Dientry oleh Rizda - 23 January, 2017 - 1976 klik
Potensial, Nilai Ekonomi Bambu Tabah Minimal 25 juta Per Hektar

BP2T HHBK (Mataram, 19/01/2017)_Menurut Pande Ketut Diah Kencana, dosen Universitas Udaya, bambu tabah sangat potensial untuk dikembangkan. “Nilai ekonomi bambu tabah perhektar minimal 25 juta dan dapat dipanen secara terus menerus sampai 100 tahun,” kata Diah.

Ini dengan asumsi dari 1 hektar lahan menghasilkan 1 ton bambu tabah, dan harga minimal 25 ribu perkilonya. Hal ini disampaikannya dalam acara Pelatihan Budidaya Bambu Tabah yang dilaksanakan di KHDTK Rarung pada 19-20 Desember 2016 lalu.

Menurut Diah, ini tentunya sangat menggiurkan para petani, apalagi bambu tabah dapat dipanen sampai umur 100 tahun. “Jadi kita hanya menanam sekali, panennya bisa sampai 100 tahun, bisa diwariskan ke anak dan cucu kita,” kata Diah.

Diah menjelaskan, target pasar dari bambu tabah ini adalah pasar ekspor yaitu negara Korea, Jepang dan Cina yang memerlukan proses higienis. Selain pasar ekspor, pasar domestik seperti Bali juga masih kekurangan pasokan, sehingga pasar bambu tabah masih sangat terbuka lebar.

Pelatihan bambu tabah ini merupakan kerjasama antara Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu (BP2THHBK) dengan Yayasan Kehati dan Puslitbang Bambu Universitas Udaya. Bambu tabah telah ditanam seluas 5 hektar di KHDTK Rarung yang dikelola BP2THHBK dan akan terus dikembangkan karena melihat potensinya yang sangat besar, baik untuk konservasi maupun untuk kesejahteraan masyarakat.

Pada pelatihan ini para peserta diajarkan cara membudidayakan bambu tabah, mulai dari membuat bibit, pemeliharaan sampai cara memanen. Selain itu diajarkan juga cara mengolah rebung bambu tabah, mulai dari cara mengupas rebung sampai memasak rebung bambu tabah dan kemudian dicicipi bersama para peserta.

Peserta yang mengikuti acara pelatihan ini berjumlah 40 orang dari Kelompok Tani Patuh Angen, yang merupakan Kelompok Tani binaan Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu (BP2THHBK).

Peserta pelatihan mayoritas ibu-ibu mengingat akan banyak melibatkan ibu-ibu, mulai dari proses mengupas kulit rebung sampai proses pengemasannya. Dengan demikian, akan menyerap tenaga kerja, khususnya ibu-ibu yang pada akhirnya meningkatkan ekonomi keluarga.***AN

Penulis : AN