Dientry oleh Tuti - 23 December, 2016 - 1883 klik
Berdirinya Komunitas Dryobalanops Internasional Tanda Bangkitnya Riset Kapur

BP2LHK (Aek Nauli, 23/12/2016)_ Prof. Dr. Iskandar Zulkarnaen Siregar, Direktor Riset dan Inovasi Instititut Pertanian Bogor (IPB), yang juga ahli genetika pohon dari Fahutan IPB dan Prof. Dr. Ko Harada dari Ehimy University, Jepang mendeklarasikan berdirinya Komunitas Dryobalanops Internasional atau International Dryobalanops Community pada acara diskusi akademisi dan peneliti di Kampus Fakultas Kehutanan Universitas Sumetera Utara (Fahutan USU), Jumat (09/12). Diharapkan dengan adanya komunitas ini bisa lebih mendorong atau sebagai tanda bangkitnya riset kapur di masa depan.

“Salah satu anggota keluarga meranti (Dipterocarpaceae) yang mulai mendapatkan perhatian serius adalah pohon kapur (Dryobalanops). Namun, ternyata tidak begitu banyak peneliti yang concern pada salah satu pohon hutan tropika penghasil kamfer (borneol) ini,”kata Iskandar.

Oleh karena itu, Iskandar memandang penting adanya Komunitas Dryobalanops Internasional sebagai forum tukar pengalaman serta diskusi para peneliti dan akademisi untuk mendorong perhatian terhadap riset-siter kapur di masa depan.

Pada kesempatan tersebut, Dr. Aswandi, Peneliti Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli menyampaikan tentang Status riset kapur yang sedang dilaksanakan oleh BP2LHK Aek Nauli. Berdasarkan hasil kajian BP2LHK Aek Nauli diketahui bahwa sebaran populasi kapur semakin terbatas pada habitat alaminya.

Sedangkan Dr. Fifi Gus Dwiyanti (Program PSL IPB) mencoba bertukar pengalaman tentang kajian yang dilakukan bersama koleganya di Ehime University dan IPB. Hasil kajian tersebut menunjukkan diantara populasi yang ada, tegakan kapur di Pulau Penyengat memiliki keanekaragaman genetik tertinggi, dibandingkan populasi Singkil, Barus dan Mursala.

“Fenologi kapur juga perlu ditelaah lebih lanjut terutama terkait mass fruting yang empat tahun sekali sehingga diperlukan strategi perbanyakan tanaman secara vegetatif,”kata Fifi.

Adanya fenomena tidak semua pohon kapur menghasilkan kamfer memunculkan praduga peran genetik terhadap aktivitas metabolism sekunder ini. Sehingga upaya-upaya penandaan (marka) molekuler 4321 terhadap susunan basa nukleotida yang mengatur produktivitas resin sangat diperlukan.

Terdapatnya sebaran kapur yang tumbuh di lahan gambut membuka peluang penelitian tentang rentang adaptabilitas jenis ini, apalagi beberapa penelitian menunjukkan jenis Kapur juga bisa menjadi jenis tanaman rehabilitasi hutan sekunder rusa.

Kegiatan deklarasi tersebut disaksikan oleh oleh Dr. Fifi Gus Dwiyanti (Program PSL IPB), Dr. (Cand.) Mahardika (Copenhagen University of Denmark), Dr. Apri Heri Iswanto (Pembantu Dekan III Fahutan USU), Dr. Arida Susilowati (Dosen Fahutan USU), Dr. Aswandi dan Cut Rizlani Kholibrina (BP2LHK Aek Nauli).

Kegiatan tersebut juga dimeriahkan dengan kuliah umum dari Prof. Dr. Ko Harada dari Ehime University dengan tema “Japanese Forestry and Genetic Management” pada civitas akademika Fahutan USU. Prof. Harada merupakan peneliti senior yang banyak meneliti genetika pohon, termasuk genetika kapur. ***As & CRK.

 

Informasi Lebh Lanjut:

Balai Litbang Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Aek Nauli

url : http://bpk-aeknauli.litbang.dephut.go.id atau http://balithut-aeknauli.org

Jl. Raya Parapat Km. 10,5 Sibaganding, Parapat , Sumatera Utara 21174, Telp. 0625 - 41659, Fax.  0625 – 41659

Penulis : Aswandi & Cut Rizal