- Strategi Media Sosial BP2TSTH dalam Penyebaran Informasi Litbang – Baca Selanjutnya
- FORDA Survey – Baca Selanjutnya
- Laporan Kinerja BLI Tahun 2017 (informasi pelaksanaan kegiatan di BLI) – Baca Selanjutnya
- Berbagai Potensi dan Peluang Penelitian bagi Mahasiswa di BP2LHK Aek Nauli – Baca Selanjutnya
- Mengubah Limbah Kayu Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran Menjadi Arang Kompos dan Cuka Kayu – Baca Selanjutnya
- PUI 2018, Balitek DAS akan Bersinergi dengan B2P2BPTH Yogyakarta – Baca Selanjutnya
Dientry oleh
Tuti -
19 January, 2017 -
3035 klik
Ekowisata Memberikan Multimanfaat Bagi Masyarakat Sekitar
BP2THHBK (Mataram, 13/01/2017)_Ekowisata, pariwisata berbasis alam dan budaya semakin hari semakin berkembang. Kegiatan ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar, tetapi juga manfaat dalam aspek sosial dan budaya. Hal ini diungkapkan oleh Yumantoko, Peneliti Balai Litbang Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu (BP2THHBK) Mataram dalam presentasi ilmiahnya di Salatiga, Kamis (03/11/2016).
“Dari kegiatan ekowisata terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh masyarakat diataranya manfaat ekonomi yaitu terciptanya lapangan usaha dan lapangan pekerjaan. Selain itu, ekowisata juga terkait dengan aspek sosial dan budaya mayarakat setempat,”kata Yumantoko.
Yumantoko menyatakan bahwa ekowisata atau pariwisata menjadikan budaya lokal akan membaur dengan budaya asing. Selanjutnya akan terjadi akulturasi karena pariwisata menciptakan hubungan pertemanan warga dengan wisatawan secara baik.
“Hal tersebut menepis adanya kekhawatiran bahwa pariwisata akan merenggangkan hubungan antar warga. Kekhawatiran tersebut terlalu berlebihan, karena penduduk lokal sekitar daerah wisata umumnya telah dipersatukan oleh berbagai kegiatan budaya lokal. Dan budaya itu merupakan salah satu daya jual yang menjadi daya tarik wisawan. Dan itu pasti mereka pertahankan,”kata Yumantoko.
“Tetapi yang perlu dikhawatirkan adalah agar pariwisata tidak merusak nilai-nilai lokal yang sudah ada, dapat diupayakan dengan cara menguatkan kelembagaan di tingkat lokal supaya mampu membendung dampak buruk dari nilai budaya luar,”tandasnya.
Dalam artikelnya, Yumantoko juga berpendapat bahwa pariwisata dapat menjembatani hubungan antara pengunjung dengan warga lokal. Banyak kasus dimana turis dari mancanegara datang berkali-kali ke lokasi wisata yang sama bukan saja untuk melihat atraksi wisata tapi juga mengunjungi secara personal karena ikatan batin yang telah terbangun dari kunjungan sebelumnya, bahkan karena sudah cocok dengan lokasi dan penduduknya. Sehingga pengunjung dari luar membeli tanah disekitar lokasi wisata.
Di pihak lain, Ahmad Nur, Peneliti BP2THHBK Mataram yang juga selaku anggota tim kajian dalam artikel ilmiah ini, menyatakan bahwa untuk merasakan multimanfaat dari kegiatan ekowisata/pariwisata maka pengelolaan pariwisata tersebut harus berkelanjutan.
Lebih lanjut, Ahmad nur menyatakan dalam pengelolaan pariwisata berkelanjutan, perlu memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pengunjung. Pelayanan dapat berupa penyediaan fasilitas pendukung seperti akses jalan menuju lokasi, fasilitas parkir, toilet kantin dan yang paling utama menjaga kelestarian lingkungan termasuk daya tarik objek wisatanya itu sendiri.
Presentasi ilmiah terkait ekowisata yang disusun oleh Yumantoko beserta 4 peneliti lain dari BP2THHBK ini telah berhasil meraih nominasi 3 best paper dalam kategori bidang ilmu ekonomi dalam seminar yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. ***WD.
Informasi Selengkapnya:
Balai Litbang Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu
url : http://mataram.litbang.menlhk.go.id
Jl. Dharma Bhakti No. 7 Po.Box. 1054, Ds. Langko Kec. Lingsar, Lombok Barat, NTB 83371, Telp. 0370 - 6573874, Fax. 0370 - 6573871