Dientry oleh Tuti - 18 January, 2017 - 6493 klik
Sumur Resapan Solusi Penanggulangan Banjir Di Daerah Padat Penduduk

Balitek DAS (Solo, 16/1/2017)_Frekuensi bencana banjir di Indonesia semakin bertambah. Banyak faktor penyebabnya, seperti curah hujan, perubahan iklim serta berkurangnya daerah resapan air akibat bertambahnya pemukiman penduduk atau pembangunan infrastruktur lainnya. Terkait hal tersebut, Drs. Irfan Budi Pramono, M.Sc., Peneliti Balai Litbang Teknologi Kehutanan Pengelolaan (Balitek) DAS  menyatakan bahwa solusi tepat untuk menanggulangi banjir di daerah yang padat penduduk adalah dengan membuat sumur resapan.

“Penanganan banjir dengan peningkatan kapasitas saluran draenase belum cukup memadai karena sumber pasokan air dari daerah hulu semakin lama semakin banyak akibat berkurangnya daerah resapan air sebagai akibat cepatnya perluasan daerah pemukiman,”kata Irfan.

Lebih lanjut, Irfan menyatakan bahwa perbaikan draenase untuk mengatasi banjir secara cepat masih diperlukan. Tetapi hal ini akan lebih efektif apabila diiringi dengan peningkatan peresapan air. Tujuannya adalah untuk mengurangi pasokan air yang mengalir ke daerah hilir atau yang lebih rendah.

Irfan menyatakan bahwa peningkatan resapan air untuk daerah yang tidak padat penduduk atau banyak lahan kosong dapat dilakukan dengan pembangunan lahan terbuka hijau, seperti taman. Namun, jenis tanaman sebaiknya disesuaikan dengan fungsinya sebagai penahan air, seperti pohon beringin.

“Hal itu tidak dapat dilakukan di daerah pemukiman padat dimana hampir semua permukaanya tertutup oleh lapisan yang kedap air seperti semen. Solusi yang memungkinkan adalah membuat sumur resapan,”kata Irfan.

Irfan menjelaskan bahwa teknologi sumur resapan ini selain memberikan keuntungan dapat mengurangi laju air banjir, juga dapat menambah cadangan air tanah. Hal ini sangat bermanfaat pada musim kemarau sehingga pasokan air tanah masih ada.

“Teknologi ini tidak hanya bisa diterapkan di daerah padat penduduk. Tetapi juga bisa diterapkan di wilayah lain, yang penduduknya masih jarang atau masih banyak lahan terbuka,”tegas Irfan.

Irfan mengingatkan bahwa dalam pembuatan sumur resapan supaya efektif harus mempertimbangkan luas tanah serta kondisi curah hujan. Semisal perumahan dengan luas 100 m2 dan kondisi curah hujan harian maksimum rata-rata sebesar 114 mm. Apabila tidak ada peresapan air atau seluruh air hujan menjadi aliran permukaan, maka volume air permukaan yang terjadi sebesar 100 m2 x 0,114 m = 11,4 m3. Sumur resapan dengan ukuran 1 m x 1 m dan kedalaman 3 m akan menampung air permukaan sebesar 3 m3.

Selain itu, dalam pembuatan sumur resapan pada lahan pekarangan ada beberapa syarat sesuai SNI yang harus dipenuhi, yaitu: 1). Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam atau labil; 2). Sumur resapan berjarak minimal lima meter dari tempat penimbunan sampah dan septic tank dan berjarak minimal satu meter dari fondasi bangunan; 3). Kedalaman sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di bawah permukaan air tanah. Kedalaman muka air (water table) tanah minimum 1,50 meter pada musim hujan; serta 4). Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah menyerap air) minimal 2,0 cm per jam yang berarti dalam satu jam mampu menyerap genangan air setinggi 2 cm. ***RS.

 

Artikel Terkait:

  1. Sumur Resapan, Salah Satu Teknologi dalam Menanggulangi Banjir di DAS Ciliwung
  2. Kebutuhan Minimal Teknik Konservasi Air Untuk Pengendali Banjir di DAS Ciliwung
  3. Atasi Masalah Banjir di Jakarta, Lakukan Restorasi DAS Ciliwung

 

Informasi Selengkapnya:

Balai Litbang Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS

url : http://dassolo.litbang.menlhk.go.id atau  http://balitekdas.org

Jl. Jend. A. Yani Pabelan Kotak Pos 295, Surakarta 57012, Telp.  0271 - 716709, Fax.   0271 - 716959

 

Penulis : Retno Salamah