Dientry oleh Tuti - 20 December, 2016 - 1829 klik
BP2TSTH Uji Daya Adaptasi Lebah Madu di TN. Tesso Nilo

BP2TSTH (Ukui, 13/11/2016)_Untuk menentukan keberhasilan revitalisasi ekosistem berbasis masyarakat di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan (BP2TSTH) melakukan survei pendahuluan dan uji adaptasi lebah madu di TNTN, Minggu (13/11).

Disadari bahwa berdasarkan SK Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Nomor : SK.4271/Menlhk-Setjen/Rokum/HPL.1/9/2016 Tentang Pembentukan Tim Operasional Revitalisasi Ekosistem Tesso Nilo Dengan Pendekatan berbasis Masyarakat, Balai Litbang Teknologi Serat (BP2TSTH) ditunjuk menjadi  anggota Tim Operasional Revitalisasi Ekosistem Tesso Nilo.

Revitalisasi Ekosistem merupakan proses atau cara dan atau perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai program kegiatan apapun di suatu kawasan yang mengalami krisis, baik dari aspek keberadaan hutan yang terancam, pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat, sampai kepada memperbaiki ekosistem di kawasan hutan lindung dan hutan alam yang telah rusak akibat perambahan.

“BP2TSTH diberi mandat untuk melaksanakan kegiatan penguatan ekonomi melalui pemberdayaan masyarakat di sekitar ekosistem hutan Tesso Nilo,”kata Ir. R. Gunawan Hadi Rahmanto, M.Si., Kepala BP2TSTH.

Gunawan menyatakan bahwa bentuk kegiatan penguatan ekonomi yang tepat adalah budidaya lebah madu hutan dan pengembangan agroforestry antara tanaman kayu dan tanaman jengkol maupun petai. Selain itu, BP2TSTH telah berhasil melakukan beberapa riset terkait lemah madu.

Rencananya dalam kegiatan tersebut, BP2TSTH akan menempatkan 100 koloni lebah madu sebagai kock off program revitalisasi ekosistem TNTN. Namun sebelum pelaksanakaan kegiatan tersebu dilakukan survey lapangan dan uji adaptasi pada lokasi yang tepat.

“Survey lapangan dan uji adaptasi lebah pada lokasi yang tepat penting dilakukan mengingat ketersediaan pakan lebah akan menentukan keberhasilan budi daya lebah madu,”kata Drs. Purnomo, Peneliti BP2TSTH yang bertindak sebagai Ketua Tim.

Berdasarkan survey pendahuluan tersebut maka ditentukan lokasi yang tepat untuk budidaya lebah madu yaitu, areal tanaman Acacia crassicarpa, eks Konsesi PT. RAPP yang diserahkan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

“Tanaman akasia cukup tua dan mulai mengalami suksesi, dimana terdapat tanaman lainnya sebagai sumber pakan lebah, yaitu nektar dan polen,”kata Purnomo.

Dalam uji adaptasi tersebut, akan dipasang 12 koloni lebah yang terdiri dari 6 koloni lebah Apis cerana dan 6 koloni lebah Trigona itama.

“Penempatan koloni lebah tersebut dilengkapi dengan peralatan anti beruang madu, mengingat di lokasi tersebut banyak dihuni beruang madu. Titik-titik penempatan koloni juga ditempatkan menghindari jalur gajah,”kata Purnomo.

Gunawan menyatakan bahwa apabila lokasi yang dipilih dan proses uji coba ini berhasil maka pada saat kick off akan dipasang 100 koloni lebah yang akan dikelola oleh kelompok tani Desa Lubuk Kembang Bunga dan Desa Air Hitam. ***SJ/DR.

 

Informasi Lebih Lanjut:

BALAI LITBANG TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN

url : http://bptsth-kuok.litbang.dephut.go.id  atau  http://www.balithut-kuok.org

 Jl. Raya Bangkinang Kuok Km. 9, Bangkinang, Riau 28294, Telp. 0762 - 7000121, Fax.  0762 - 7000122

Penulis : Syasri Janetta & Dedy Rohmanto