Dientry oleh Rizda - 11 January, 2017 - 1919 klik
State of the Art Riset Pemulihan Danau Toba

BP2LHK Aek Nauli (Aek Nauli, 10/1/2017)_Upaya rehabilitasi atau pemulihan ekosistem Danau Toba bukanlah hal baru. Setidaknya teridentifikasi 193 publikasi terkait Danau Toba dalam bentuk manuskrip sarjana 5%, prosiding atau kertas kerja 50%, buku atau bagian buku 7%, artikel jurnal 26% dan laporan penelitian 12%. Ini membuktikan bahwa riset di kawasan ini telah dimulai sejak lama. 

Publikasi tersebut mencakup berbagai aspek, seperti kebijakan dan pemangku kepentingan 19%; geologi, iklim dan perubahan lahan 13%; sistem hidrologi, perairan, dan pecemaran 16%; tenurial lahan dan sosial budaya 7%; pengelolaan pertanian, kehutanan dan sumber mata pencaharian 14%; gangguan kebakaran lahan dan hutan 7%; keanekaragaman hayati, jasa lingkungan dan kelestarian ekosistem 15%; teknik rehabilitasi hutan serta konservasi tanah dan air 10%. 

Namun, dari berbagai upaya riset yang dilakukan, keberhasilan program belum terlihat. Rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat, seringnya terjadi kebakaran hutan dan lahan, konflik tenurial lahan, kurangnya pengetahuan dan keterampilan teknis dan koordinasi yang buruk antara para pemangku kepentingan diduga menjadi kendala pencapaian program rehabilitasi di wilayah ini. 

Sebagaimana diketahui, program rehabilitasi masa lalu sering menempatkan masyarakat sebagai obyek kegiatan sehingga keterlibatan, rasa memiliki dan memelihara tanaman rehabilitasi sangat rendah. Konflik internal diantara anggota marga suku Batak sekitar yang lahannya digunakan untuk penghijauan juga turut berpengaruh terhadap kegagalan program. 

Hambatan dan kendala utama dalam pemanfaatan lahan marga diidentifikasi sebagai akibat resistensi masyarakat menanam pohon karena takut klaim sebagai kawasan hutan; konflik lahan sering terjadi karena ketiadaan batas yang jelas; kurangnya sosialisasi pemanfaatan lahan marga; peranan lembaga adat (bius) dipinggirkan; dan kurangnya dukungan/kebijakan pemerintah. 

Persoalan Danau Toba sangat kompleks baik ruang lingkup maupun cakupannya. Program pemulihan memerlukan upaya kolektif berbagai stakeholder sehingga perlu peta jalan yang disepakati semua pihak. Rencana terpadu ini harus menjelaskan peran dan tanggung jawab masing-masing pihak. 

Saat ini, pengelolaan kawasan Danau Toba tidak dapat dipisahkan dari pengembangan sosial budaya masyarakat dan potensi jasa lingkungan mengingat posisi dan potensinya yang strategis sebagai tujuan wisata dan pengembangan pertanian. Oleh karena itu, pengembangan sumber kehidupan harus berbasis komoditi yang sesuai dan kearifan lokal masyarakat dalam pengelolaan lingkungannya. 

Beberapa jenis komoditas yang potensial di sekitar Danau Toba antara lain pohon aren, kemenyan, rotan jernang, ingul, mangga, kemiri, cengkeh dan kopi. Selain itu perlu dikembangkan usaha lainnya seperti perdagangan, buruh dan jasa seperti wisata. Kerajinan ukir khas batak, kain tenun ulos dan gerabah sebagai sumber pendapatan alternatif. 

Selain itu, perhitungan potensi ekonomi ekowisata, jasa lingkungan dan pelestarian satwa liar sebagai bagian dari nilai total manfaat sumberdaya perlu dilakukan  untuk membangun mekanisme transaksi hulu-hilir untuk perlindungan DAS dan perbaikan kehidupan masyarakat. 

Untuk meningkatkan produktivitas lahan dapat dilakukan melalui pengembangan sistem agroforestri yang tepat. Model sistem agroforestry yang terintegrasi dengan budidaya lebah (Integrated-Agroforestry-Apiculture-System) Apis dan Trigona penghasil madu dan propolis dengan budidaya kopi–kemenyan–ingul–kaliandra dengan teknik konservasi tanah dapat diajukan. 

Penggalian informasi dinamika perubahan penutupan lahan dan hutan juga perlu segera dilakukan. Informasi kondisi dan jenis vegetasi awal/ asli yang tumbuh dahulu (origin) pada kawasan ini perlu diidentifikasi sehingga arah pemulihan dapat ditetapkan dengan tepat. Pemodelan lansekap, kesesuaian jenis dan penyiapan bibit yang baik merupakan beberapa hal yang harus dirancang hati-hati. Kebakaran berulang perlu sekat bakar yang tepat dan pelibatan masyarakat. 

Diinformasikan, sebagai bekas aktivitas vulkanik dan tektonik, sebagian besar batuan dasar di kawasan ini bersifat sangat masam. Pada daerah perbukitan dengan kelerengan tinggi, batuan dengan solum tipis banyak ditemui dan hanya ditumbuhi oleh alang-alang dan vegetasi pionir. Tipologi lahan ini sangat rentan kebakaran berulang sejak lama. 

Perairan Danau Toba bersifat unik. Fluktuasi tinggi muka air merupakan resultan input air hujan dan kehilangan sistem melalui proses evapotranspirasi dan debit (outlet ke Sungai Asahan). Perubahan penutupan vegetasi mempengaruhi evapotranspirasi, sehingga jenis-jenis dengan stomata besar dan penguapan tinggi dapat mempengaruhi keseimbangan hidrologis kawasan. 

Defisit neraca air yang berlarut-larut menunjukkan penggunaan lahan di DTA tidak mendukung fungsi hidrologis kawasan. Sehingga perlu penataan ulang fungsi kawasan agar luas penutupan vegetasi meningkat dan pemborosan air berkurang.***Aswandi

 

Informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi website BP2LHK Aek Nauli: http://aeknauli.litbang.menlhk.go.id 

Referensi: Status Riset Revitalisasi Ekosistem Daerah Tangkapan Air Danau Toba (State of the Art of Lake Toba Catchment Area Ecosystem Revitalitation Researches)

Penulis : Aswandi