Dientry oleh Tuti - 05 January, 2017 - 2489 klik
Nilai INP Ulin pada Kawasan Konservasi Sangkima Kaltim Sebesar 59,83%

B2P2EHD (Samarinda, 05/01/2017)_Tanaman Ulin (Eusideroxylon zwagery) yang disebut juga dengan pohon besi kayu merupakan jenis pohon paling dominan di Kawasan Konservasi Sangkima, Taman Nasional Kutai (TNK), Kalimantan Timur (Kaltim). Hal ini dapat dilihat dari Indeks Nilai Penting (INP) tanaman ulin adalah paling tinggi atau sebesar 59,83%.

INP suatu jenis tanaman menunjukkan kepentingan suatu jenis tumbuhan serta peranannya dalam komunitas. INP didapat dari hasil penjumlahan Kerapatan Relatif  (KR), Frekuensi Relatif  (FR) dan Dominansi Relatif (DR).

“Besarnya INP suatu jenis tanaman yang ditemukan dalam suatu ekosistem menunjukkan pentingnya kedudukan jenis tanaman ditempat jenis tersebut berada pada eksositemnya,”kata Nilam Sari, S.Hut, Peneliti Muda Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa (B2P2EHD) saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (05/01).

Lebih lanjut, Nilam menyatakan bahwa jenis tanaman yang mempunyai nilai INP tertinggi pada kawasan menunjukkan bahwa jenis tanaman tersebut adalah paling dominan atau paling banyak pada kawasan tersebut.

“Ulin merupakan tanaman dominan yang ada di plot penelitian tersebut yang berarti pohon ulin adalah pohon yang paling banyak ada di kawasan konservasi Sangkima tersebut” kata Nilam berdasarkan hasil penelitiannya.

Diketahui bahwa berdasarkan hasil penelitiaanya yang  telah diterbitkan dalam Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Volume 2 Nomor 2 Juli 2016, menunjukkan bahwa dari 53 jenis tanaman yang berjumlah 235 pohon pada plot penelitian yang dibuat  di Kawasan Konservasi Sangkima, TNK Kaltim ternyata Ulin (Kayu Besi) memiliki Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi (59,83%) dengan sebaran merata pada lereng.

Sementara itu,  urutan kedua pohon yang mendominasi di Kawasan tersebut adalah jenis Meranti (Shorea leprosula). Sedangkan jenis pohon yang memiliki INP terendah adalah jenis Macaranga gigantea.

Dalam penelitiannya tersebut, Nilam menggunakan analisa vegetasi terhadap hasil inventarisasi jenis pohon yang memiliki diameter lebih besar dari 10 cm di dalam plot pengamatan penelitian.

Dalam kesempatan tersebut, Nilam mengingatkan untuk selalu menjaga ekosistem tanaman yang mempunyai nilai INP tertinggi, karena terganggunya ekosistem tanaman ini akan berpengaruh pada komponen lain yang ada di ekosistem tersebut.

Dengan INP tertinggi, Keberadaan tanaman ulin yang saat ini masuk dalam kategori rawan menurut redlist International Union for the Conservation of Nature Resources (IUCN)  atau jenis tanaman menghadapi resiko tinggi terhadap kepunahan dalam waktu dekat harus menjadi perhatian utama bagi seluruh pihak. Hal ini bisa menjadi indikasi akan terganggunya ekosistem tanaman lainnya.

Berdasarkan hal tersebut, Nilam menyarankan pentingnya mengetahui informasi asosiasi jenis Ulin dengan jenis tanaman lain untuk mencegah terjadinya kerusakan ekosistem atau lingkungan lainnya.

“Perlu diperhatikan bahwa jenis-jenis yang berasosiasi positif seperti meranti agar dapat dikembangkan seiring dengan pengembangan jenis ulin, sehingga pengembangan jenis istimewa ini dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan,” Tutup Nilam. ***MSC.

 

Informasi Lebih Lanjut

Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa

url : http://b2pd.litbang.dephut.go.id  atau  http://www.diptero.or.id

Jl. A. Wahid Syahrani No. 68, Sempaja, Po. Box. 1206, Samarinda, Kalimantan Timur, Telp. 0541 - 206364, Fax. 0541 - 742298

Penulis : Muhammad Arie Sachir