK adalah bagaimana masayrakat dapat memperoleh manfaat seluas-luasnya. Jadi lahan yang dimanfaatkan tidak lagi diprioritaskan bagi korporasi tetapi kepada masyarakat luas,”kata Henry.
Selain itu, Henry merasa gembira kerjasama ini juga bisa mengangkat budaya masyarakat setempat yang wajib dikembangkan dan dilestarikan. Diketahui bahwa sirih dan pinang merupakan Spesies Kunci Budaya (SKB) di Sumba Tengah.
Henry berharap bahwa kerjasama ini dapat dimanfaatkan oleh banyak pihak dan dapat ditindaklanjuti dalam bentuk perjanjian kerjasama (PKS). Tidak hanya berhenti dalam bentuk NK.
Menanggapi hal tersebut, Drs. Umbu Sappi Pateduk, Bupati Sumba Tengah menyatakan terima kasih banyak kepada BLI yang mengulurkan tangan untuk membantu pengentasan kemiskinan di Sumba tengah.
Umbu menyatakan bahwa sirih dan pinang merupakan dua komoditi yang sudah hidup berdampingan dan mempunyai kekuatan ekonomi bagi masyarakat. Sayangnya, kedua komoditi masih dianggap sebagai simbol saja dan belum dibudidayakan secara serius.
“Sampai saat ini, sirih dan pinang hanya dianggap sebagai simbol semata. Padahal keduanya mempunyai makna dan nilai secara ekonois yang bisa menolong orang Sumba dari kemiskinan,”kata Umbu.
Umbu menyatakan bahwa kehadiran KLHK, khususnya BLI dapat mengisi kekosongan dan kebutuhan Sumba Tengah dalam hal keahlian, ilmu dan kreativitas. Tahun ini kemungkinan hanya dua komoditi yaitu sirih dan pinang. Tahun depan, gaharu juga.
“Hari ini saya tanda tangan atas nama rakyat Sumba Tengah. Dan kita berkomitmen mari kita manfaatkan kekayaan yang Tuhan berikan dengan bekerja sungguh-sungguh, berkeringat maka kita akan menjadi makmur. Namun jika masih berharap nanati pemerintah bantu maka tidak akan ada manfaatnya,”tegas Umbi.
Mengawali komitmen tersebut, pada hari tersebut Bupati Sumba Tengah mengajak masyarakat untuk menanam seluas 50 Ha serta akan memanfaatkan dana desa untuk melakukan kegiatan rehabilitasi dan pengembangan sirih dan pinang.
Dr. Gerson Njurumana, Peneliti Balai Penelitian dan pengembangan Lingkungan Hidup dan kehutanan (BP2LHK) Kupang salut akan komitmn Bupati Sumba Tengah tersebut. Gerson menyatakan bahwa sirih dan pinang, merupakan SKB dan komoditas yang menjadi komoditas besar di NTT.
“Sebagai SKB maka sangat mempengaruhi budaya. Jika bahan baku habis, maka budaya kita terancam,”tegas Gerson. ***IKW.
Artikel Terkait: