Dientry oleh Tuti - 15 December, 2016 - 1916 klik
Professor dari Jepang Berbagi Ilmu Manajemen Genetika Hutan di BP2TSTH

BP2TSTH (Kuok 15/12/2016)_Professor Harada dari Ehime University didampingi dengan Asep Hidayat, Ph. D., Peneliti Pusat Litbang Hutan (P3H) berkunjung ke kantor Balai penelitian dan pengembangan Teknologi Serat Tanaman hutan (BP2TSTH), Selasa (29/11). Dalam kunjungannya tersebut, Harada memberikan kuliah umum kepada Peneliti BP2TSTH tentang pengelolaan hutan dengan judul “Genetic Management of Forests”.

Genetic Management of Forests atau manejemen genetika hutan merupakan salah satu ilmu yang memegang peranan penting dalam pengelolan hutan baik di dunia maupun di Indonesia dengan menyediakan sumber genetika hutan yang lestari. Dengan adanya ilmu ini diharapkan jenis tanaman hutan akan tetap lestari dan dapat dinikmati dalam kehidupan mendatang.

Harada menjelaskan bahwa hutan alam mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Hutan dan kayunya sangat penting bagi pemasok bahan baku kebutuhan manusia dan peradaban.  Sayangnya, keberadaanya juga semakin berkurang karena ulah manusia.

“Oleh karena itu, perlu adanya budidaya tanaman hutan. Jepang dan Eropa telah memulai pada abad pertengahan,”kata Harada.

Harada menyatakan bahwa pembangunan hutan di Jepang menunjukkan kinerja yang baik. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan stok kayu maupun Gross Domestic Product (GDP) kehutanan di Jepang menunjukkan trn pertumbuhan yang positif.

“Saat ini 68% dari total daratan Jepang merupakan kawasan hutan yang terdiri dari Hutan alam sebesar 54%, dan hutan tanaman sebesar 41%,”kata Harada.

Harada menjelaskan bahwa manajemen genetika hutan ini sangat penting dalam kedua tipe hutan tersebut. Tetapi mempunyai konsep dan pengelolaan yang berbeda. Sehingga manajemen genetika hutan dibedakan atas manajemen genetika hutan alam (genetic management for natural forest) dan manajemen genetikan hutan tanaman (genetic management for artificial forest).

Sementara itu variasi genetik dalam spesies mencakup perbedaan genetik individu (allelic difference) dan perbedaan genetik antara populasi( allele frequency difference). Hal Ini telah terakumulasi dan terbentuk melalui sejarah proses migrasi, kolonisasi, ekspansi dan juga oleh sistem perkawinan. Proses ini didukung adaptasi lokal oleh seleksi alam. Sehingga, data genetika pada tingkat populasi berisi informasi yang diperlukan untuk konservasi dan pengelolaan hutan lestari.

Harada menyatakan bahwa saat ini manajemen genetika hutan ini lebih mengarah pada tujuan untuk menlindungi keberlangsungan dan ketersediaan variasi genetika pada tumbuhan. Tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa iptek ini juga bisa diterapkan untuk fauna.

Genetic Management dapat diterapkan secara lebih luas untuk manajemen genetic  binatang/satwa. Dan Iptek ini sangat memungkinkan untuk diterapkan pada lebah madu,”kata Harada menjawab pertanyaan dari Avry Pribadi, S.Si., Peneliti BP2TSTH.

“Namun demikian penentuan luas minimal sumber benih secara eksak tidak dapat  diketahui dengan metode ini,”tambah Harada.

Ir. R. Gunawan H Rahmanto, Kepala BP2TSTH berharap bahwa iptek manajemen genetika hutan ini dapat diterapkan oleh peneliti BP2TSTH untuk membangun hutan di Riau melalui kegiatan penelitian dan pengembangan.

“Menjadi suatu keniscayaan untuk memahami dan mengadopsi prinsip management genetic of forest dalam mengelola hutan di Riau yang mana problematika kehutanan di Riau semakin komplek,”kata Gunawan. ***DR.

 

Informasi Lebih Lanjut:

BALAI LITBANG TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN

url : http://bptsth-kuok.litbang.dephut.go.id  atau  http://www.balithut-kuok.org

 Jl. Raya Bangkinang Kuok Km. 9, Bangkinang, Riau 28294, Telp. 0762 - 7000121, Fax.  0762 - 7000122

Penulis : Dedy Rohmanto